Gadis Aneh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelum mulai, ku mau ucapin Selamat Tahun Baru untuk semuanya desu! Dan, ku mau tebar garem dlu 😂😂😂

Ku dpet new servant dngan new class ini dngan solo yolo desu~ pdhal ane ga mngharap dpet Servant sih tp dpet CEny Merlin dan Artoria sma Gudako eh 😂😂 tp ku tetap bersyukur!!!

Okay skali lgi, Selamat Tahun Baru 2018!


Gilgamesh's POV

Gadis aneh yang memakai cadar itu, ada sesuatu yang aneh darinya. Aku merasa kalau auranya berbeda, seperti orang asing. Dan juga, aku tahu dia dan orangtua angkatnya menyembunyikan sesuatu.

Kebohongan dan ketakutan terlihat jelas dimata mereka seminggu yang lalu. Pada saat aku bertanya mengapa dia memakai cadar, gadis itu langsung memutuskan kontak matanya denganku.

Dia takut. Entah apa yang dikatakan kedua orang tua itu kepadanya tentang ku sehingga membuatnya takut kepadaku. Tapi biarlah. Untuk apa aku mengurusinya? Dia hanyalah seekor anjing kampung.

Aku menatap tablet-tablet ini dengan pasrah. Banyak sekali tablet yang harus kuperiksa dan ku baca. Untunglah Siduri membantuku untuk memeriksa tablet-tablet ini. Tak sia-sia aku mengangkatnya sebagai sekertarisku.

"Huff ...," aku menghembuskan napasku pasrah.

Langit juga sudah senja dan sedaritadi aku hanya ada di ruangan kerjaku. Makan siangpun tak sempat, aku hanya meminta pelayan mengantarkan buah-buahan untukku.
Ayo Gil! Tinggal beberapa tablet lagi dan setelahnya kau akan bebas! Benar, aku bisa tidur setelah ini! Lagipula besok aku tidak ada pekerjaan, jadi aku bisa tidur sampai siang. Baiklah, itu rencana yang bagus!

-----

Hari sudah gelap. Langit dihiasi oleh bintang-bintang yang indah dan bulan bersinar dengan terangnya. Sungguh pemandangan yang indah.

"Akhirnya! Siduri, besok tolong baca kembali tablet-tablet ini. Jika ada kesalahan atau apapun, semuanya kuserahkan kepadamu! Selamat malam dan terima kasih atas kerja kerasmu!"

Aku melambaikan tanganku kepada Siduri dan langsung meninggalkan ruangan ini. Ah, akhirnya! Pertama aku akan makan dulu, setelah itu aku akan membersihkan tubuhku lalu tidur.

Aku akan memberitahu pelayan untuk tidak membangunkanku besok, kecuali tentu jika ada masalah.

Aku berjalan dengan santai disepanjang lorong-lorong istana. Kemudian aku melihat gadis cadar itu. Sedang apa dia?

Kuputuskan untuk menemuinya. Mungkin dia dapat menghiburku. Entah mengapa tapi dia mengingatkanku kepada sahabatku, Enkidu. Sudah lama juga dia pergi meninggalkanku. Bahkan setelah dia meninggal, dia masih memperlihatkan senyumannya kepadaku.

Gadis itu menatap jendela dengan tatapan sedih. Dia bahkan tidak sadar aku sedang mendekatinya. Heh, gadis bodoh! Bagaimana jika ada penyusup yang menculikmu?

Eh tunggu! Penyusup? Tiba-tiba sebuah ide muncul dikepalaku. Aku akan mengerjainya! Benar! Bermain-main sebentar dengan gadis bodoh ini mungkin akan menyenangkan! Hehe, aku akan berpura-pura ingin menculiknya!

Aku berjalan dengan pelan, sangat pelan sampai akhirnya aku berada di belakangnya. Aku menahan tawaku, takut kalau rencanaku akan gagal.

Aku mengangkat tanganku dan langsung membekap mulutnya serta tentu mengunci dirinya dengan tanganku yang lainnya. Dia meronta-ronta, berusaha untuk melarikan diri.

"Kau tidak takut diculik hm? Menarik," bisikku.

Gadis itu terdiam, kemudian dia melihat kebelakang dan terkejut ketika melihat siapa yang membekapnya. Manik (E/C)nya terlihat sangat indah dan seketika bibirku membentuk sebuah senyuman.

Aku melepaskannya. Gadis bodoh ini segera memberikan hormat kepadaku tapi tubuhnya gemetar. Ah, dia masih takut bahkan setelah mengetahui bahwa ini aku? Dasar lemah!

"Berdirilah anjing kampung!" perintahku.

Dia menuruti perintahku. Dia membangkitkan dirinya lalu menundukkan kepalanya. Aneh, padahal sewaktu pertama kali kita bertemu, dia terus menerus memerhatikan wajahku yang tampan ini. Mengapa sekarang dia malah menundukkan wajahnya?

"Angkat kepalamu!"

Dia tidak menuruti perintahku dan tetap menundukkan wajahnya. Ada apa?

"Kuulangi, angkat kepalamu! Jangan membuatku mengulangi perkataanku tiga kali."

Ku naikkan suaraku sedikit, berniat ingin membuatnya takut dan menurut. Tapi yang kuharapkan berbeda dari yang kudapatkan. Dia tetap menundukkan wajahnya.

Dengan tidak sabar, aku memegang dagunya dan memaksanya untuk melihatku, berbicara kepadaku. Bukankah dia adalah perempuan aneh? Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya.

Matanya sekarang menatap mataku. Aku tahu kalau dia mengagumi mataku, itu terlihat jelas dimatanya. Aku bisa melihat pantulan diriku dimatanya. Hanya Enkidu, hanya Enkidu yang melihatku dengan tatapan itu. Gadis ini ...

"Kau takut denganku? Mengapa?" tanyaku.

"K-karena ... anda adalah seorang raja, Yang Mulia," jawabnya.

"Heh? Tapi pada saat pertama kali kita bertemu, kau secara terus menerus menatapku."

"I-itu ... karena ... p-pada saat itu adalah kali pertamaku melihat anda, Yang Mulia. J-jadi ..."

"Jadi kau mengagumi ketampananku? Tidak hanya aneh tapi juga nakal, heh? Hebat sekali!"

"G-gadis nakal?! Aku bukan gadis nakal!?!?!?" gadis ini menaikkan suaranya. Dia membentakku?

Aku menatap manik (E/C)nya dengan tajam. Matanya yang penuh amarah tergantikan dengan tatapan takut. Kembali, bibirku membentuk sebuah senyuman.

"Baru kali ini ada seekor anjing kampung yang membentakku. Kau adalah gadis bodoh dan aneh yang sangat lancang! Tapi karena hatiku sedang senang, maka kau kumaafkan!"

Aku melepaskannya lalu mundur beberapa langkah, berniat ingin memberikan ruang sedikit untuknya untuk bernapas. Hehe, tidak buruk juga.

"Siapa namamu, gadis aneh?"

"(Y-Y/n) ..."

"(Y/n)? Nama yang aneh tapi juga indah. Siapa yang memberikan nama itu kepadamu?"

"I-Ibuku, Ibuku yang memberikan nama ... itu ..."

"Tch, tenanglah! Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu. Tapi jika kau ingin macam-macam denganku, maka akan kupastikan kau tidak akan selamat!"

Dia berjalan mundur, tapi matanya tetap fokus melihatku. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Hm ... bagaimana jika aku mengerjainya lagi?

Aku memperlihatkan seringaianku. Tubuhnya juga kembali gemetar. Benar, ekspresi itu. Perlihatkan ekspresi takutmu itu kepadaku! Sebuah ekspresi yang indah!

Aku berusaha keras untuk menahan tawaku. Sungguh, mengerjai gadis ini benar-benar sangat menyenangkan! Dia gampang sekali takut tapi juga gampang marah! Benar-benar gadis yang lucu!

Aku berjalan mendekatinya, dia juga berjalan mundur dan langkahnya berhenti ketika menyadari sudah tidak ada jalan dibelakangnya. Tidak mungkin kan dia melompat.

Aku memegang tangannya lalu menariknya ke dalam dekapanku. Dia membeku. Aku tahu dia terkejut bukan main. Hehe, bagus! Tapi tubuhnya lumayan juga ...

Ah tidak! Jangan Gilgamesh! Dia adalah seorang pelayan! Dia juga cacat! Lagipula kau sudah bersumpah untuk tidak tidur dengan sembarang wanita lagi! Ingat sumpahmu Gilgamesh!

"Katakan, mengapa kau takut kepadaku?"

"K-karena anda adalah seorang--"

"Ah, alasan itu lagi!? Apakah tidak ada alasan lain?"

"..."

"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku gadis kecil," aku kembali mendekatkan wajahku ke wajahnya.

Dia memalingkan wajahnya. Aku dapat merasakan tubuh mungilnya gemetar. Mengapa dia takut? Astaga apa yang dikatakan oleh kedua orang tua itu kepadanya?! Bukannya bahagia karena dipeluk oleh seorang raja besar tapi malah takut?! Sikap macam apa itu?!

"Anjing kampung, sekarang aku memang tidak tahu apa yang kau dan orangtuamu sembunyikan tapi, suatu saat nanti aku akan mengetahuinya! Ingat itu!" aku melepaskan pelukanku dan berjalan menjauh, berniat ingin meninggalkannya yang masih membeku.

"Ah ngomong-ngomong," aku berhenti sesaat. Aku membalikan tubuhku untuk kembali melihat manik indahnya itu, "besok datanglah ke kamarku. Aku ingin kau menceritakan tentangmu, semuanya. Jangan lupakan itu! Aku akan menunggumu tapi jangan membuatku lama menunggu," aku memberikan senyumanku dan langsung meninggalkannya.

Apa yang terjadi denganku? Mengapa gadis ini bisa menarik perhatianku? Apa yang membuatku tertarik padanya? Mengapa aku merasakan kalau dia itu berbeda? Mengapa dia bisa membuatku nyaman?

Aku mengepal tanganku. Pertanyaan-pertanyaan itu terus menerus muncul dikepalaku. Apakah karena dia mengingatkanku kepada Enkidu sehingga aku bersikap baik kepadanya? Mungkin saja. Tapi yang pasti, aku merasakan akan ada sesuatu yang baik diantara kita berdua.

Aku membuka pintu kamarku. Aku sudah kehilangan selera makan. Kuputuskan untuk mandi dan langsung tidur.

Sebelumnya, aku juga sudah memberitahu kepala pelayan untuk membuatkan sarapan untukku dan (Y/n) besok setelah (Y/n) datang. Kata beberapa pelayan disana, (Y/n) adalah seorang pelayan yang rajin dan tahan banting. Dia bahkan bisa mengangkat sekarung gandum dibahunya.

Para pelayan istana menyebutnya si pelayan perkasa. Mereka bilang kalau dia juga sangat baik dan peduli terhadap sesama. Hm, menarik. Gadis yang menarik.

Setelah mandi, aku langsung memakai pakaian tidurku lalu langsung naik ke ranjangku dan membiarkan kegelapan membawaku ke dunia mimpi. Aku sudah tidak sabar menunggu hari esok.
-------

"Ehm ..."

Aku mengedip-ngedipkan mataku dengan perlahan. Matahari sudah terbit rupanya. Burung-burung juga sudah mulai bernyanyi.

Aku mengganti posisi tidurku dan berniat ingin tidur kembali. Aku kembali menutup mataku, membiarkan kegelapan membawaku kembali ke dunia mimpi.

Samar-samar aku dapat mendengar suara ketukan pintu. Aku tidak berniat ingin menjawabnya, jadi kuhiraukan saja. Tapi kemudian aku mendengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup.

Siapa itu? Berani-beraninya dia mengganggu acara tidurku yang berharga. Tapi aku masih malas untuk bergerak, maka dari itu aku tetap menutup mataku dan tidak melakukan apa-apa.

Aku mencium bau sesuatu. Sesuatu yang harum dan lezat. Mengapa tiba-tiba aku mencium bau ini? Ayolah, aku sedang malas bergerak!

"Yang Mulia?" aku mendengar suara perempuan yang memanggilku. Siapa sih?!

Aku masih pura-pura tertidur. Jika itu adalah kepala pelayan atau Siduri, maka aku tidak akan meladeninya. Aku akan terus berpura-pura tertidur.

Tapi bukankah kemarin aku sudah menyampaikan pesan kepada kepala pelayan untuk tidak menggangguku? Dan aku juga mengampaikan untuk menyuruh (Y/n)-- j-jangan-jangan?!

Aku langsung membuka mataku dan melihat perempuan itu. Benar, dia adalah (Y/n), si gadis aneh. Dia memegang mapan yang diatasnya ada makanan. Ah benar, aku memintanya menemuiku kemarin.

(Y/n) terlihat terkejut, sekaligus takut. Dia langsung memberikan hormat singkat kepadaku. Aku mengusap-usap mataku. Aku masih merasa ngantuk dan juga capek, tapi aku akan menepis rasa itu karena aku ingin berbicara dengan (Y/n).

"Taruh mapan itu di meja," perintahku. Diapun meletakkan mapan itu di meja sebelahku lalu berdiri sambil melihatku.

Aku masih berusaha mengumpulkan kekuatanku. Aku mendudukkan diriku lalu memegang wajahku dan menutup mataku sebentar. Aku juga yakin kalau (Y/n) masih terus menatapku.

Kemudian aku membuka mataku. Aku menatapnya sambil menepuk ranjangku, menyuruhnya untuk duduk disampingku.

(Y/n) terlihat bingung dan tetap diam ditempat. Aku kembali menepuk ranjangku sambil menatapnya dengan sabar.

"A-ada apa Yang Mulia?" tanyanya.

"Astaga, kau ini memang bodoh atau pura-pura bodoh? Aku menyuruhmu untuk duduk disampingku!"

Untuk yang kesekian kalinya, dia terkejut. Namun tanpa diduga-duga, dia menuruti perintahku. Bibirku kembali membentuk sebuah senyuman. Hari ini dia menjadi gadis penurut?

"Jadi, sudah berapa lama kau tinggal dengan orangtua angkatmu?"

Aku mengambil salah satu piring yang berisikan makanan itu lalu memberikannya kepada (Y/n) kemudian mengambil piring yang satunya dan langsung memakan sarapanku.

(Y/n) menatapku kemudian menatap piring yang kuberikan lalu menatapku kembali dengan tatapan bingung. Aku melihatnya sambil menunggu jawabannya dengan sabar. Tentu sambil mengunyah makananku.

"Um ..., baru seminggu lebih."

"Jadi masih baru hm? Bagaimana dengan orangtua kandungmu?"

"M-mereka ... aku berpisah dengan mereka. Ayahku meninggalkan ibuku, aku, dan kedua adikku. Dia menikah lagi dengan perempuan lain. Lalu aku terpisah dengan ibuku dan kedua adikku."

Dia menundukkan kepalanya. Matanya juga berkaca-kaca. Kali ini dia tidak berbohong. Baiklah, aku percaya kepadanya.

"Kau anak pertama dari tiga bersaudara?"

"Hm! Aku adalah anak tertua dan aku harus bekerja membantu ibuku untuk bisa mendapat makan sehari-hari. Adik-adikku juga membantu kami tapi ... aku khawatir mereka tidak bisa fokus belajar jadi--"

"Belajar? Kau bangsawan?"

Aku memotong ceritanya karena terkejut. Adik-adiknya belajar? Berarti dia adalah bangsawan? Bisa saja karena dia cacat dia diusir dari keluarganya.

"Tidak! T-tentu tidak! Ada seorang yang baik. Dia mengajari adik-adikku untuk membaca dan menulis. Kami sangat berhutang kepadanya!"

"Ah, begitu rupanya. Sangat jarang ada seorang bangsawan yang berbaik hati. Baiklah, menarik. Tapi tunggu, mengapa kau tidak memakan sarapanmu? Ingin aku menyuapimu?"

"T-tidak! Tidak usah! Aku bisa makan sendiri tapi ... tadi aku sudah sarapan ..."

Aku menatapnya dengan menaikkan sebelah alisku. Astaga, dia menolak makanan kerajaan. Apa-apaan itu?! Bahkan Enkidu saja tidak bisa berhenti makan pada saat pertama kali dia datang ke istanaku.

"Makanlah makanan itu. Aku menyuruh para pelayan memasaknya khusus untukmu. Kau tidak kasihan pada kerja keras mereka?" ucapku.

Dia kembali menundukkan kepalanya. Tanpa ku duga rayuanku berhasil. Dia merobek roti pipih itu lalu memakannya. Walau agak susah karena dia memakai cadar, jadi dia harus membuka sedikit cadarnya.

Kesempatan! Aku penasaran dengan wajahnya! Mungkin aku bisa melihat wajahnya yang cacat dan jika cacat itu dikarenakan oleh luka, mungkin aku bisa meminta tabib untuk membuatkan obat untuknya.

Tanpa kusadari, aku terus menerus menatapnya. (Y/n) juga menyadari hal tersebut sehingga dia menghentikan aktivitasnya. Tersadar dengan kami yang saling tatap-menatap, akupun dengan cepat-cepat memutuskan kontak mata dengannya.

"Ehem! Jadi, bagaimana menurutmu dengan istana ini?"

"Istana ini? Istana ini terlihat sangat indah! Banyak lukisan-lukisan unik dan barang-barang unik lainnya! Sampai sekarang aku masih penasaran, kalau aku menjual barang-barang itu entah berapa yen yang akan kudapat."

"Hm, hm. Aku menger-- APA?! KAU INGIN MENJUAL BARANG-BARANGKU?!" aku terkejut bukan main. Berani-beraninya?!

"Aku tidak menjualnya! Aku hanya penasaran!"

"Kau memikirkan itu artinya kau berniat ingin menjualnya!"

"Sungguh Yang Mulia! Aku tidak berniat ingin mengambil barang-barangmu! Bukannya uang yang kudapat malah kepalaku yang putus nantinya! Tidak mau! Lagipula aku bahagia dengan orangtuaku yang sekarang! Mereka sangat baik dan perhatian kepadaku!"

"Huff, syukurlah kalau begitu. Kau tahu posisimu anjing kampung. Jangan berpikir karena aku baik kepadamu, kau bisa bersikap semaunya!"

"Tenanglah Yang Mulia! Aku tahu diri! Tapi, mengapa Yang Mulia bersikap baik kepadaku?"

Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Itu juga pertanyaan yang kutanya-tanyakan. Mengapa aku bisa bersikap baik kepadanya?

"Yang Mulia?"

"Huh? Aku baik kepadamu karena ... kau mengingatkanku kepada satu-satunya sahabat dan saudaraku, Enkidu. Dan lagipula, aku bosan jadi aku butuh penghibur. Kau adalah gadis aneh, gadis teraneh yang pernah kutemui dan menurutku kau lucu!"

Dia membeku di tempatnya itu kemudian dia mengalihkan pandangannya dariku. Ah, dia malu? Aku tertawa sekilas lalu mendekatinya. Aku merangkulnya dan mendekatkan wajahku ke wajahnya.

"Y-Yang Mulia?! A-Apa yang--"

"Tenang, aku tidak akan melakukan apapun, gadis aneh! Ini adalah caraku untuk menunjukkan bahwa aku menerimamu sebagai temanku. Ingat, hanya teman, bukan sahabat! Dan kau bersyukurlah akan hal tersebut!"

Aku mengecup pipinya sekilas lalu kembali menatap matanya. Aku kembali mengagumi maniknya yang indah. Aku tersenyum dengan lembut sambil menatapnya yang sedang panik.

Sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Gadis ini benar-benar gadis yang aneh sekaligus menarik. Aku berharap kejadian yang menimpa Enkidu tidak akan terjadi lagi.

"FUAHAHAHAHAHA! EKSPRESIMU BENAR-BENAR SANGAT LUCU! AHAHAHAHAHA!!!"

"Ugh, DASAR RAJA MESUM!!!!!!!!!!!!!!!"

End of Gilgamesh's POV
.
.
.
.
.
.
.
Author's Note:
Yo dan kembali lgi dengan ane!

Selamat Tahun Baru 2018 untuk semuanya desu! Semoga apa yg klian harapkan akan terjadi dan semoga Tuhan selalu menyertai dan memberkati kalian!

Btw, maaf kalau chapter ini gaje dan ada unsue typo dsb! Sumanai desu! Tp ane harap klian menyukai chapter ini!

Jngan lupa untuk memberikan vote lalu komen! Dan jga memfollow akun ini jika berkenan!

Jangan lupa untuk membaca crita x reader ane yg lain! Judulnya:
• My Bloody Prince (Yandere! Prince x Reader)
• One and Only Friend/Lover (Enkidu x Reader)

Ditunggu votemennya!

See ya di chapter selanjutnya~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro