Deja Vu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Putri kabut_biru73 (Adventure) - Lailatul park___kana (Adventure)

* * *

Pemuda berusia 19 tahun ini harus merutuki kebiasaannya mengiyakan sesuatu tanpa bertanya terlebih dahulu, dan kini dirinya harus terjebak dalam ruang hampa menuju masa lalu.

Dirinya masih ingat beberapa jam lalu di laboratorium yang sedang sunyi karena tak ada praktik, atau percobaan apapun, dengan berbekal buku tebal tentang sejarah jaman Eropa pemilik manik hazel itu larut dalam alur yang dia baca.

"Lin, kau nganggur kan? Bantu aku dong, ntar ku traktir kopi cappucino kesukaanmu sebulan penuh deh." Sosok pemuda berusia dua tahun lebih tua darinya berjalan mendekat dengan jas lab putihnya yang sudah kotor.

Lingar, nama lengkap pemuda itu segera menoleh, terkesan dengan traktir yang diberikan oleh sahabatnya itu.

"Boleh saja, tapi-"

"Nah bagus itu, kau tidak boleh membatalkan janji, ayo persiapkan dirimu," potong Galih cepat, menarik Lingar ke ruangannya.

Pemuda itu tak sempat protes ketika tangannya diseret penuh. "Kau tidak berencana menjadikanku kelinci percobaan untuk lautan yang kau buat, bukan?" tanya Lingar memastikan.

"Oh tenang saja sahabatku, aku mana mungkin menjadikanmu kelinci percobaan," balas Galih manis.

Dan terlambat sudah Lingar menyadari arti senyum manis itu, pemuda itu menepati janjinya untuk tidak menjadikan dirinya kelinci percobaan, tapi sahabatnya itu akan senang hati menjadikannya tumbal, apa bedanya kalau begitu!

Tritt!

Lingar tersentak oleh suara yang ada di jamnya, warna merah dengan tulisan 'danger' tertera di sana. Segera pemilik manik hazel itu mengutak-atikan jamnya.

"Apa yang terjadi di sana?" tanyanya pada jam tangan yang sudah terkoneksi.

"Maaf, aku membuat kekeliruan pada titik koordinatnya, kau tidak akan mendarat di abad 13," balas Galih dari seberang.

"Hah, kau bercanda! Aku akan tiba di mana!" panik Lingar.

"Kau akan-"

"Huawwa!"

Koneksi komunikasi terputus, bersamaan dengan Lingar yang merasa tubuhnya jatuh ke bawah karena gravitasi bumi.

Brak!

Sangat tidak elit, dirinya keluar dari portal mesin waktu dari atas, membuat pingganya yang mendarat duluan di tanah kesakitan.

"Sialan kau Galih, begitu aku kembali dari mengambil batu Natural Unakite di abad 13, aku akan meminta traktiran lebih dari sekedar kopi cappucino untuk semua ini," batin Lingar sebal.

Begitu fokusnya kembali, Lingar baru tersadar bahwa bukan dirinya saja yang merasakan rasa sakit.

Dia melihat ke depan, sosok pemuda dengan pakaian seragam entah apa itu, terduduk dengan memegang pundaknya.

Bergegas dia memakai tudung jubahnya yang dipersiapkan sebelum berangkat, demi tidak terlihat mencolokan wajahnya yang mungkin terasa asing, entah di abad ke berapa ini.

Tangannya terangkat pada jam tanganya, mengaktifkan sistem penerjemah bahasa super canggih buatan Galih yang tersambung ke airpods yang terpasang di telinganya.

"Wah bagaimana ini? Kau harus bertanggungjawab, Tuan!" Tepat saat selesai mengaktifkan sistem, suara pemuda itu terjemahkan.

Lingar menatap takut-takut ke depan, pemuda itu sedang menatap panik ke arah sebuah alat musik yang sudah rusak.

"Maafkan aku Tuan, sungguh aku tidak sengaja." Balas Lingar yang secara otomatis suaranya diterjemahkan, dan disamarkan oleh jam tangan multifungsi miliknya.

"Bagaimana ini? Aku akan dihukum jika yang lain tahu alat musikku rusak, penampilan kami akan segera di mulai setengah jam lagi," panik pemuda itu, wajahnya benar-benar menampilkan keringat dingin.

Lingar tak langsung membalas, dia menatap sekitar sejenak, mereka ada di taman dengan dinding kokoh berwarna abu yang menjulang ke atas.

Di dalam jubahnya dia kembali menyalakan jam tanganya, menampilkan informasi di sekitarnya.

"Ini di abad 16? Tepatnya aku malah mendarat di tanah Eropa! Tunggu alat musik, apa dia..." Lingar menatap pemuda itu yang masih berusaha menyatukan alat musik itu walau hasilnya sia-sia.

"Apa kau seorang orkestra, Tuan?" tanya Lingar.

"Ya, dan tadinya aku akan bermain di hadapan para keluarga kerajaan, tapi mungkin sekarang aku akan dihukum di hadapan mereka!" paniknya lagi.

Lingar benar-benar merasa bersalah, dia tahu betul kepanikan yang dialami pemuda di depannya, seakan ajal siap menunggunya jika tidak segera menemukan penganti alat musik Viola itu.

"Aku akan membantumu mendapatkan alat musik yang baru, siapa namamu Tuan?" tanya Lingar sejenak.

Pemuda itu terdiam sejenak memandangi Lingar yang menggunakan jubah berwarna hijau tua itu, agak aneh, namun yang terpenting sekarang adalah nyawanya.

"Javier." Balasnya.

“Javier, perkenalkan nama saya Lingar. Apa kau tahu toko di dekat sini, yang bisa menjual barang dan kita bisa membelikan alat musik baru buatmu?” tanya Lingar kepada pemuda yang baru dia temui itu.

“Ada di tengah kota bagian selatan. Membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 20 menit menggunakan kuda.”

“Baiklah, ayo kita ke sana. Apa kau bisa menunggangi kuda?” tanya Lingar.

“Tapi Tuan, untuk sampai kesana kita harus melewati pinggiran hutan dan menyebrang sungai. Untuk menunggangi kuda saya tidak bisa, Tuan.”

“Ya sudah, ayo, biar aku yg bawa kudanya. Kebetulan aku pernah belajar berkuda.”

Setelah beberapa menit melewati pinggiran hutan, sampailah mereka di sungai yang tidak terlalu dalam.

“Tokonya ada di seberang itu, Tuan.” Lelaki muda itu memberitahu Lingar.

“Baiklah, tunggu aku di sini. Bawa kemari biolamu itu. Akan kucoba perbaiki untukmu.”

***

Saat menyebrangi sungai, tidak sengaja kakinya tergelincir sehingga Lingar terjatuh dan terseret arus sungai. Javier yang ada di seberang terus berteriak meminta tolong, tetapi sepertinya arus sungai sedang deras-derasnya.

“Lingar! Lingar!"

Lingar terkesiap dan membuka matanya. Napasnya terengah-engah. Pemandangan di hadapannya tidak lagi langit kosong di tengah hutan. Alih-alih pemuda bernama Javier, yang kini Lingar lihat adalah sosok Galih.

"Hah ..., astaga akhirnya kau sadar juga.”

“Aku ... di mana?” tanya Linggar bingung.

“Kau masih di laboratoriumku, bodoh. Tadi saat kau masuk ada kerusakan sistem sehingga kau salah memasuki era. Untung saja aku cepat tanggap."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro