Tamu Festival Musim Gugur

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Alle gralinesyl (Historical) - Mingam otaklemot (Fantasi)

* * *

Hua Lan, terbangun karena suara gesekan dari depan rumahnya. Bukan hanya gesekan sebenarnya yang membuatnya bangun, tapi karena juga angin musim dingin yang begitu membekukan. Dia akhirnya memilih duduk di atas ranjang kangnya, lalu tersadar bahwa api di bawah sudah padam. Memang, kayu yang diletakkan di sana akan habis ketika masuk pukul empat pagi. Dan rumah milik Hua Lan ini tidak seperti rumah-rumah tetangga lainnya.

Meski masih banyak yang memiliki rumah yang berdinding tanah lumpur, serta atap rumput, tapi milik mereka lebih tahan dingin. Rumput yang berada di atap rumah lebih tebal dari milik Hua Lan. Meski begitu, mereka masih harus menyalakan kang agar tidak membeku.

Hua Lan hanyalah seorang gadis muda berumur dua belas tahun. Dia hidup sendiri setelah sang Ibu meninggal dua tahun lalu. Memiliki satu orang saudara laki-laki yang entah di mana. Banyak yang bilang, keluarga Hua Lan adalah pembawa sial. Jadi, banyak warga yang tidak ingin bertetangga dengan keluarganya. Sekretaris tim komuniti adalah seorang yang baik. Dia memberikan tanah untuk keluarga berada di luar desa. Tidak begitu jauh dari lapangan, persawahan yang digarap bersama, sehingga tidak membuat keluarga Hua Lan merasa dirugikan.

"Siapa yang menyapu di depan? Ini musim dingin, salju baru saja turun dengan derasnya tadi malam. Jangan bilang kalau hanya iseng," gerutu Hua Lan.

Hua Lan benar-benar sedang dalam kondisi paling letih sepanjang tahun. Salju tahun ini datang lebih cepat, sehingga panen musim gugur juga dilaksanakan secepatnya. Takut jika salju mungkin akan menumpuk di lapangan sawah. Sehingga tidak bisa dipanen sepenuhnya. Untungnya, kekhawatiran masyarakat tidak terjadi. Semua gandum dan panenen lainnya bisa diselesaikan tepat waktu. Bahkan sudah selesai dijemur ketika salju pertama turun. Turunnya salju ini benar-benar mengagetkan banyak komunitas. Untungnya, tetua di komunitas  Desa Zhau memiliki mata yang tajam.

"Festival musim gugur belum dilaksanakan. Bahkan hasil panen belum dibagai," guman Hua Lan dengan sedih. Dia hanya bisa mengambil jaket kapasnya yang penuh tambalan. Ingin berjalan ke depan dan memarahi orang yang iseng di depan rumahnya.

"Apa—"

Hua Lan menatap ke arah halamannya dengan gemetar. Memang, halaman di depannya memiliki hamparan salju yang cukup tinggi. Namun, bukan itu masalahnya. Sebuah sapu sedang bergerak sendiri. Membuat Hua Lan merasa dunianya berhenti berputar. Ini adalah hal paling tidak logis yang Hua Lan temui. Bagaimana tidak, sebuah sapu menyapu salju tanpa ada yang mengarahkannya? Ayolah, ini bukan lagi jaman dinasti yang percaya pada sihir. Ini sudah tahun 1968. Di mana orang-orang sudah mengenal sepeda. Meski masih sebuah barang langka, tapi tidak ada orang yang memikirkan tentang sapu terbang penyihir.

"Jika ada masyarakat yang melihat, mereka pasti akan mengatakan bahwa aku tidak wajar. Ini tidak bisa dibiarkan," gumam Hua Lan. Dia berlari ke halaman. Tidak peduli bahwa salju akan membuatnya membeku. Di pikirannya, Hua Lan hanya ingin membawa sapu itu ke dalam rumah segera mungkin.

"Tidak peduli siapa yang membawamu, aku hanya ingin melindungi diri. Siapa yang meminta dia meninggalkan barangnya di sini?!" gerutu Hua Lan. Sebenarnya, dia sangat takut. Hanya saja, lebih takut dengan cemoohan para masyarakat di tim komunitinya.

Hua Lan membawa sapu itu masuk. Tidak ada yang menarik dari sang sapu. Hanya gagangnya sedikit lebih panjang. Seperti sapu yang berada di buku cerita anak-anak milik perpustakaan komunitas.

"Apakah kamu sudah melihat sapuku dengan seksama?"

Hua Lan melonjak. Dia menatap ke arah tamu yang tidak diundang itu. Seorang anak lelaki yang sepertinya lebih tua dari dirinya. Menggunakan jubah hitam yang membuatnya penuh misteri. Di tahun 1968, tidak ada lagi orang yang berpakaian seperti ini. Meski Republik China tidak mau mengiblat pada barat, tapi pakaiannya saat ini seperti itu. Para pemuda berpendidikan akan menggunakan kemeja dan celana panjang. Terlihat sangat intelek.

"Aku tanpa sengaja tersesat ke dunia ini. Apakah kamu mau menjamuku? Aku tidak bisa merayakan festival musim gugur sendirian, kan?"

Hua Lan menatap ke arah penyihir laki-laki dengan sebal. Dia sendiri bahkan tidak tahu apakah bisa melewati musim dingin yang panjang, apalagi untuk menjamu orang yang tidak dikenal? Musim gugur kemarin, dia hanya bisa mendapatkan lima point kerja. Yang mana tidak bisa membantunya menukar dengan banyak biji-bijian dan semacamnya. Jangankan untuk daging, biji-bijian bahkan tidak akan membuatnya kenyang hingga tahun baru.

"Aku tahu apa pemikiranmu, aku tidak datang dengan tangan kosong!"

Dengan begitu, tiba-tiba kesepakatan dibuat.

username: otaklemot

Ini gila. Hua Lan menyesali keputusan  bodohnya yang dia ambil lantaran tergiur dengan apa yang ditawarkan oleh Laki-laki Penyihir itu. Laki-laki itu memberikan sebuah batu sihir yang bisa memberikan makanan kapan pun Hua Lan menginginkannya. Namun sebagai balasannya, Hua Lan harus membantu Laki-laki itu kembali ke Dunianya yang entah dimana dan seperti apa.

Duduk berhadapan disebuah meja yang sudah tua dengan berbagai makanan yang tersaji di atasnya. Hua Lan masih berdiam diri tanpa berniat bertanya lebih lanjut mengapa Penyihir itu bisa sampai tersesat disini dan bagaimana caranya Hua Lan membantunya. Hua Lan hanyalah Gadis berumur 12 tahun yang terpaksa berkerja untuk tetap bertahan hidup, terutama di musim dingin yang sedang dilaluinya saat ini.

“Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya penyihir Laki-laki itu sambil meneguk Teh Chamomile miliknya tanpa mengalihkan perhatiannya dari Gadis kecil yang ada dihadapannya.

Hua Lan menghela napasnya kasar dan menatap Pria yang berada hadapannya saat ini. “Apakah kanu tahu? Aku lebih baik kelaparan dari pada harus membantumu, aku baru berumur 12 tahun dan bahkan aku tidak tahu dimana dan seperti apa Duniamu itu,” ujar Hua Lan sambil menatap Pria dihadapannya dengan tajam, seolah tatapan itu akan membunuhnya.

“Sebenarnya tidak ada yang menarik di Duniaku, hanya saja kami di bagi menjadi beberapa Klan dengan kedua sisi di sana –Hitam dan Putih– hingga sering menimbulkan perang yang tidak berguna, kenapa Hitam dan Putih tidak pernah berjalan bersama dengan kerukanan adalah sesuatu yang selalu aku pikirkan,” jelas Penyihir itu, “Aku dua bersaudara,  aku Wu Lixue dan Adikku Wu Baozhai, tapi dia menghilang sejak 67 tahun yang lalu sejak dia memutuskan untuk menjadi bagian Hitam dan aku selalu mencarinya hingga saat ini dan terdampar di Dunia kalian,” lanjur Pria yang diketahui bernama Wu Lixue ini.

Hua Lan menutup mulutnya dan mentap Wu Lixue dengan tatapan horornya. “67 tahun! Kam... kamu umur berapa?” pekik Hua Lan yang masih enggan untuk mejauhkan tangan kanannya dari mulutnya.

“Sekitar 100 tahun.” Mata Hua Lan membelak seiringan dengan tubuhnya yang mendadak kaku. Tubuhnya terhuyung kebelakang sebelum akhirnya penglihatan itu berkabur dan akhirnya mata itu terpejam erat.

Wu Lixue terperanjat begitu dia melihat Tuan Rumah ini terjatuh tidak sadarkan diri setelah mengetahui berapa umurnya. Orang normal pun pasti akan terkejut jika tahu dia berumur 100 tahun atau bahkan lebih, terutama dengan perawakan Remaja yang dimilikinya, Orang-orang pasti akan menganggapnya membual. Meski Hua Lan mengetahui jika Wu Lixue adalah penyihir, tapi tidak pernah sekalipun dia mengira jika penyihir memiliki umur yang sepanjang itu bahkan perawakannya terlihat seperti baru saja lulus dari High School.

Wu Lixue melihat sebuah cahaya merah menguar dari tengah dahi Hua Lan, beberapa saat setelah cahaya itu menghilang muncul lah sebuah Huadin yang sebelumnya tidak pernah ada. Wu Lixue tidak berhenti memikirkan itu, akan tetapi dia juga memindahkan Hua Lan ke Kamar walau cukup susah menemukan kamar Hua Lan.

Belum selesai kebingungan Wu Lixue, tiba tiba sebuah buku terjatuh saat dirinya tidak sengaja menabrak meja yang berada di samping tempat tidur Hua Lan. Buku itu memiliki sampul yang terdapat lukisan Bunga Teratai, tangannya terlur memegang lukisan itu sebelum akhirnya dia terkejut dengan apa isi buku itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro