Jangan Tinggalkan Kami, Enkidu!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Enkidu's POV

Sudah beberapa minggu sejak aku melihat mereka melakukan 'itu' dan hubungan mereka semakin lama semakin dekat. Gilgy juga mempersiapkan pesta pernikahan yang megah untuk mereka nanti.

Ah, aku sudah tidak sabar! Aku sangat bahagia bisa melihat satu-satunya saudara dan sahabatku bisa bahagia dan bersama dengan perempuan yang dicintainya. Begitu juga dengan (Y/n). Aku juga sangat menyayanginya.

Aku sudah menganggap (Y/n) sebagai saudara perempuanku sendiri. Dia adalah orang yang sangat sangat baik dan juga kuat. Aku ingat ketika pertama kali aku bertemu dengannya, dia memakai cadar.

Aku tahu kalau dia berbohong tentang wajahnya yang cacat. Aku juga datang mendatanginya lewat mimpi. Dan akhirnya, pada saat aku merasa kalau aku bisa mempercayainya, kuputuskan untuk memperlihatkan diriku ini kepadanya.

Waktuku sudah hampir habis. Bukan karena hal yang kuinginkan akan segera terwujud tetapi, aku melanggar sebuah peraturan. Aku sering menyentuh benda-benda makhluk hidup untuk melindungi Gilgamesh.

Teman dari (Y/n), Sora dan juga tetua Hweil berniat ingin membunuh Gilgamesh. Aku mendengar pembicaraan mereka di koridor istana beberapa waktu yang lalu. Mereka berniat ingin meracuni Gilgamesh.

Untunglah air yang dibawa oleh pelayan yang sudah diracuni berhasil ku jatuhkan. Bukan hanya itu, aku sering menjatuhkan barang atau mendorong Gilgamesh agar Gilgamesh dapat terhindar dari serangan-serangan itu.

Hweil adalah orang yang jahat. Dia berhasil memanipulasi Sora agar Sora mau bekerjasama dengannya. Aku ingin mengatakannya kepada (Y/n) tapi jika aku mengatakannya, pasti (Y/n) akan bersedih.

Hari ini keadaan (Y/n) tidak terlalu bagus, maka Gilgy dan aku memintanya untuk beristirahat. Gil pasti sedang berada di ruang kerjanya. Entah mengapa aku merasa khawatir kepadanya, apalagi Sora sedang tidak ada disini.

Mereka dapat membohongi orang lain dengan menghilangkan aura keberadaan Sora tapi mereka tidak dapat membohongiku. Walau dengan sihir sekalipun, aku tidak akan mudah tertipu.

Sudah lama aku hidup dihutan, jika tidak bisa dengan pengeliatan, maka dengan pendengaran. Jika masih tidak bisa maka dengan penciuman. Aku adalah setengah binatang jika kalian lupa akan hal itu.

"(Y/n), aku akan pergi sebentar. Aku akan memeriksa Gilgamesh, apa tidak masalah?"

"Hm! Tidak masalah kok Enkidu! Aku baik-baik saja! Pergilah!"

"Baik, terima kasih (Y/n)! Aku akan segera kembali!"

Dengan cepat aku terbang menghampiri Gilgamesh. Perasaanku sudah tidak enak. Gilgy adalah sasaran empuk mereka karena tidak ada yang bersama dengan Gilgamesh sekarang.

Apalagi ketika Gilgamesh mengumumkan bahwa dia dan (Y/n) akan menikah. Terlihat jelas tatapan tidak suka dan benci dari Sora. Sora mengepal tangannya, wajahnya juga sudah merah karena marah.

Sesampainya disana, aku melihat Gilgamesh yang sedang serius mengerjakan pekerjaannya. Siduri tidak terlihat karena dia jarang berada diistana. Aku memeriksa ruangan ini, tidak ada masalah.

Lalu aku melihat keluar jendela dan menemukan seseorang atau lebih tepatnya Sora yang sedang memakai penutup kepala yang sedang mengawasi Gilgy. Dia memakai busur dan aku yakin busur itu juga sudah diracuni.

Gawat, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Jika aku memegang sebuah benda maka keberadaanku akan menghilang. Aku tidak akan bisa bersama dengan Gilgamesh maupun (Y/n) lagi.

Aku tidak akan bisa melihat mereka menikah, melihat anak-anak mereka. Setelah beberapa menit, akhirnya Sora mulai mengambil panahnya dan dia mengarahkan panah tersebut kearah Gilgamesh.

Aku melihat kearah meja Gilgamesh. Tidak ada benda ringan yang bisa kujatuhkan. Tidak ada pilihan, aku akan menjatuhkan salah satu tablet ini.

"Gilgamesh, maafkan aku karena aku sudah tidak bisa melindungimu lagi. Selamat tinggal, sahabatku!"

Dengan cepat aku menjatuhkan tablet yang ada di pinggir meja dan waktunya pas sekali karena Sora sudah menembakkan panahnya ketika Gilgamesh ingin mengambil tablet tersebut.

"Huh?" ucap Gil ketika dia melihat panah yang tertancap di pintunya.

Aku melihat tanganku yang sudah semakin memudar. Bagaimana ini? Aku harus menemui (Y/n) dan mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

Gilgamesh melihat ke belakang dan mendapati Sora disana. Dengan cepat Gilgamesh mengeluarkan Chains of Heaven lalu merantai Sora yang sudah terlihat panik.

Aku tersenyum puas. Baiklah, mungkin sudah saatnya aku pergi dari ruangan ini. Aku akan menemui (Y/n) dan mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

Aku memeluk Gilgamesh yang memunggungiku, lalu mengecup pipinya dan puncak kepalanya.

"Selamat tinggal Gil. Aku menyayangimu!"

Aku langsung terbang meninggalkan ruangan ini. Pada saat aku melintasi lorong-lorong, aku bertemu dengan Shamhat, perempuan yang ku cintai.

Dia sedang bercengkrama dengan pelayan-pelayan istana yang tak lain adalah sahabatnya. Aku menghampirinya lalu memeluknya dan mencium pipinya.

"Selamat tinggal Shamhat. Semoga para dewa selalu menyertaimu!"

Aku melihat (Y/n) sedang melihat kearah jendela dengan tatapan sendu. Ada apa dengannya? Dengan perlahan aku menghampirinya lalu memeluknya dari belakang.

"Woah! Enkidu? Ahaha, ku kira sia-- Enkidu apa yang terjadi kepadamu?"

"(Y/n), sudah saatnya bagiku untuk menghilang. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepadamu."

(Y/n) membelalakkan matanya. Tak lama terlihat sesuatu yang bening yang keluar dari matanya. Aku tersenyum lemah lalu memeluknya, memeluknya dengan erat.

"Enkidu! *hiks* jangan tinggalkan kami! *hiks* kumohon!"

"Aku juga tidak ingin meninggalkan kalian, saudariku. Tapi tidak bisa. Aku sudah melanggar peraturan! Aku tidak bisa berlama-lama disini."

"Enkidu! *hiks* Enkidu!!"

(Y/n) meraih tangannya dan berniat ingin memelukku. Aku tahu kalau dia tidak bisa menyentuhku karena aku hanyalah arwah, bukan makhluk hidup.

"(Y/n), aku ingin memperingatkanmu tentang tetua Hweil dan Sora, sahabatmu. Mereka berniat ingin membunuh Gilgamesh. Maafkan aku karena aku mengatakan ini, (Y/n)!"

"Sora-kun dan tetua Hweil ingin membunuh Gil? Mengapa?"

"Hweil ingin menjadi raja dan dia memanipulasi Sora untuk melancarkan aksinya. (Y/n), kumohon, jagalah Gilgamesh untukku! Aku sudah tidak bisa melindunginya lagi!"

"Enkidu, jangan berbicara seperti itu! Kamu masih bisa melindunginya!"

"Maafkan aku, (Y/n). Aku tidak bisa. Berjanjilah kepadaku kalau kau akan melindungi Gilgamesh!"

(Y/n) menangis tersedu-sedu. Perasaanku juga terluka. Rasanya sangat sakit ketika harus meninggalkan orang yang sangat kau kasihi. Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa melakukannya!

"Aku berjanji! Aku berjanji akan melindungi Gilgamesh! Kamu juga berjanjilah kepadaku kalau kamu juga akan kembali! Enkidu!"

"Soal itu, aku tidak bisa berjanji kepadamu. Maafkan aku, (Y/n)."

"Enkidu!!" (Y/n) kembali menangis.

Mendengar jeritan nangisnya sangat membuatku tidak sampai hati. Maafkan aku (Y/n) karena aku membuatmu menangis, mengeluarkan air matamu untuk aku yang hina ini.

"Waktuku sudah habis, selamat tinggal, (Y/n). Doaku selalu menyertaimu! Semoga kau selalu diberkati oleh para dewa!"

"Tidak! Enkidu!"

"Sampaikan salamku kepada Gilgamesh."

Perlahan tapi pasti, pandanganku menjadi gelap. Tubuhku juga pasti sudah menghilang. Aku menutup mataku, menunggu kejadian apa yang akan kualami.

...

...

...

...

...

...

"Enkidu!"

...

"Enkidu!

...

"Enkidu, buka matamu!"

Aku mendengar suara seorang perempuan. Suara perempuan yang tak asing bagiku. Suara seorang perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Sang Ratu Dunia Bawah, Ereshkigal.

Aku membuka mataku dengan perlahan. Aku sudah terbaring di tempat orang-orang mati. Aku mendudukan diriku dan melihat Ereshkigal yang melihatku dengan tatapan sendunya.

"Enkidu, maafkan aku karena aku tidak bisa membantumu!"

"Tidak masalah, Ereshkigal. Terima kasih!"

"Sekarang Enkidu, kembalilah ke tempatmu. Untuk masalah Gilgamesh dan (Y/n), biar aku yang akan mengurusnya!"

"Baiklah, sekali lagi, terima kasih, Ereshkigal!"

Aku membangkitkan tubuhku, memberikan hormat kepada Ereshkigal lalu berjalan di tempat yang gelap ini. Perlahan demi perlahan, aku berjalan ke tempat yang gelap, ke tempat dimana seharusnya aku 'disimpan'.

Namaku adalah Enkidu. Biasanya aku dipanggil dengan sebutan Chains of Heaven. Satu-satunya lawan yang setimpal dengan Gilgamesh, satu-satunya sahabat yang dimiliki oleh Gilgamesh.

Yang harus mati mengenaskan karena mendapat hukuman dari para dewa. Sekarang, mungkin aku dapat tidur dengan tenang karena Gilgamesh sudah menemukan perempuan yang dicintainya, yang dicarinya selama ini.

Aku hanya bisa berdoa, berdoa agar di kehidupan selanjutnya aku bisa dapat bertemu kembali dengan Gilgamesh dan (Y/n). Menjadi saudara ataupun sahabat mereka. Menjadi harta berharga yang mereka miliki.

(Rest in peace, Enkidu TvT)

End of Enkidu's POV
.
.
.
.
Reader's POV

"Enkidu! Jangan tinggalkan aku! Enkidu!"

Aku menangis tersedu-sedu sambil memeluk diriku sendiri. Enkidu menghilang, Enkidu sudah menghilang.

Aku berusaha memanggilnya tapi hasilnya tetap sama. Dia sudah tidak ada. Dia sudah meninggalkan aku dan Gilgamesh! Enkidu, mengapa harus Enkidu?!

Kemudian aku teringat dengan pesannya. Sora-kun berniat ingin membunuh Gilgamesh. Dengan cepat aku membangkitkan diriku lalu berlari menghampiri Gilgamesh. Tak lupa aku juga membawa katanaku.

Ketika aku sudah hampir sampai di ruang kerja Gilgamesh, disana terlihat sangat ramai. Kemudian dengan cepat aku menerobos masuk ke ruang kerja Gilgamesh.

Disana sudah terlihat seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan penutup kepala berlutut di hadapan Gilgamesh dengan rantai-rantai yang sudah mengikatnya.

"Gil?? Ada apa?"

"(Y/n), ada yang-- astaga (Y/n), kau menangis? Ada apa?"

"Jangan pedulikan aku! Apa kamu baik-baik saja? Tidak terluka kan?"

"Aku baik-baik saja! Jangan khawatir!"

Aku melihat kearah orang ini. Orang ini langsung memalingkan wajahnya ketika mata kami bertemu.

"Naze anata wa kore o yatte iru, Sora-kun?" tanyaku langsung kepada Sora-kun. (Mengapa kamu melakukan ini, Sora-kun?)

Tidak ada jawaban dari Sora-kun. Dia hanya menundukkan kepalanya. Kemudian aku berjalan mendekatinya dan membuka penutup kepalanya.

Semua orang yang berada di ruangan ini terkejut bukan main ketika melihat siapa orang yang berada dibalik topeng tersebut.

"Kau ... JADI KAULAH YANG INGIN MEMBUNUHKU SORA?!" teriak Gilgamesh.

"BENAR! AKULAH ORANGNYA! MENGAPA? KAU INGIN MEMBUNUHKU?"

"UGH! KAU!!"

Aku menarik Gilgamesh menjauh dari Sora-kun. Aku tahu Gilgamesh berniat ingin membunuhnya. Aku ingin menolong Sora-kun tapi dengan keadaan seperti ini maka Sora-kun pasti akan dihukum mati!

"Biarkan aku berbicara dengannya, Gilgamesh. Aku ingin berbicara dengannya," aku melihat Gilgamesh dengan tatapan memelas.

Gilgamesh membuang napas kasar, "ugh, terserah padamu!"

"Terima kasih. Mengapa kamu melakukan itu, Sora-kun? Sudah kubilang, jangan melakukan hal yang akan membahayakan dirimu!"

"Aku mencintaimu, (Y/n)-san! Aku mencintaimu! Aku sudah mencintaimu bahkan sejak kita masih kanak-kanak! Kau lebih memilih raja brengsek itu daripada aku, sahabatmu?"

"Sora-kun, sudah ku bilang kalau aku hanya menganggapmu sebagai sahabatku, tidak lebih. Mengapa kamu ingin membunuh Gilgamesh?"

"Aku ingin membunuhnya! Aku ingin melenyapkannya agar kau bisa menjadi milikku!"

Aku melihat ke sampingku, disana terlihat Gilgamesh yang sudah menatap tajam Sora-kun sambil mengepal tangannya. Aku melepaskan katanaku dari sarungnya, lalu mengarahkannya ke Sora-kun.

"(Y/n)? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Gilgamesh.

Semua orang yang berada disini terkejut. Terlihat Ayah dan Ibu juga Shamhat yang menatapku tidak percaya.

"(Y/n)-san, kau ingin membunuhku? KAU INGIN MEMBUNUH SAHABATMU SENDIRI DEMI LELAKI SIALAN ITU?!"

"Hanya ini yang bisa kulakukan Sora-kun! Hanya ini yang bisa kulakukan demi menembus kesalahanku dan kesalahanmu! Maafkan aku!"

"(Y/n)-san ..."

Aku mengangkat pedangku dan menarik napasku dalam-dalam. Aku menutup mataku dan pada akhirnya, aku merasakan sakit yang teramat sangat di dadaku.

Terdengar juga suara teriakan dari orang-orang yang berada di ruangan ini. Terdengar juga suara Gilgamesh dan Sora-kun yang memanggilku.

Benar, aku menusukkan katanaku ke dadaku. Sebaiknya aku mati saja daripada harus melihat Gilgamesh dan Sora-kun membenci satu sama lain karena aku.

Aku tidak bisa melihat Sora-kun mati, aku tidak bisa melihat Gilgamesh mati maka lebih baik aku saja yang menggantikan posisi mereka.

"(Y/n)! (Y/N)! CEPAT PANGGILKAN TABIB!"

"(Y/n)! (Y/n) sadarlah nak! (Y/n)! Jangan tinggalkan Ibu! Jangan tinggalkan Ibu nak! (Y/n)!"

"(Y/n)! Sadarlah putriku! Sadarlah!"

"Yang Mulia Putri! Kumohon, sadarlah!"

"(Y/n)-san ... Naze ..."

Terdengar suara Gilgamesh, Ayah, Ibu, Shamhat, dan Sora-kun. Maafkan aku Enkidu, aku tidak bisa menepati janjiku.

"Mengapa kau melakukan ini, (Y/n)? Mengapa?!" ucap Gilgamesh.

"Aku ... tidak bisa melihat kalian berdua mati. Lebih baik aku saja yang menggantikan posisi kalian ber ... dua ..."

Aku kehilangan kesadaranku setelahnya. Maafkan aku, semuanya.

End of Reader's POV
.
.
.
.
Gilgamesh's POV

(Y/n) kembali terluka. (Y/n) kembali terluka dan itu semua adalah gara-gara aku! Semua itu adalah kesalahanku! Kesalahanku!

(Y/n) sudah tak sadarkan diri, orangtua angkat (Y/n) dan Shamhat juga tak berhenti menangis. Sora terlihat sangat lemas di rantai-rantai itu.

"Yang Mulia Raja!" ucap Tabib Istana.

"Cepat obati dia, Tneau!"

Tneau mencabut katana itu dan darah keluar dengan deras dari dada (Y/n). Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan? Tabib Istana memeriksa keadaan (Y/n) dan segera mengobatinya.

"Yang Mulia Raja, maafkan hamba! Keadaan Yang Mulia Putri sangat parah. Lukanya sangat dalam. H-hamba takut kalau Yang Mulia Putri tidak akan selamat sampai besok!" ujarnya yang membuat jantungku hampir berhenti berdetak.

Orangtua (Y/n) semakin menangis menjadi-jadi, begitu juga dengan Shamhat. Bagaimana ini? Aku tidak ingin kehilangan (Y/n). Aku tidak ingin kehilangan orang yang kucintai! Tidak lagi!

Kemudian aku teringat dengan Enki. Benar, aku akan menemuinya! Aku akan meminta tolong kepadanya untuk mengobati (Y/n)!

Aku melepaskan Chains of Heaven dari Sora, lalu menggendong (Y/n) dengan hati-hati. Aku menatap tajam Sora dan menyuruhnya untuk mengikutiku.

"Kau, ikuti aku dan bantu aku! Kita akan pergi untuk menemui seseorang! Jika kau berani melarikan diri, kau benar-benar akan ku penggal!"

Sora terlihat terkejut awalnya tapi kemudian dia mengangguk dan bangkit berdiri dari tempatnya. Dengan cepat kami menyelusuri lorong-lorong istana dan pergi ke kandang kuda.

Aku meminta penjaga untuk membawakan dua ekor kuda untukku. Lalu aku menyuruh Sora untuk menaiki kuda yang satu, dan aku menaiki kuda yang lainnya sambil memeluk (Y/n).

Kami memacu kuda kami dengan cepat. Wajah (Y/n) semakin memucat, tubuhnya juga terasa dingin. Penduduk kota melihat kami terkejut tapi aku tidak memperdulikan mereka.

Setelah sampai ke gerbang Uruk, aku meminta para penjaga untuk membuka gerbangnya. Awalnya tentu mereka terkejut karena melihat (Y/n) yang tak sadarkan diri dan pakaianku yang sudah berlumuran darah. Tapi pada akhirnya mereka membuka gerbang tersebut.

Kami kembali memacu kuda kami dengan cepat sampai ke Sungai Eufrat. Enki selalu berada disana. Aku harus memanggilnya! Walau aku harus berlutut di kakinya untuk memintanya menolong (Y/n) bukanlah menjadi masalah kepadaku!

Akhirnya kami sampai, dengan cepat aku menuruni kuda sambil menggendong (Y/n) dengan hati-hati lalu berlari kearah Sungai Eufrat sambil memanggil-manggil Enki.

"ENKI! ENKI DIMANA KAU?! KUMOHON, TOLONGLAH AKU! TOLONGLAH KEKASIHKU! TOLONG SELAMATKAN DIA! TOLONG SEMBUHKAN DIA! ENKI!"

Aku berlutut di depan Sungai Eufrat sambil menggendong (Y/n). Ah, benar. Aku juga melakukan hal yang sama ketika Enkidu jatuh sakit. Aku juga memohon kepada Enki, bahkan kepada Anu untuk membebaskan Enkidu dari hukuman.

"Gilgamesh," terdengar suara yang sudah lama kutunggu.

"Enki! Enki, kumohon! Tolong sembuhkan kekasihku! Tolong sembuhkan (Y/n)! Aku akan memberikan apa saja! Apa saja termasuk nyawaku tapi tolong sembuhkan kekasihku!"

Tak terasa akupun memangis. Aku menangis sambil memeluk kekasihku yang sudah terlihat seperti mayat ini. Enki kemudian mendekatiku dan menjajarkan tingginya denganku yang sedang berlutut ini.

"Gilgamesh, aku akan menyembuhkannya. Tidak perlu sampai mengorbankan nyawamu. Baringkan dia!"

"Terima kasih banyak, Enki!"

Aku membaringkan (Y/n) di tanah ini dan membiarkan Enki menyembuhkannya. Keluar sinar dari tangan Enki dan sinar itu kemudian terbang kearah dada (Y/n) yang terluka.

Seketika luka yang ada di dada (Y/n) menjadi sembuh. Senyuman mengambang di wajahku dan juga wajah Enki. Aku kembali berterima kasih kepadanya.

"Terima kasih banyak, Enki!"

"Tidak masalah, Gilgamesh. Habiskan waktumu bersama dengan kekasihmu ini Gilgamesh karena masih butuh setahun lagi bagi bulan merah untuk muncul."

Enkipun menghilang setelah mengucapkan kata-kata itu. Aku membulatkan mataku. Bulan merah akan muncul setahun lagi? Baguslah! Aku masih bisa menghabiskan waktuku dengan (Y/n)!

Seketika aku merasa bahagia. Kemudian aku memeluk (Y/n) dengan erat dan kami bertigapun pulang ke Uruk.

End of Gilgamesh's POV
.
.
.
.
Author's Note:

Yo dan kembali lagi dengan ane!


Maaf kalau ada typo, membosankan, dsb desu! Maaf juga kalau feelnya kurang dapet! Tapi ane harap kalian akan menyukai chapter ini!

Jangan lupa juga untuk memberikan vote dan komen! Lalu memfollow akun ini jika berkenan!

See ya next chapter~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro