Aku Tidak Ingin Kehilanganmu!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note: Okey... seharusnya tdi ada satu chapter dsni dan ane tnggal nulis sebentar lalu uda bsa tinggal update eh malah ngilang tuh chapter... Kok kzl ya... -_-

Reader's POV

Aku berhasil membulatkan mataku ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Dewi Ereshkigal. Bukan hanya aku, seisi ruangan ini juga terkejut.

"Apa maksudmu, Ereshkigal?" tanya Dewi Ishtar penasaran.

"Astaga saudariku, kau benar-benar sangat bodoh! Kau tidak merasa ada sesuatu yang aneh dari (Y/n) dan Sora? Mereka berasal dari masa depan, tepatnya 5000 tahun dari sini. Keberadaan mereka yang bisa sampai disini semua adalah kesalahanku. Aku sudah lalai dalam tugasku," jelas Dewi Ereshkigal yang tambah membuatku terkejut.

"Kesalahanmu?" ujar Gilgamesh, "apa yang terjadi di Dunia Bawah?"

"Baru-baru ini ada seorang manusia --yang tidak diketahui identitasnya memanggil makhluk-makhluk dunia bawah. Aku sebagai Ratu Dunia Bawah tentu harus pergi mencari lalu menangkap mereka satu per satu.

Tetapi ada sebuah kelalaian yang ku buat, aku lupa menyegel sebuah ruangan dimana di dalam ruangan itu ada sebuah kaca. Kaca itu bukanlah kaca sembarangan. Kaca itu dapat menarik manusia ke dalamnya dan membawa manusia menjelajahi waktu --baik ke masa depan maupun masa lalu.

Sekarang kaca itu sudah ku segel dan cara untuk mengembalikan kalian yaitu dengan membuat sebuah portal. Tapi kita harus menunggu Bulan Merah karena disaat itu gerbang-gerbang dunia akan terbuka dan kita bisa melewati waktu ke masa depan dengan lebih mudah dan aman.

Aku bersedia membantu kalian karena keberadaan kalian disini semua adalah salahku. Aku juga sudah berbicara dengan Enki, diapun setuju untuk membantu kita. Dan ... Ishtar saudariku, apakah kau bersedia membantu kami?" jelas Dewi Ereshkigal.

Aku mengerti sekarang. Tapi, berkat Dewi Ereshkigal jugalah aku bisa bertemu dengan Gilgamesh dan Enkidu. Aku sudah lama sekali ingin berbicara dan bertemu dengan mereka. Yang lebih tak disangka lagi, Gilgamesh sekarang menjadi kekasihku.

Aku melihat Sora-kun yang sudah berdecak pinggang. Aku tahu dia marah dan kesal. Kemudian ku alihkan pandanganku ke arah Gilgamesh. Dia menundukkan kepalanya sambil mengepal tangannya.

Aku tersenyum lembut kemudian menghampirinya. Aku menyentuh tangannya dengan lembut, dia menaikkan kepalanya lalu menatapku dengan tatapan sedihnya.

Aku menyentuh pipinya lalu mengelusnya dengan lembut. Air mata jatuh dari matanya, begitu juga denganku. Hatiku terasa sangat perih juga sakit.

Gilgamesh menarikku, mendekapku di dalam pelukannya. Dia menangis di dalam pelukannya. Untuk yang pertama kalinya aku melihatnya menangis. Untuk yang pertama kalinya aku melihat seorang lelaki menangis dan terlihat serapuh ini.

Rasa cintaku kepadanya menguat. Rasa cintaku kepada Gilgamesh terasa semakin kuat. Aku memeluknya dengan erat sambil sesekali mengelus punggungnya pelan.

"Jangan menangis, Gilgamesh. Masih ada waktu untukku untuk bisa bersamamu, kita masih bisa menghabiskan waktu bersama. Jangan bersedih lagi, Gilgamesh," ucapku lembut.

Gilgamesh tidak menjawabku, dia tetap memelukku sambil menangis. Terdengar juga suara isakan dari Enkidu. Aku juga tidak ingin berpisah darinya, dari mereka. Aku mencintai Gilgamesh dan aku ingin selalu bersama dengannya.

"Melihat seorang Gilgamesh yang menangis karena seorang perempuan adalah sesuatu yang langka," ujar Dewi Ishtar, "baiklah, aku bersedia membantumu. Lagipula, aku tidak ingin (Y/n) mati dengan sia-sia disini," sambung Dewi Ishtar.

"Terima kasih, saudariku. Baiklah, ayo kita pergi. Berikan waktu untuk mereka berdua disini. Ayo, Sora!" Dewi Ereshkigal menarik Sora-kun keluar dari sini.

Enkidu mengikuti mereka dalam diam sambil tetap terisak. Begitu juga Dewi Ishtar yang keluar dari ruangan ini sambil melihat kami dengan senyuman sedihnya.

Setelah mereka pergi, hanya ada kami di ruangan ini. Gilgamesh masih terus memelukku dengan erat, begitu juga denganku. Aku tersenyum lemah, merasa senang sekaligus sedih.

Senang karena melihat ketulusan Gilgamesh, sedih juga karena aku akan berpisah dengan Gilgamesh. Aku tidak tahu kapan Bulan Merah akan muncul tapi yang pasti, ketika Bulan Merah muncul maka sudah waktunya bagiku untuk pulang.

"Aku tidak ingin kehilanganmu, (Y/n)! Kau adalah satu-satunya perempuan yang bisa membuatku nyaman, membuatku dapat merasakan cinta. Hanya kau (Y/n)! Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!" ujar Gilgamesh.

"Aku juga sangat mencintaimu, Gilgamesh. Hanya anda yang akan menjadi rajaku, anda adalah satu-satunya raja yang akan kupuja, yang akan ku hormati. Anda adalah raja diantara para raja di dunia."

Gilgamesh menatapku dan melihat mataku. Manik merahnya tak pernah membuatku bosan ketika aku melihatnya. Manik merah yang terlihat sangat indah, bulu mata yang sangat lentik. Wajahnya juga terlihat sangat tampan.

Tak akan ku lupakan. Aku tidak akan pernah melupakan wajah ini, melupakan suara ini, melupakan kehangatan pelukannya, melupakan kehangatan dari setiap kata-kata yang muncul dari bibirnya ini.

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, walau aku harus berjinjit untuk itu. Aku mencium bibirnya dengan lembut. Aku menutup mataku dan menikmati kehangatan yang kudapat darinya.

Gilgamesh semakin mengeratkan pelukannya, dia membalas ciumanku. Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya, kamipun memperdalam ciuman kami. Lidah kami bergulat, sesekali Gilgamesh akan melepaskan ciumannya, memberikanku kesempatan untuk mengambil napas.

"Hm ... G-Gil ..."

"Sebentar lagi ... (Y/n) ..."

"T-tapi-- hmp!"

Gilgamesh, aku juga takut kehilanganmu. Anda adalah cinta pertamaku.

Gilgamesh melepaskan ciumannya, kemudian dia menatap wajahku dengan tatapan lembut. Pipiku terasa sangat panas. Untuk yang pertama kalinya aku berciuman dengan seseorang. Jadi ... begini rasanya?

Aku pernah mengatakan kepada diriku sendiri kalau aku ingin memberikan ciuman pertamaku kepada orang yang sangat kucintai. Mungkin, Gilgameshlah orang tersebut.

"Maafkan aku karena aku menciummu, Gilgamesh," ucapku.

"Tidak, jangan minta maaf! Aku sangat berterima kasih karena kau mau menciumku, (Y/n)! Terima kasih!"

Gilgamesh kembali memelukku dengan erat. Pelukannya terasa sangat hangat dan nyaman. Ketika aku pulang nanti, aku yakin aku pasti akan sangat merindukan pelukannya.

----

"Baiklah, kami pergi dulu! Ada sesuatu yang harus kami bicarakan dengan Enki. Dan jangan panggil aku dengan sebutan dewi, panggil saja Ereshkigal, ok?" ucap Ereshkigal dengan lembut sambil memegang tanganku.

"Baik! Terima kasih, Ereshkigal!"

"Hm! Hm! Kau memang benar-benar perempuan polos dan cantik! Hatimu juga masih sangat bersih dan murni, tidak ada sedikitpun kejahatan disana! Dan sama dengan Ereshkigal, jangan panggil aku dengan sebutan dewi tapi panggil saja Ishtar!" sahut Ishtar sambil memelukku.

"B-baik, Ishtar. Terima kasih banyak!"

Kemudian Ereshkigal dan Ishtar mendekatiku lalu mereka mencium pipiku bersamaan. Aku terkejut, begitu pula dengan Gilgamesh, Enkidu, dan Sora-kun.

"Aku akan menemuimu segera! Ohoho~~ aku pasti akan merindukanmu, (Y/n)!" ujar Ishtar sambil kembali memelukku.

"Sudah sudah ayo kita pergi! Sampai jumpa, sayang. Sampai jumpa Gil dan Sora, kami pergi dulu!" sambung Ereshkigal dan merekapun lenyap bagai ditelan bumi.

Aku melihat langit Uruk yang terlihat sangat indah dan bersih. Dunia masih belum dikotori oleh polusi. Bintang-bintang masih terlihat sangat jelas disini.

"(Y/n)," Gilgamesh menyentuh bahuku.

Aku membalikkan tubuhku dan menatap kembali matanya. Masih ada tatapan sedih disana.

"Ada apa Gil?"

"Apa kau bisa menemaniku tidur malam ini?"

"Tentu!"

"Tunggu!" Sora-kun membuka mulutnya lalu mendekati kami, "dengar Raja Gilgamesh, (Y/n) memang kekasihmu tapi dia bukan istrimu! Kalian tidak boleh tidur seranjang!"

"Tutup mulutmu, anjing kampung! Lagipula, (Y/n) tidak menolak! Dia menerima ajakkanku! Dan aku tidak akan mengambil keperawanannya jadi tenanglah! Aku masih punya otak, aku masih mempunyai perasaan!"

"Aku sebagai sahabatnya, melarang (Y/n) untuk tidur sekamar denganmu! Ibunya memberikanku izin untuk memberikan larangan ataupun izin kepadanya! Aku melarangnya untuk tidur sekamar denganmu, Gilgamesh!"

Sora-kun menatap Gilgamesh dengan tajam, begitu juga dengan Gilgamesh. Enkidu juga terlihat marah kepada Sora-kun. Astaga, kumohon, jangan berkelahi!

"Sudah sudah! Jangan berkelahi kalian berdua! Sora-kun, aku mohon, aku hanya akan menemani Gil sampai dia terlelap, ya?"

"Ore wa kimi o kinjimasu! Kimi wa kare to issho ni iru no ni fusawashikunai!" (aku melarangmu! Kau tidak pantas bersamanya!)

"Hidoi desu ... Sora-kun wa tottemo hidoi desu! Atashi wa ... atashi wa Sora-kun ga kirai! Kirai desu!" (jahat ... Sora-kun sangat jahat! Aku ... aku benci Sora-kun! Aku membencimu!)

Aku meninggalkan mereka dan menangis, berlari menuju kamarku. Aku mendengar Gilgamesh dan Sora-kun memanggilku, Enkidu juga sudah mengejarku.

Aku membuka pintu kamarku, lalu menutupnya dengan pelan. Aku merasa kakiku sangat lemas, aku duduk sambil bersandar di pintu ini.

Aku menangis, hatiku terasa sangat sakit dan perih. Enkidu tidak mengatakan apa-apa dan hanya memelukku.

"Enkidu ... mengapa ... mengapa harus seperti ini ..."

"(Y/n) ..."

"Mengapa ... mengapa Sora-kun tidak menyukai hubunganku dengan Gilgamesh? Mengapa aku harus berada disini dan bisa sampai jatuh cinta kepada Gilgamesh? Aku tahu seharusnya tidak boleh tapi ... Aku bodoh! Aku benar-benar sangat bodoh!"

"(Y/n), jangan mengatakan dirimu bodoh! Cinta datang begitu saja! Sudah sudah, jangan menangis lagi!"

Aku merasakan mataku mulai berat dan akhirnya, aku tertidur di lantai yang dingin ini.

End of Reader's POV
.
.
.
.
Sora's POV

Aku melihat punggungnya yang pergi menjauh. Sial! Mengapa (Y/n)-san lebih memilih pria brengsek ini daripada aku?! Aku sudah bersamanya sejak kami masih kecil!

Aku mengepak tanganku, rahangkupun juga mengeras. Hatiku terasa sangat panas, pikiranku juga sudah melayang kemana-mana.

"Apa yang kau katakan kepadanya hingga dia menangis?!" ucap raja sialan itu kepadaku.

Aku menatapnya tajam, begitu juga dengannya. Dia kemudian menarik pakaianku dan berniat ingin memukulku.

Silahkan saja, jika kau berani memukulku. Aku akan menghajarmu dan langsung membunuhmu disini! (Y/n)-san akan menjadi milikku, milikku seorang!

"Kau ... berani-beraninya kau menantangku! Kau pikir siapa dirimu, anjing kampung!?"

"Kau juga harus ingat, siapa dirimu! Walau kau setengah dewa bukan berarti kau lebih hebat dariku, tua bangka! Kau dan (Y/n) tidak akan bisa bersama! Bahkan dunia saja menentang hubungan kalian!"

"KAU--!"

"Cukup!"

Muncul seseorang yang memakai jubah hitam yang entah darimana asalnya. Ugh, mengapa harus ada pengganggu? Sialan!

Gilgamesh melepaskan genggamannya lalu berjalan meninggalkan kami. Aku merapikan pakaianku lalu membuang napas kasar.

"Hei, apa kau bisa ikut denganku?" ucap orang berjubah itu.

"Ikut denganmu? Kemana? Apa kau akan menghukumku karena aku berniat ingin menghajar sang raja?"

"Ahahaha, sudah ku duga kau akan mengatakan itu. Tidak, bukan karena itu," seseorang itu membuka jubahnya.

Wajahnya tidak terlihat tua seperti yang ku duga sebelumnya. Biar ku tebak, umurnya dengan umurku tidak jauh berbeda. Dia masih terlihat sangat muda.

"Aku ingin mengajakmu untuk bekerjasama, apa kau mau?"

"Hah? Kerjasama? Kerjasama apa?"

"Ayo, ikut dulu denganku!"

Orang berjubah itu membalikkan tubuhnya, lalu berjalan menjauh. Aku tertarik dengannya, juga kerjasama yang dibicarakannya. Kuputuskan untuk mengikutinya.

Kami berjalan dilorong-lorong yang gelap, hanya ada sinar lilin yang menyala disini. Aura yang misterius juga dingin sangat terasa disini.

"Ah aku lupa memperkenalkan diriku! Namaku adalah Hweil, salau satu dari 5 tetua di kerajaan ini. Siapa namaku kalau aku boleh tahu?"

"Aku Sora, Okita Sora. Aku adalah kesatria pribadi Putri Uruk."

"Ah~ baguslah kalau begitu! Jabatanmu sangat memudahkan kerjasama kita! Baiklah, ayo masuk!"

Seseorang yang bernama Hweil ini membuka sebuah pintu lalu diapun memasuki ruangan itu. Aku mengikutinya dengan perasaan yang masih penasaran dengannya.

"Hweil, dimana ini?"

"Ruang kerjaku sekaligus kamarku. Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu!"

Hweil mengambil kursi dari meja dan duduk di kursi tersebut. Dia lalu memintaku untuk duduk berhadapan dengannya.

"Jadi ... apa kerjasama yang kau maksud tadi?"

"Ah benar, aku ingin bekerjasama denganmu. Aku ingin kau membantuku untuk menghabisi sang raja!"

"Apa?! Apa kau gila?! Jika ketahuan kalau aku berani menghabisi sang raja maka tamatlah riwayatku!"

"Tenanglah! Aku akan membantumu! Aku adalah seseorang yang dikenal dengan sihirnya yang kuat. Maka dari itu aku bisa diangkat menjadi tetua disini. Aku akan memberikan sebuah ramuan untukmu. Ramuan inilah yang nantinya akan membantumu untuk melancarkan aksimu!"

"Ramuan? Ramuan apa itu?"

"Ramuan ini bertujuan untuk menghilangkan auramu dan para penjaga tidak akan menyadari kehadiranmu. Ibaratnya seperti kau akan menjadi tak kasat mata, terasa seperti angin. Dan tentu, aku akan memberikan sebuah pakaian dengan penutup kepala agar mereka tidak bisa melihat wajahmu jika mereka menyadari kehadiranmu, bagaimana?"

"Apa keuntungan yang akan ku dapat?"

"Aku tahu kau mencintai Putri Uruk, saudaraku," ujarnya yang membuatku berpikir. Ah jangan-jangan ...

"Jika aku membunuh sang raja maka (Y/n)-san bisa menjadi milikku seorang."

"Tepat sekali!"

Aku menyeringai. Boleh juga tawaran kerjasama ini. Dengan matinya Gilgamesh, aku bisa mendapatkan (Y/n)-san dan menjadikannya milikku. Benar, aku akan membuatnya jatuh cinta kepadaku!

"Ku terima tawaran kerjasama ini!"

"Bagus!"

Hweil mengulurkan tangannya, berniat ingin berjabat tangan denganku. Dengan seringai di wajah kami masing-masing, kami berjabat tangan --menandakan bahwa kami sudah menjadi rekan untuk membunuh sang raja.

"Jika boleh tahu, apa motif dari rencana pembunuhan ini?"

"Gampang saja, sang raja sudah tidak becus dalam mengerjakan tugasnya sebagai raja dan aku harus menghabisinya. Jika raja mati maka akan dicari pengganti raja dan aku ingin mendapatkan posisi itu! Aku ingin menjadi raja!"

"Ah, urusan politik rupanya. Baiklah, aku mengerti!"

"Gilgamesh hanya bermain-main saja selama dia memerintah Uruk. Dia tidak pernah serius dan hanya bermain dengan wanita saja. Aku membencinya! Dia menganggap dirinya lebih hebat dari siapapun dan ingin ku tunjukkan bahwa ada orang yang lebih lebih hebat darinya! Seorang tirani harus dihabisi!"

"Aku setuju! Dan dia sudah merebut cintaku! Mereka bahkan berpelukan dihadapanku! Ugh, aku sangat muak dengannya!"

"Aku juga. Baiklah, besok kau sudah bisa memulai tugasmu. Besok pagi-pagi sekali aku akan menemuimu di kamarmu, akan ku berikan pakaian serta ramuannya."

"Baiklah, sampai jumpa besok!"

"Sampai jumpa besok!"

Aku melambaikan tanganku lalu berjalan keluar dari ruangan ini. Aku kembali menyelusuri lorong-lorong ini. Hatiku berbunga-bunga, aku merasa sangat bahagia karena bukan aku seorang yang membenci Gilgamesh!

Gilgamesh, kau akan mati di tanganku! Kau sudah berani mengambil gadis berhargaku dan hanya kematian yang pantas kau dapatkan! Tunggulah aku, Gilgamesh!

End of Sora's POV
.
.
.
.
Author's Note:

Yo dan kmbali lagi dengan ane!

Maaf klau chapter ini membosankan, feelny kurang dpet, ada kesalahan, typo, dsb desu!

Yak, tokoh antagonis sudah keluar! Bagi yang lupa dengan Hweil, dia muncul di chapter Bulan Merah. Pada saat itu ditulis ada tetua yang terlihat lebih muda dari tetua yang lain kan? Nah, itu Hweil desu!

Ane harap kalian menyukai chapter ini! Jangan lupa berikan vote dan komen, lalu memfollow akun ini jika berkenan!

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro