Surat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Putri kabut_biru73 (Adventure) - Ann Writtenby_Ann (Teenfiction)

* * *

Anaya mendengus sebal turun dari bus dengan kedatangannya yang terlalu pagi sudah tiba di sekolah, ini baru pukul 06.00 memangnya ada murid yang mau datang sepagi ini, kecuali osis.

Dirinya termasuk tipe siswi yang datang di detik-detik terakhir gerbang sekolah akan di tutup, salahkan sang ibu tercinta yang dengan niatnya mengatur semua jam di rumah menjadi satu jam lebih awal dari seharusnya.

Yang dirinya kira datang jam 7 pagi, ternyata datang jam 6 pagi. "Harus bersyukur, atau tidak ya punya ibu kaya gitu," batin Anaya.

Padahal malam tadi dirinya sudah berniat akan bolos sekolah ketika menemukan teman sepertualanganya mencari komik populer, karena dibangunkan dengan panci yang dipukul, dan suara membahana ibu tercinta, Anaya tidak punya pikiran lain selain dirinya terlambat.

"Ahh! Aku ingin mencari komik itu sebelum habis terjual!" kesalnya.

Namun nasi sudah menjadi bubur, dengan ogah-ogahan Anaya berjalan masuk ke dalam sekolah yang masih sepi seakan tak berpenghuni.

"Eh iya juga, hari ini kan ada ulangan matematika, bisa gawat kalau aku gak masuk, gak bisa nyontek," ingat Anaya sejenak.

Sepertinya otaknya harus dibongkar pasang lagi melihat sifatnya yang ogah belajar sebelum ujian.

Berjalan santai melewati lorong kelas, Anaya akhirnya sampai di kelasnya yang berada di ujung, saat sampai dibarisan jendela kelas, dengan sedikit menjinjitkan kakinya, gadis itu melihat ke dalam kelas.

Apakah sudah ada yang datang? Kalau bukan si anak ambis, pasti si anak osis, bukan anak seperti dirinya.

"Eh?" Gadis itu mematung sejenak menyadari kehadiran satu siswa yang sudah ada di dalam kelas.

Maniknya menatap pada gerak-gerak siswa itu, mencoba menebak siapa siswa yang niat sekali datang pagi-pagi begini.

"Itu, Gani? Kok tumben dia datang pagi begini, dia kan bukan tipe siswa rajin, malahan dia lebih sering terlambat daripada aku?" batin Anaya.

Dengan terus mengangkat jari-jari kakinya agar bisa melihat situasi yang terjadi, Anaya tak mau ambil pusing, hendak masuk, dan menyapa teman satu kelasnya itu.

"Harus aku lakukan." Ucapan remaja itu seketika menghentikan niat Anaya untuk masuk kelas.

Gadis itu terus menatap bingung ke arah Gani, remaja itu berdiri dari kursinya, dan berjalan ke arah sebuah meja, dia baris ke empat di kelas.

Dia menatap sejenak kertas yang sudah terlipat, dan memasukannya ke dalam laci meja di kursi itu.

"Eh, ngapain dia!" batin Anaya curiga.

"Tunggu sebentar, itukan bangku Deran si anak ambis, ketua ekskul bahasa inggris, ketos sekolah," gumam Anaya.

Gani terdiam menatap meja Deran, tanganya terkepal erat, dia menatap tidak suka pada bangku itu.

"Aku benci orang yang ingin unggul dalam segala-galanya," kesalnya.

"Eh, apa!" batin Anaya kaget.

Bersaman dengan kakinya yang tertekuk karena lama dalam posisi berdiri, membuat gadis itu kehilangan keseimbangan.

Brug!

"Ya ampun, aku dalam masalah. Tahu begini aku lebih baik bolos saja!" batin Anaya dalam hati.

Gani yang mendengar suara _gedubrak_ cukup keras dari depan kelasnya segera berlari keluar dengan perasaan khawatir kalau-kalau ada yang melihatnya memasukkan surat barusan.

Sementara tu, Anaya masih meringisi bokongnya yang terasa begitu sakit. Ia tidak sempat berdiri sebelum tertangkap basah oleh Gani yang tertegun melihat keberadaan Anaya.

"Hei, kamu tidak apa-apa?" tanyanya dengan raut khawatir.

Anaya yang mendapat teguran itu berjengit kaget. Ia berpikir tamatlah riwayatnya jika Gani sampai tahu bahwa gadis itu baru saja mengintip apa yang dia lakukan.

Sebelum sempat menjawab, Gani lebih dulu berinisiatif membantu Anaya berdiri. Laki-laki itu melihat sekitar, mencari penyebab jatuhnya gadis itu.

Saat matanya menatap keramik yang bolong di dekat mereka, Gani mengangguk paham seraya mengatakan, "Kau tahu, 'kan, keramik kelas kita banyak yang pecah. Lain kali berhati-hatilah."

Anaya menatap laki-laki itu tak percaya. "Dia tidak berpikir bahwa aku jatuh karena sudah mengintipnya diam-diam? Anak itu bodoh atau bagaimana?" herannya dalam hati.

"Terima kasih. Aku terlalu semangat saat menuju kelas tadi. Tapi omong-omong, tumben sekali kau sudah sampai jam segini," ujarnya berusaha mengalihkan topik.

Gani gelagapan sesaat. Siapa pun pasti tahu bahwa laki-laki itu tengah salah tingkah.

"A-aku hanya ingin datang pagi sesekali," jawabnya seraya menggaruk belakang kepala. "Kau sendiri? Kau juga biasanya datang mepet dengan bel masuk, 'kan?"

"Iya, sih. Mungkin kita berdua ditakdirkan tobat bersama hari ini, haha," ujar Anaya seraya terkekeh garing.

Setelah mengatakan itu, Anaya dapat melihat surat kemerahan timbul di pipi laki-laki di hadapannya.

Gani ikut tertawa garing.

"Aku tidak salah lihat?" ujarnya heran dalam hati. Ia kemudian memikirkan segala tingkah laku laki-laki di hadapannya selama ini. Gadis itu refleks menutup mulutnya. "Ah, pantas saja."

"Kenapa, Anaya?" tanya Gani heran dengan tingkah gadis itu.

Anaya segera menetralkan sikapnya. "Ah, bukan apa-apa. Ayo masuk," ajaknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro