Bab 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

::Jangan paksakan cintaku, Windi::
Happy Reading :)

•••

Kritt

Freya mendorong kursinya sedikit kebelakang agar dia bisa keluar dari tempat duduknya.

"Mau kemana, Frey?" tanya Kiana.

"Mau, ngantin."

"Ohh, gue gak ikut."

"Yee, siapa juga yang mau ngajak elo. Gue kan mau ngajak Gavin," Freya beralih menatap Gavin, "Yuk Gav."

Mereka berdua pergi menuju kantin, sedangkan Andreas yang masih diam di tempat duduknya berpikir keras untuk jawaban dari pertanyaan yang mucul dikepalanya akhir-akhir ini. Ada apa antara mereka? Kenapa selalu Gavin?

Andreas menggelengkan kepalanya kuat, menepis hal yang selalu mengganggu konsentrasi pikirannya. Dia lalu beranjak dari duduknya berjalan keluar kelas menuju lapangan belakang.

Dert, dertt

Windi

Kak Andreas, buruan aku udah di lapangan belakang. I am waiting😘

Iya, gue OTW

"hufttt," Andreas menghembuskan napasnya dengan berat. Seperti permintaan Windi kemarin, Andreas akan menemui gadis itu di lapangan belakang. Semakin hari Andreas merasa semakin malas berurusan dengan Windi.

"Ada apa,Win?" Andreas berusaha sebisa mungkin menunjukkan rasa perhatiannya.

"Kak Andreas," seru Windi saat Andreas berada dihadapannya.

"Iya, ada apa?"

"Kenapa sekarang kakak jadi cuek sama Windi? Kenapa jadi kayak gini lagi?" tanya Windi dengan nada yang tiba-tiba menjadi sendu.

"Gak apa-apa," Andreas ikut duduk di samping Windi.

"Kakak sekarang makin cuek. Kakak suka sama Freya kan? Bener kan?" desak Windi agara Andreas menjawab pertanyannya.

"Panggil dia dengan embel-embel kak, Windi."

"Jangan mengalihkan pembicaraan kak, cukup kakak belain Freya. Pelakor kayak dia emang pantes disebut jalang," ucap Windi yang nada bicaranya mulai naik.

"Yang cukup itu kamu Windi. Dari awal harusnya kamu sadar, kakak cuman pacarain kamu buat melindungi Freya. Kamu yang selalu chat kakak, kamu juga yang selalu cari perhatian. Cukup saya sudah muak dengan kelakuan anda." Andreas bernajak pergi, namun langkah kakinya tertahan oleh genggaman tangan Windi pada lengan kanannya.

"Kak, kenapa sih? Aku berjuang mati-matian buat cinta kakak, tapi kenapa kayak gini hasilnya?" pelupuk mata Windi mulai tergenang dengan air mata.

Andreas menatap Windi datar, tapi tangannya bergerak menghapus air mata di pipi Windi yang mulai basah.

"Kak,," Windi memegangi erat tangan Andreas yang menempel dipipi gadis itu.

"Kakak gak bisa, cinta gak bisa dipaksakan Windi. Dan kakak gak bisa memaksakan cinta kakak untuk kamu," Andreas mulai berbicara dengan tenang dan emosi yang mulai terkontrol.

Windi masih terus menatap Andreas, perlahan tatapan sendunya memudar berganti dengan tatapan penuh emosi dan ambisi untuk mendapatkan Andreas.

"Aku gak perduli, aku benci ditolak. Aku cinta sama kakak dan kakak harus cinta sama aku." Windi semakin erat menggenggam tangan Andreas.

"Maaf, Win. Saya gak bisa, jangan paksakan kehendakmu."

"Kakak jahat!" Windi memukul keras dada Andreas lalu pergi dengan tangisan yang membanjiri pipinya.

"Hufttt." Andreas benar-benar lelah dengan posisi sulitnya.

-TO BE CONTINUED-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro