Kaca apa itu?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Keterangan:
(F/N): First Name
(L/N): Last Name
(H/C): Hair Colour
(E/C): Eyes Colour
(Y/N): Your Name

Reader's POV

"Onee-san! Onee-san! Aku ingin sosis! Boleh ya?"

"Yousoro! Sebentar ya~"

Aku mengusap puncak kepala adikku tersayang ini. Kemudian aku membuka kulkas yang berada disampingku lalu mengambil kotak yang berisikan sosis sayur yang kubuat beberapa hari lalu.

Aku mengambil 4 buah sosis kemudian memotong sosis tersebut menjadi bentuk gurita lalu menggorengnya. Aku juga mengambil 4 butir telur yang nantinya akan kubuat sebagai omelette.

Kedua adikku duduk manis sambil menunggu sarapan mereka sebelum mereka berangkat ke sekolah. Ah, menu yang sama untuk bekal mereka juga! Aku harap mereka tidak akan bosan dengan menu makanannya, hehe ...

"Ini dia~~!" aku menaruh piring yang berisikan sosis goreng yang berbentuk gurita dan omelette di atas meja.

"Yey~~~ Terima kasih!" ucap mereka bersamaan.

Mata kedua adikku berbinar seketika. Mereka mengambil sumpit dan langsung menyantap sarapan mereka dengan lahap. Sementara aku, aku menyiapkan bubur untuk Mama. Mama sedang sakit sehingga dia tidak bisa sarapan bersama kami. Diapun cuti dari pekerjaannya untuk beberapa hari.

"Aku ke atas dulu ya! Kalian makannya pelan-pelan, jangan sampai tersedak atau berantakan, okay?"

"Okay~!" ucap mereka bersamaan.

Namaku adalah (F/N) (L/N) dan aku adalah anak tertua di keluargaku. Aku mempunyai sepasang adik kecil yang manis! Mereka adalah Kozue dan Hinata! Kozue adalah adik lelaki kandungku dan warna rambutnya sama dengan warna rambutku, (H/C)! Yang beda hanyalah warna mata kami, mataku berwarna (E/C) sedangkan Kozue berwarna biru langit. Lalu Hinata adalah adik perempuan angkatku!

Orangtua Hinata meninggalkannya sejak dia masih bayi. Aku dan Mama menemukannya di tempat pembuangan sampah. Sedih memang tapi sekarang dia mempunyai keluarga yang menyayanginya. Hinata mempunyai rambut berwarna hijau dan maniknya juga berwarna senada dengan rambutnya.

Mama adalah seorang pembuat kue di toko kue milik paman. Mama secara tiba-tiba jatuh sakit kemarin dan semalaman Mama demam tinggi. Untunglah sekarang demamnya sudah mereda.

Sedangkan Papa, dia sudah 3 tahun meninggalkan kita. Papa pergi bersama wanita lain dan aku yakin sekarang dia sudah mempunyai anak baru. Dia adalah laki-laki yang sangat tidak bertanggung jawab! Aku selalu berdoa dan berharap semoga Kozue tidak akan sepertinya nanti.

Aku duduk di kelas 2 SMA, yang artinya sebentar lagi aku akan duduk di kelas 3 SMA dan setelahnya aku akan lulus. Aku akan cari pekerjaan yang gajinya akan lebih tinggi dari pekerjaanku sekarang. Yup, aku juga bekerja paruh waktu tepatnya sebagai pelayan restoran.

Tapi bisa dibilang gajinya lumayan tinggi karena setiap hari aku akan lembur. Lalu pada saat keadaan restoran sedang sepi, aku akan mengerjakan tugas sekolahku. Kozue dan Hinata juga membantu Mama menjual roti yang sudah dibuatnya.

Aku harus menghidupi Mama dan adik-adikku. Aku ingin melihat adik-adikku kuliah dan mendapatkan kehidupan yang layak kelak. Mereka dan Mama adalah hidupku, mereka adalah penyemangatku dan alasanku untuk berjuang.

Ngomong-ngomong, kami tidak terlalu memikirkan soal uang sekolah dan uang jajanku. Aku mendapat beasiswa di sekolahku karena aku selalu mendapat nilai sempurna hampir pada setiap mata pelajaran di sekolahku.

Dan aku juga mendapat sebuah kartu dimana jika kami yang mendapat kartu berbelanja di kantin sekolah atau koperasi, maka kami tidak akan membayar barang atau makanan yang kami beli. Cukup tunjukkan kartu tersebut dan kakak-kakak disana akan melayani kami dengan ramah.

Bisa dibilang kalau pemerintah membiayai sekolah ku hingga aku tamat nanti. Dan untuk urusan kuliah, aku harus mengikuti ujian khusus untuk dapat menerima sponsor full untuk kuliahku.

Ah, ngomong-ngomong soal sekolahku, aku bersekolah di History School Japan. Jadi di sekolahku ini kita lebih berfokus ke sejarah-sejarah dunia. Kami juga masih mempelajari beberapa pelajaran umum lain tentunya tapi orang yang bersekolah disini bercita-cita untuk menjadi seorang guru sejarah atau menjadi seorang arkeolog. 

Tak heran jika kami mempelajari bahasa-bahasa kuno yang sudah hilang dan kami juga sering pergi ke museum. Aku bercita-cita ingin menjadi arkeolog nantinya walau . . . awalnya aku ingin menjadi dokter sih. 

Tapi tak masalah! Aku merasa sangat bersyukur karena aku dapat menggunakan otakku dengan sangat baik. Karena kalau tidak maka Mama juga harus memikirkan uang sekolahku juga uang jajanku. Bersekolah di sekolah khusus seperti ini tidaklah murah, kau tahu?

Tok! Tok!

"Mama, aku masuk ya," aku membuka pintu dan segera meletakkan mangkuk yang berisikan bubur itu di meja dekat ranjang lalu menutup pintu dengan perlahan.

Mama melihatku sambil tersenyum lemah. Aku membantu Mama untuk duduk lalu mulai menyuapi Mama. Mama tidak mengatakan apa-apa dan hanya memakan buburnya dalam diam.

Setelah selesai, aku memberikan obat dan air putih untuk Mamaku. Aku dan Mama memang tidak terlalu banyak berkomunikasi, mungkin karena aku mengingatkan Mama pada Papa.

Aku memiliki warna rambut dan mata yang sama dengan Papa. Bahkan banyak orang yang bilang jika aku seumuran dengan Papa, aku akan dianggap sebagai kembaran Papa.

"Mama, keadaan Mama bagaimana? Apakah sudah mendingan?"

"Hm-mn, sudah jauh lebih bauk. Terima kasih banyak," ucap Mama yang matanya sudah berkaca-kaca.

Dengan cepat aku memegang tangan Mama dengan erat, ada apa? Apakah ada perbuatanku yang tidak enak dilihat sehingga membuat Mama bersedih?

"Ada apa, Ma? Kenapa Mama sedih? Apa ada yang sakit?"

"Tidak (Y/n), tidak apa-apa. Mama hanya berpikir kalau Mama adalah seorang ibu yang gagal. Kau harus menjadi tulang punggung keluarga karena ayahmu pergi dengan perempuan jalang itu! Maafkan Mama..."

"Tidak Ma! Jangan begitu dong! Jangan mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal! Cepat atau lambat aku akan menjadi tulang punggung keluarga dan aku sangat sangat berterima kasih karena Mama sudah membesarkanku sampai aku menjadi seperti sekarang! Mama adalah mama terbaik sepanjang masa!"

Aku memeluk Mama untuk menenangkan Mama yang menangis. Aku juga merasa mataku menjadi sedikit perih sebelum akhirnya air mata berhasil keluar dari mataku.

Mama melepaskan pelukannya lalu dia mengecup keningku. Mama mengusap kepalaku dengan sayang sambil menatap wajahku.

"Terima kasih, (Y/n). Kamu adalah seorang anak yang baik. Mama sangat bangga dan bersyukur karena mendapatkan anak sepertimu. Pergilah sekarang, nanti kamu terlambat."

Aku mengangguk untuk menjawab. Kemudian aku mengambil mangkuk serta gelas tadi lalu beranjak pergi meninggalkan Mama yang sudah bersiap untuk tidur.

Sesampainya di bawah, Kozue manisku ini sedang mencuci piring. Sedangkan Hinata membantu mengeringkan piring yang sudah bersih dengan kain. Aku tertawa sekilas melihat kedua adikku yang manis dan juga pintar ini.

"Adik-adikku yang pintar dan manis, terima kasih atas kerja keras kalian! Nanti akan kubelukan permen susu untuk kalian, bagaimana?"

Ucapku dari belakang mengejutkan mereka berdua.  Kemudian ketika mereka mendengar aku akan membelikan permen untuk mereka, senyuman lebar mengambang diwajah mereka.

----

Setelah aku mengantar adik-adikku ke sekolah mereka, aku langsung melangkahkan kakiku ke sekolahku yang berada tak jauh dari sekolah kedua adikku.

Ketika memasuki gerbang, aku menyapa kedua penjaga keamanan di sekolah ini. Aku dan para pekerja yang berada disekolah ini bisa dibilang akrab karena terkadang aku akan membantu mereka atau sebaliknya.

Aku membuka lokerku dan menukar sepatuku dengan sepatu sekolahku lalu aku langsung pergi menuju kelasku.

"(Y/n)-chii~!" panggil seseorang dari belakangku.

"Ah, Souji-kun! Selamat pagi! Sora-kun juga!" aku membungkukkan tubuhku sedikit.

Disana terlihat seorang lelaki tinggi dengan rambut berwarna coklat dan mata hazelnya menatapku dengan tatapan serta senyuman nakal seperti biasa. Disampingnya berdiri seorang lelaki yang merupakan kembaran dari Souji-kun.

Berbeda dengan kembarannya yang sedikit nakal, cerewet dan genit, Sora-kun adalah orang yang sangat pendiam dan dia juga orang yang sangat lembut. Sora-kun mendatangiku dan mengusap kepalaku sambil menunjukkan senyuman indahnya itu.

"Selamat pagi, (Y/n)-san. Terima kasih atas kerja kerasmu semalam! Aku sangat terbantu."

"T-tidak masalah Sora-kun! Aku bekerja di restoranmu jadi itu adalah tugasku. Justru akulah yang harus berterima kasih," ucapku dengan semangat sambil berjalan masuk ke kelas yang diikuti oleh kedua saudara kembar ini.

Aku bekerja di restoran milik keluarga Okita yang merupakan adalah restoran milik keluarga sahabatku ini. Kedua orangtua Souji-kun dan Sora-kun memberikan restoran ini kepada Sora-kun. Untungnya Souji-kun tidak cemburu dan memusuhi adiknya karena orangtuanya itu.

"Hm~ aku ingin dilayani (Y/n)-chii juga! Bagaimana kalau siang ini aku makan di restoranmu saja? Hm? Bagaimana Sora?" ucap Souji-kun.

"Terserah kakak. Toh restoran itu adalah milik keluarga, tapi bayar ya!"

"Loh aku kan kakak mu! Gratisin dong!"

"Kakak tetap pelanggan. Tidak ada gratisan."

"Pelit nya...."

Aku tertawa bersama dengan kedua sahabatku ini. Aku dan mereka sudah bersama sejak kami masih kanak-kanak. Sejak dulu kami sudah satu sekolah dan kami juga selalu bermain bersama.

Aku masih ingat ketika mereka berdua menolongku dari anak-anak nakal yang ingin mengambil uangku pada saat masih TK. Hatiku terasa hangat ketika mengingat kejadian itu.

---------

"HEI! TINGGALKAN DIA SENDIRI!!!!!!!!" ucap seorang lelaki yang berlari menghampiri kami.

"Heh? Bukankah itu si anak kaya bodoh? Hei bos, kita bisa memerasnya juga!" ucap seorang kakak jahat yang bertubuh lebih kurus.

"Benar! Lagipula saudara kembarnya si Sora tidak terlihat! Ayo kita habisi dia!" ucap seorangnya lagi yang memakai topi.

Lelaki ini menghadap kedua kakak-kakak jahat ini sambil melipat tangannya didepan dadanya. Aku masih menangis karena rambutku yang dijambak masih terasa sangat sakit.

Selain itu, kakiku berdarah karena tadi mereka mendorongku hingga terjatuh. Tak lama, lelaki yang menolongku berkelahi dengan kakak-kakak jahat ini.

"HEI! LEPASKAN! HEI!" teriak lelaki penolongku ini.

"Heheh! Dasar kerdil! Kau hanyalah seorang anak bodoh yang tidak bisa apa-apa tanpa saudaramu! Ngomong-ngomong, dimana adikmu Sora?" salah satu kakak jahat yang memakai topi mengangkat lelaki penolongku selayaknya seekor kucing.

"Kalian mencariku?" terdengar suara dari belakangku.

Aku membalikkan tubuhku dan melihat seseorang yang mirip dengan lekaki yang menolongku tadi. Dengan panik, kakak-kakak ini segera menurunkan lelaki yang menolongku lalu lari terbirit-birit.

"Kamu tidak apa-apa?" ucap lelaki yang dibelakangku.

"Hei kamu tidak apa-apa, gadis cantik? Sini kakak bantu~ ngomong-ngomong siapa namamu? Namaku Souji! Dan ini adik kembarku Sora! Salam kenal!"

Aku melihat mereka bergantian, lalu akupun tersenyum bahagia.

"Aku (Y/n). Terima kasih karena sudah menolongku dan salam kenal!"

------

Bel sekolah berbunyi dan saatnya bagi kami untuk belajar. Pelajaran pertama adalah pelajaran Bahasa Jepang dan puisi. Toshizou Sensei masuk ke kelas dengan tatapan datar dan kejam seperti biasanya

Souji-kun duduk di sebelah kiriku sedangkan Sora-kun duduk di sebelah kananku. Banyak orang yang bilang kalau aku sangat beruntung karena aku duduk disamping si kembar keren.

"Bersiap! Beri hormat!"

"Selamat pagi pak!"

"Selamat pagi, anak-anak! Baiklah, buka buku halaman 56 dan Souji-kun, aku minta kau baca puisi yang ada di halaman tersebut!"

"Heh? Kenapa aku? Kenapa gak Sora atau yang lainnya saja?"

Toshizou Sensei menatap Souji-kun dengan tatapan tajam dan mematikan. Aku mendengar hembusan napas kasar yang kupercayai berasal dari Sora-kun.

Aku juga merasakan kalau keringat dingin keluar dari dahiku. Pasalnya, kalau Toshizou Sensei sudah marah, bukan hanya Souji-kun atau yang bermasalah saja yang kena masalah tapi yang lain juga terkena dampaknya.

"Souji-kun, kau bukan hanya pemalas tapi juga pembangkang? Wah, hebat sekali!" ucap Toshizou Sensei.

"Terima kasih atas pujianmu, Sensei! Aku sangat senang! Ah ngomong-ngomong, apa kau sudah punya pacar? Kalau belum, mau kuberitahu caranya?"

"Apa kau bilang ..." alis Toshizou Sensei menjadi sangat curam.

Bulu kudukku berdiri. Aku merasa aura dikelas ini menjadi berubah. Teman-teman sekelasku juga menjadi takut. Astaga, ini buruk. Buruk sekali.

-------

Yah, akhirnya kami sekelas dihukum oleh Toshizou Sensei. Kami harus berlari di lapangan sebanyak 5 kali untuk perempuan dan 10 kali untuk laki-laki. Lalu 15 kali untuk Souji-kun.

Sebenarnya tidak sebanyak itu. Awalnya Toshizou Sensei hanya menghukum kami untuk lari lapangan sebanyak 1 kali untuk perempuan dan 2 kali untuk laki-laki. Sedangkan untuk Souji-kun hanya 3 kali.

Tapi beberapa temanku protes, kata mereka itu tidak adil. Karena kami tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Toshizou Sensei dan Souji-kun, sebenarnya akupun menyetujui hal tersebut.

Kami membuat Toshizou Sensei menjadi sangat marah dan ya ... Akupun belum sarapan dan aku merasa kepalaku menjadi pusing. Beberapa teman wanitaku juga begitu.

"Ayo kita ke kantin!" ajak salah seorang teman perempuanku yang bernama Kayo-chan.

"Iya, ayo!"

Aku dan Kayo-chan pergi ke kantin, yang kemudian disusul oleh Sora-kun. Entah mengapa tapi Sora-kun dan Souji-kun pasti akan mengikutiku kemanapun aku pergi, termasuk ke toilet. Tapi tentu mereka tidak masuk ke dalam toilet tersebut.

"Hei hei," panggil Kayo-chan secara berbisik.

"Ada apa?"

"Kamu tidak risih dengan mereka berdua? Maksudku, Sora dan Souji? Mereka selalu bersamamu!"

"Aku sudah dari kecil bersama mereka jadi, aku sudah terbiasa? Tidak apa-apa kok! Mereka baik!"

"Baik kepadamu tapi tidak untuk kami --kecuali Souji! Sora selalu melemparkan tatapan dinginnya ke kami! Dia bahkan tidak pernah berbicara kepada kami! Ah atau mungkin ..."

"Apa yang kalian bicarakan?" ucap Sora-kun tiba-tiba yang mengejutkan kami berdua.

"Ah, tidak~ tidak kok~!" ucap Kayo-chan.

Sora-kun menatap Kayo-chan tidak suka lalu dia menarik tanganku dan kami berjalan menjauh, meninggalkan Kayo-chan yang memanggil-manggil kami.

Sora-kun mengajakku ke atap sekolah. Disini sangat sepi dan kurasa hanya aku saja yang sering berkunjung di tempat ini. Disini terasa sangat damai dan nyaman. Souji-kun dan Sora-kun juga suka dengan tempat ini dan biasanya kami akan makan siang bersama disini.

"Sora-kun! Kamu tidak boleh begitu dong! Kasian Kayo-chan!"

"Apa yang kalian bicarakan?"

"T-tidak kok! Tidak ada apa-apa ..."

Aku tidak mau menatap Sora-kun. Aku adalah tipe orang yang tidak bisa berbohong. Aku bodoh ya?

Kemudian Sora-kun memegang daguku dan memaksaku untuk melihat matanya. Tak lama, Sora-kun mendekatkan wajahnya. Dia ingin menciumku?

Sebelum dia bisa menempelkan bibirnya ke bibirku, aku sudah menamparnya duluan. Aku berlari meninggalkan dia disana yang terus memanggilku.

Aku ... aku tidak mau! Dia adalah atasanku dan dia adalah sahabatku! Aku tidak ingin hubungan pertemanan ini menjadi berantakan hanya karena dia mau menciumku! Aku tidak bisa!

----

Bel sekolah sudah berbunyi yang tandanya sudah waktunya untuk pulang sekolah. Aku memutuskan untuk pulang lebih cepat dari Souji-kun dan Sora-kun.

Dikelas aku dan Sora-kun tidak mengucapkan apa-apa. Tapi, aku mendengar bahwa Sora-kun mengucapkan kata 'maaf'. Souji-kun juga bertanya-tanya tentang kami yang menjadi pendiam.

Aku melangkahkan kakiku untuk pergi ke restoran tempat kerjaku. Kedua adikku pasti sudah dijemput oleh pamanku. Sepulang sekolah, sama sepertiku mereka membantu paman untuk menjual roti dan kue di tokonya.

Kadang kue dan roti itu akan dibawa pulang dan mereka akan menjualnya di sekolah. Tentu aku sudah melarang mereka tapi mereka tetap bersikeras mau membantu aku dan juga Mama. Adik yang baik.

"Hm~ hm~" aku bersenandung ria.

Sudah kuputuskan untuk melupakan kejadian tentang aku dan juga Sora-kun. Aku juga harus minta maaf kepadanya karena sudah menamparnya.

Aku berhenti disebuah toko elektronik karena aku tertarik pada berita yang disiarkan disana. Kemarin malam bulan berwarna merah darah.

Bulan merah ini adalah sebuah fenomena yang langka terjadi. Bulan itu benar-benar terlihat seperti darah. Kemarin aku dan adik-adikku juga melihatnya. Mungkin bulan ini yang menyebabkan Mama sakit? Ah tapi tidak mungkin!

Aku kembali melangkahkan kakiku. Untuk yang kedua kalinya, aku berhenti. Kulihat sebuah kaca besar dihadapanku. Aku bisa melihat pantulanku disana.

Tapi tiba-tiba kaca itu bersinar sebentar dan memperlihatkan sesuatu kepadaku. Aku terkejut bukan main lalu berniat untuk segera pergi sampai aku melihat sebuah pemandangan yang diperlihatkan oleh kaca itu.

Sebuah kota. Iya benar sebuah kota! Tapi itu kota apa? Kelihatan sangat kuno tapi juga sangat indah! Aku memegang kaca tersebut, berniat ingin memastikan apakah ini sebuah lukisan atau tidak. Ketika aku menyentuh kaca tersebut, tubuhku terhisap.

"AAAAARRRRGGGGG!!!!!!!"

Aku berteriak ketakutan. Tubuhku terjatuh. Disini sangat gelap! Aku takut! Aku sangat takut!

Tiba-tiba aku merasakan perutku mual dan kepalaku juga terasa sangat pusing. Pandanganku juga memudar dan seketika kegelapan menyelimutiku, membawaku ke dunia yang tidak ku ketahui.

End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's POV
Hi dan selamat datang di Unforgettable Love! Gilgamesh x Reader desu!

Maaf kalo crita ini ada unsur kegajean dan yang lain! Serta maaf juga kalo ada typonya dan ada kalimat yang aneh ato kurang cocok! Maklum masih pemula!

Bagi yang baru baca, selamat datang dan salam kenal! Klian bisa panggil ane Tohka ato Meiran ato Bebek! Ato bsa jga Parfait, smua terserah kalian! Dan bagi yg sudah prnah baca buku ane yg lain dan yg sudah tau ane, Hi dan kembali lgi dengan ane!

Untuk buku ini, ane buat untuk Gilgamesh desu! Ane suka Gilgamesh yg berasal dari Fate Series DAN ane juga ngefans sma Gilgamesh asli!

Ane harap kalian akan terus mengikuti crita ini dan jangan lupa untuk memberikan Vote dan Komen! Lalu memfollow akun ini jika mau!

Akan ane tunggu vote dan komen di crita ane yg lain~!

Btw yg di mulmed itu Souji dan Sora! Gmbarny sndri ane ambil dri Otome Game/Anime/Manga Hakuouki! Rekomen nonton bagi yg suka sejarah Jepang plus cogan roti sobek!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro