True End

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Disarankan untuk membaca sambil mendengarkan lagu yg ada di mulmed! Dan lagu ini jugalah yg akan dinyanyikan oleh Reader-san! Terima kasih!

Reader's POV

"Pesanan datang! Terima kasih karena sudah menunggu!" ujarku kepada salah satu pelanggan.

"Terima kasih!"

Aku meletakkan makanan-makanan ini beserta minumannya di meja makan ini. Kemudian aku membungkukkan badanku dan langsung kembali ke dapur.

Matahari bersinar dengan hangat, burung-burung juga berkicau dengan riangnya. Aku juga sudah lulus sekolah, tepatnya satu tahun yang lalu.

Hubungan Papa dan Mama juga membaik, hubungan mereka kembali dekat. Begitu juga hubungan Papa dengan kami, anak-anaknya. Aku sangat menyayangi mereka.

Aku masih bekerja di cafe Sora-kun. Sebenarnya cafe ini baru saja dibuka setahun yang lalu tapi cafe ini sangat ramai pengunjung! Bahkan dalam beberapa bulan pembukaannya saja cafe ini sudah sangat terkenal!

Mama dan adik-adikku juga bekerja disini. Adik-adikku akan menarik perhatian pelanggan, sedangkan Mama akan membantu membuatkan kue-kue yang pastinya sangat lezat!

Aku dan beberapa teman pelayanku bekerja disini dengan sangat bersemangat! Sesekali kami akan bernyanyi di panggung cafe ini dan hari ini adalah giliranku untuk bernyanyi.

Aku akan menyanyikan lagu dengan judul Water Blue New World. Aku sangat menyukai lagu itu. Aku menarik napas, lalu membuangnya pelan.

"Semangat, (Y/n)-san! Kau pasti bisa! Apalagi dengan pakaian maidmu yang menggemaskan itu! Aku yakin jika Gilgamesh melihatmu, air liurnya akan keluar sendiri dari mulutnya," ujar Sora-kun.

"Sora-kun, hentikan!" aku memukul tangan Sora-kun pelan, lalu kamipun tertawa bersama.

Aku mengambil mike dan langsung berjalan keatas panggung. Aku kembali menarik napas, lalu membuangnya pelan.

"Ima wa ima de kinou to chigau yo
Ashita e no tochuu janaku ima wa ima da ne
Kono shunkan no koto ga kasanatte wa kieteku
Kokoro ni kizamu nda WATER BLUE

Kuyamitaku nakatta kimochi no saki ni
Hirogatta sekai o oyoide kita no sa
"Akiramenai!"
Iu dake de wa kanawanai
"Ugoke!"
Ugokeba kawaru ndato shitta yo

Zutto koko ni itai to omotteru kedo
Kitto tabidatteku tte wakatteru ndayo
Dakara kono toki o tanoshiku shitai
Saikou no tokimeki o mune ni yakitsuketai kara

MY NEW WORLD
Atarashii basho sagasu toki ga kita yo
Tsugi no kagayaki e to umi wo watarou
Yume ga mitai omoi wa itsudemo bokutachi o
Tsunaide kureru kara waratte ikou

Ima o kasane soshite mirai e mukaou!"

Aku membungkukkan tubuhku, mengucapkan terima kasih kepada para pelanggan yang sudah mendengarku bernyanyi. Kemudian aku mendengar suara tepuk tangan yang meriah dari para pelanggan yang ada disini.

Senyuman lebar mengambang di wajahku, aku kembali membungkukkan tubuhku lalu langsung berjalan menuruni panggung.

"Kerja bagus, (Y/n)-san! Suaramu terdengar sangat indah!" puji Sora-kun.

"Terima kasih!"

Aku kembali mengerjakan tugasku. Sekarang aku sedang membantu Mama menghias kue-kue yang sudah selesai dipanggang ini.

"Dor!"

"Eh? Ah, Kaguya! Jangan mengejutkanku dong!"

"Ahahaha! Maafkan aku!"

Salah satu teman sesama pelayanku mengejutkanku dari belakang. Senyuman lebar terlihat jelas di wajahnya. Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu yang menarik?

"Ada apa Kaguya? Apakah terjadi sesuatu yang membuatmu bahagia?"

"Hm! Hm! Aku bertemu dengan turis asing yang sangat tampan tadi! Dan oh! Matanya berbeda dari mata orang kebanyakan! Matanya berwarna merah darah! Ayo, sini sini! Dia masih ada di mejanya!"

Kaguya menarikku keluar dari dapur. Turis tampan dengan mata merah? Mengapa turis ini mengingatkanku kepada Gilgamesh? Ah, lagi-lagi aku merindukan Gilgamesh!

"Itu dia! Pria rambut pirang itu!!"

Kaguya menunjuk turis tampan yang dimaksudnya itu. Seketika mataku membulat. Dia ... dia terlihat persis! Dia terlihat persis seperti Gilgamesh!

Rambut pirang, rahang kokoh, mata merah, dan tatapannya juga tajam. Kemudian turis asing itu membereskan barang-barangnya lalu berjalan keluar dari cafe ini.

"Tampan kan? (Y/n)? (Y/n)??? Hheeiii~~"

"Eh? Ah! Maafkan aku!"

"Ada apa (Y/n)? Kamu terpesona juga kan? Tehe~"

"Tidak, dia hanya mengingatkanku kepada seseorang yang ku kenal. Aku ... akan kembali ke dapur."

Aku meninggalkan Kaguya yang terdiam karena bingung dengan perkataanku dan sikapku yang berubah secara tiba-tiba.

Jantungku berdetak dengan cepat. Napasku juga terasa sesak. Apakah ... apakah laki-laki itu adalah reinkarnasi dari Gilgamesh? Mungkinkah itu?

Aku kemudian teringat dengan kata-kata Ishtar. Dia memberkatiku, juga Gilgamesh. Bahkan kematianpun tidak akan dapat memisahkan kita.

Mungkinkah, orang itu adalah Gilgamesh?

----

Hari sudah malam dan aku memutuskan untuk lembur. Mama dan adik-adikku sudah pulang duluan. Jalanan juga agak sepi karena sekarang sudah larut malam.

Ah, bunga sakura sudah mekar dengan indah. Sudah musim semi rupanya. Entah mengapa aku sama sekali tidak menyadari hal ini. Mungkin karena aku terlalu fokus pada pekerjaanku yang sebagai pelayan.

Jalanan sudah dipenuhi oleh bunga-bunga sakura yang berguguran dari rantingnya. Lalu angin malam berhembus, menerbangkan bunga-bunga ini kemana-mana.


Aku melihat ke rambu lalu lintas, lampu sudah berwarna merah dan artinya sudah bagiku sebagai pejalan kaki untuk menyebrang.

Aku terus membayangi wajah dari turis asing itu. Dia sangat mirip dengan Gilgamesh dan akupun sangat sangat merindukan Gilgamesh.

Tiba-tiba, ada sinar yang berasal dari samping kananku. Aku melihat dari mana sinar itu berasal dan terkejut ketika mengetahui bahwa sinar itu berasal dari sebuah truk yang pengemudinya sedang tertidur.

Aku membeku. Seharusnya aku lari tapi entah mengapa kakiku sangat susah untuk digerakkan. Jantungku berdetak dengan kencang, kemudian aku menutup mataku, bersiap menerima sakit yang akan kurasakan.

Tapi, tak lama aku merasakan kalau ada orang yang memelukku kemudian orang ini menarikku hingga terjatuh. Aku membuka mataku dan bernapas dengan terengah-engah.

Aku melihat ke depan, mobil itu sudah berhenti dan sang pengemudi keluar dari mobilnya. Aku ... selamat ... aku selamat ...

"DASAR GADIS ANEH! SUDAH TAHU ADA TRUK YANG INGIN MENABRAKMU TAPI KAU MALAH DIAM?!"

Suara ini ...

Aku melihat ke pemilik suara ini. Terlihat di depanku, seorang pria tampan dengan surai pirang, mata merah, dan rahang kokohnya menatapku tajam.

Aku membulatkan mataku, tak percaya dengan apa yang ku lihat sekarang. Dan tadi dia memanggilku gadis aneh?

"M-maafkan aku! Aku benar-benar menyesal! Apa kalian tidak apa-apa?"

"Kami tidak apa-apa dan jika kau mengantuk, beristirahatlah sebentar! Bagaimana jika tadi kau benar-benar menabrak orang?"

"Aku benar-benar minta maaf dan akan kuingat kata-katamu, anak muda! Terima kasih banyak!"

Pengemudi tua itu kemudian meninggalkan kami dan langsung menancap truknya dengan kecepatan tinggi.

"Astaga, benar-benar! Nona, apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?"

"Aku ... baik-baik saja. Terima kasih!"

"Tidak masalah."

Aku menatap matanya, begitu pula dengannya. Tersadar dengan kami yang saling tatap menatap, kemudian akupun memutuskan kontak mataku dengannya.

Pria asing ini membangkitkan dirinya dan membantuku untuk berdiri. Aku memukul-mukul rokku, membersihkan debu yang menempel.

"Nona, hari sudah malam mengapa kau malah berkeliaran di jalanan? Bagaimana jika ada yang menculikmu?" ucap pria asing ini.

"Aku ... baru pulang dari bekerja. Sekali lagi, terima kasih karena anda sudah menolongku."

"Ah, tidak masalah! Baiklah, aku pergi dulu! Dan kau berhati-hatilah! Lain kali jangan bekerja sampai larut malam! Sampai jumpa lagi!"

Pria asing ini berjalan menjauh. Aku memerhatikan punggungnya. Bukan hanya mirip, postur tubuhnya juga suaranya sama dengan postur tubuh dan suara Gilgamesh. Apakah dia Gilgamesh?

----

(Pakaian yg dipakai oleh Reader-san!)

Sudah beberapa hari sejak pertemuanku dengan pria yang mirip dengan Gilgamesh. Hari ini hari Minggu dan Sora-kun memintaku untuk cuti dari pekerjaanku.

Kuputuskan untuk berjalan-jalan di taman kota. Banyak sekali bunga sakura yang bermekaran dengan indahnya disini. Keadaan taman kota entah mengapa sepi hari ini, biasanya pasti akan sangat ramai, apa karena aku datang terlalu pagi?

Aku bersenandung ria sambil menikmati pohon-pohon sakura ini. Langit juga sangat cerah hari ini. Jika Gilgamesh dan Enkidu berada disini, pasti mereka akan sangat menikmati pemandangan ini.

Ngomong-ngomong soal Gilgamesh, untuk yang kesekian kalinya kedatanganku ke Uruk mengubah seluruh sejarah dan cerita Epic of Gilgamesh.

Diceritakan bahwa setelah kematian Enkidu dan kepulangannya dari mencari tanaman abadi, Gilgamesh bertemu dengan seorang pelayan yang terkenal sangat menawan.

Lalu merekapun jatuh cinta dan kisah-kisah mereka juga sangat terkenal. Ketika aku membaca salah satu dari cerita tersebut, aku tersipu malu. Pasalnya, aku dan Gilgamesh bahkan belum pernah melakukan hal itu!

Tapi kemudian Gilgamesh menikah dengan Shamhat dan mempunyai seorang putra yang bernama Ur-Nungal. Aku tidak keberatan dengan hal itu, sungguh.

Gilgamesh juga menciptakan berbagai puisi dan puisi-puisi Gilgamesh juga sudah dibukukan. Aku membeli buku puisi tersebut dan air mataku kembali keluar dari mataku.

Membaca puisi-puisi buatannya membuatku tambah merindukan dan mencintainya. Ah, mengapa takdir bisa sekejam ini?

"Walaupun banyak wanita yang melirikku, hanya dia yang menjadi pusat perhatian ku," aku membaca salah satu puisi yang ditulis oleh Gilgamesh.

Mataku kembali berkaca-kaca. Hatiku juga kembali terasa sesak dan sakit. Aku sangat merindukan Gilgamesh, Enkidu, Ayah, Ibu, Shamhat, Nona Siduri, dan yang lainnya.

"Hanya dia satu-satunya wanita yang dapat mencuri hatiku, mencuri--

"Mencuri perhatianku sejak pertama kali aku menatap matanya. Tak ku sangka kalau kita akan bertemu disini, gadis aneh!"

Kata-kataku dipotong oleh suara orang yang baru saja kupikirkan. Aku membangkitkan diriku yang sedang berbaring di rumput hijau ini lalu melihat kearah sumber suara.

"Anda ..."

"Bagaimana kabarmu, gadis aneh?"

"Aku ... baik-baik saja. Terima kasih, kalau anda?"

"Aku juga baik. Boleh aku duduk di sampingmu?"

"Tentu!"

Pria asing ini kemudian meletakkan barang-barang bawaannya lalu duduk disampingku. Dia benar-benar mirip dengan Gilgamesh! Bahkan gaya bicara mereka juga sama!

"Siapa namamu jika aku boleh tahu?" tanya pria asing ini.

"Aku (L/N) (F/N) tapi anda bisa memanggilku (Y/n)."

"(Y/n)? Bukankah (Y/n) adalah nama dari kekasih Gilgamesh?"

Aku terkejut ketika dia menyebut nama Gilgamesh. Dia tersenyum lembut kepadaku, lalu menjulurkan tangannya kepadaku.

"Namaku adalah Gilbert, Gilbert Ainsworth. Tapi biasanya teman-temanku sering memanggilku Gil jadi panggil saja Gil jika kau mau!"

Gil? Gilbert? Gilgamesh? Bahkan nama mereka saja mirip! Aku tersenyum lalu mengambil tangannya ini dan berjabat tangan dengannya.

"Salam kenal, Gil-san!" aku tersenyum dengam ceria.

Aku dapat melihat rona merah di pipinya, kemudian dia memalingkan pandangannya. Ah, dia malu? Malu karena apa?

"S-salam kenal juga! Dan jangan panggil aku Gil-san, cukup Gil. Dan apa kau menyukai kisah Gilgamesh? Kudengar tadi kau membaca puisinya."

"Hm! Aku menyukai dan mengagumi Gilgamesh!"

"Bagitukah? Aku juga!"

Kami membincangkan banyak hal. Seperti berbicara tentang Gilgamesh, Uruk, asalnya, mengapa dia bisa berada di Jepang, dan lain sebagainya.

Gil adalah turis yang berasal dari Inggris. Dia sedang mengambil cuti dari kerjanya dan berjalan-jalan di Jepang. Katanya, sudah lama dia mengagumi Jepang dan ingin menginjungi Jepang. Pada akhirnya, mimpinya untuk dapat mengunjungi Jepang kesampaian juga.

Kami berjalan-jalan di taman ini. Kami juga cepat akrab. Entah mengapa, rasa rinduku kepada Gil hilang seketika karena aku merasa bahwa orang yang berada dihadapanku saat ini adalah Gilgamesh.


"Mengapa kamu sangat mengangumi Jepang?" tanyaku.

"Entahlah? Dulu ada seseorang yang memberitahuku kalau dia berasal dari Jepang. Entah siapa orang itu, aku sudah melupakannya."

"Begitu ya ..."

"Pemandangan sakura disini sangatlah indah!" puji Gil.

"Hm! Aku setuju! Bahkan pemandangan bunga sakura tahun ini terlihat lebih--"

"Hati-hati!"

Aku hampir saja terjatuh tapi untung Gil berhasil menangkapku. Cincin pemberian Gilgamesh terjatuh dari saku pakaianku.

Aku terkejut dan berniat ingin mengambilnya sampai Gil mengambilnya duluan. Kemudian Gil menatap cincin itu dengan seksama.

"Cincin ini ... ugh!"

"Gil! Gil! Kamu baik-baik saja?"

"K-kepalaku! Kepalaku terasa sangat sakit!"

Gil terjatuh. Aku panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku takut kalau akan terjadi hal yang buruk kepada Gil! Kumohon, jangan lagi! Baru saja aku merasakan kesenangan karena bertemu dengan orang yang mirip dengan Gilgamesh dan sekarang muncul masalah yang baru! Aku tidak ingin berpisah lagi dengan Gilgamesh!

"Gil! Kamu baik-baik saja? Gil?!"

"Aku ... ingat ...," ucap Gil yang membuatku bingung.

"Gil?"

Gil melihatku, lalu dia mengangkat tangannya dan mengusap pipiku. Air mata perlahan keluar dari matanya, lalu dia memelukku, memelukku dengan erat.

"Sudah ku temukan!" ujarnya, "sudah ku temukan! Sudah ku temukan, harga berhargaku! Kekasihku! (Y/n), aku sangat merindukanmu! Sangat merindukanmu!"

"Aku akan mencarimu, hingga ke ujung duniapun!"

"Gil ... gamesh?"

"Benar! Aku Gilgamesh! Aku Gilgamesh, kekasihku! Aku sudah terlahir kembali, dan aku sudah menemukanmu!"

"Walau aku harus melewati beribu kehidupanpun, aku akan mencarinya!"

"Gilgamesh? GIL!" aku kembali memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.

"Walaupun kita terpisahkan oleh jarak
Aku akan tetap mencintaimu!"

"(Y/n)! Syukurlah! Syukurlah kita dapat bertemu kembali, kekasihku! Aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu, (Y/n)!"

"Aku juga mencintaimu, Gilgamesh! Sangat mencintaimu!"

"Aku berharap, jika aku terlahir kembali dan dapat bertemu denganmu lagi, kekasihku aku berjanji kali ini aku tidak akan melepaskanmu lagi.

Aku mencintaimu, gadis aneh."

End of Reader's POV
.
.
.
.
Author's POV

Lonceng gereja berbunyi dengan ria. Bunga-bunga indah dilemparkan, tepuk tangan ria dan suara bahagia terdengar dengan sangat keras.

Sang raja yang terpisah dengan ratunya kini bisa kembali bersama dengannya. Bisa kembali menjalin cinta dengannya.

Gilgamesh --yang mempunyai nama baru Gilbert, menikahi (Y/n). Hari ini, mereka resmi menjadi suami istri. Baik keluarga, sahabat, dan para dewapun bersukacita atas pernikahan mereka.

"Aku mencintaimu, gadis aneh!" ucap Gilgamesh kepada istrinya itu.

"Aku juga mencintaimu, kepala emas!" balas (Y/n) kepada suaminya dengan senyuman lebar diwajah mereka berdua.






"Sudah waktunya, Enkidu!" ucap seorang perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Ratu Dunia Bawah, Ereshkigal.

"*hiks* Tunggu sebentar *hiks* aku masih ingin melihat mereka sebelum aku reinkarnasi! *hiks* Saudaraku dan saudariku bersama! Mereka kembali bersama!!!!!! HHHUUUUUAAAAAA!!!!!!!!" Enkidu memeluk Ereshkigal sambil menangis bahagia dipelukannya.

"Astaga Enkidu! Jangan menangis lagi atau hadiah yang akan kuberikan untukmu akan ku batalkan!"

"Hadiah?" tanya Enkidu bingung.

Ereshkigal tersenyum kepada Enkidu, kemudian dewi itu mengusap wajah Enkidu dengan lembut.

"Enkidu, kau akan bereinkarnasi dan kau akan menjadi anak dari Gilgamesh dan (Y/n)! Kau akan tetap bersama dengan mereka!"

Enkidu membulatkan matanya, lalu matanya kembali berbinar. Untuk yang kedua kalinya, Enkidu memeluk Ereshkigal dan kembali menangis di pelukannya.

"Sudah sudah! Jangan menangis lagi!" ucap Ereshkigal.

"Terima kasih banyak! Terima kasih banyak, Ereshkigal!"

"Ayo kita pergi, Enkidu! Sudah waktunya bagimu untuk memulai hidup barumu!"

"Hm! Ayo~!"

Ereshkigal mengubah Enkidu menjadi kupu-kupu. Kemudian Ereshkigal membuka sebuah portal yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia bawah tanah.

Mereka berduapun memasuki portal tersebut. Dan kehidupan baru mereka bertiga akan segera dimulai.



~True End~








~Extra~

10 Tahun Kemudian

"Enkidu, jangan menggoda Ayahmu lagi! Lihatlah, Ayahmu sudah kecapekan!" ucap (Y/n) kepada putranya, Enkidu.

"Tehe~ habisnya, Ayah sangat payah! Tubuhnya masih segar bugar tapi larinya lambat sekali!" ucap Enkidu sambil tertawa.

"Dasar anak kurang ajar! Akan Ayah habisi kau!!"

Gilgamesh menggendong putra kesayangannya itu lalu menggelitiknya sambil Enkidu tidak bisa berhenti tertawa. (Y/n) yang melihat tingkah laku kedua harta berharganya itupun ikut tertawa.

Mereka sedang berada di taman dimana bunga sakura bermekaran dengan indahnya. Tempat dimana (Y/n) dipertemukan kembali dengan kekasihnya.

Gilgamesh menggendong Enkidu lalu menghampiri istrinya yang tercinta itu. Gilgamesh mencium singkat pipi istrinya lalu duduk disampingnya sambil memangku putra kesayangannya itu.

"Tak terasa ya. Sudah 10 tahun," ujar Gilgamesh.

"Hm! Dan aku sangat bersyukur karena aku bisa dapat bertemu kembali denganmu, Gil," (Y/n) menyandarkan kepalanya ke bahu Gilgamesh.

Gilgamesh tersenyum lembut lalu mencium puncak kepala istri tercintanya itu. Kemudian dia memerhatikan putra kecilnya. Dia mempunyai warna rambut yang sama dengannya, sedangkan warna matanya sama dengan warna mata ibunya.

Pada saat dia lahir, hanya ada satu nama yang terpikirkan oleh Gilgamesh maupun (Y/n), yaitu Enkidu. Dan akhirnya, mereka berdua sepakat menamai putranya itu dengan nama Enkidu, Enkidu Ainsworth.

Keluarga kecil yang bahagia itu memerhatikan langit yang cerah itu dengan senyuman lebar di wajah mereka masing-masing. Keluarga kecil yang bahagia, keluarga idaman setiap orang.

"Ayah, Ibu, aku ingin adik!"

"Ohoho! Ide bagus Enkidu! Kau memang jagoan Ayah! Ayo kita buat anak lagi!"

"Gil, aku bukan ikan gobi!"

"Ayolah! Bahkan Enkidu saja menginginkan adik! Ya? Ya?"

"Aku bukan ikan gobi!"

"Ibu!!!!! Aku mohon!!!! Aku ingin adik!!!"

"Ibu bukan ikan gobi!"

"Oh ayolah, istriku!!!! Aku ingin anak lagi! Mana tahu kita dikaruniai seorang anak perempuan? Ayolah!!!!"

"Ibu! Aku ingin adik! Iiibbbuuuu!!!!!!!!!"

~End~

End of Author's POV

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro