Bab 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

::Fakta::
Happy Reading :)

•••

Fakta itu memang pahit bung, tapi lebih pahit lagi jika kita tak pernah tau faktanya.
~∆∆∆~

"Gak usah ngomong lagi Windi! LO MAU KAYAK GIMANAPUN KALAU GUE GAK CINTA SAMA LO YA ENGGAK!" teriak Andreas mulai meninggalkan lapangan yang sudah di penuhi banyak siswa dan siswi yang kepo.

"Kebanyakan drama," batin Freya lalu mengikuti Andreas.

"Ohh, jadi gitu! Ok Ndre! Elo bakal nyesel karena apa yang udah lo lakuin ke gue!" ancam Windi yang tak digubris Andreas.

Mereka—Andreas, Gavin, Freya, Kiana, dan Geren—melanjutkan perjalanan merka menuju kantin. Persetan dengan waktu istirahat yang tinggal 5 menit. Mereka lapar setelah menghadapi kelakuin manusia kurang waras seperti Windi, terutama Freya dan Andreas.

"Ki, gue titip pesenin bakso sama es jeruk."

"Ya udah, yang lain aja sekalian gue pesenin," ucap Kiana.

"Ok, gue nasi goreng gak pake telor sama es teh."

"Gue nasi goreng juga, tapi pake telor minumnya juga es teh."

Terakhir mereka menatap Andreas yang belum menyuarakan pesanannya. Laki-laki itu terlihat melamun.

"Andreas, Ndre!" panggil Freya yang duduk di depannya.

"Eh-ehmm apa?"

"Lo pesen apa biar dipesenin Kiana sekalian."

"Gue bakso aja."

"Minumnya, Ndre?"

"Minum lo apa Frey?" tanya Andreas pada Freya

"Gue minum es jeruk."

"Ya udah gue es jeruk aja," ucap Andreas kembali menatap Kiana.

Setelah Kiana pergi, keheningan kembali mengisi. Membuat suasana menjadi begitu canggung, terutama bagi Andreas dan Freya.

"Gue ke kamar mandi dulu," ucap Andreas lalu bernajak pergi.

"Ekhem,"

"Mau apa kesini?" tanya Freya sinis ketika melihat gadis yang beberapa menit lalu membuatnya harus menjadi tontonan banyak orang di lapangan.

Gavin dan Geren pun ikut mengalihkan perhatiannya pada gadis itu.

"Hay kaka tiri, Bagaimana perasaanmu setelah apa yang aku lakukan beberapa menit lalu? Apa kah kau senang di bela lelaki yang kau sukai, kak?" ucapan gadis itu suskses membuat Freya kebingungan, bukan karena pertanyaannya tapi karena sapaannya.

"Kakak tiri? Apa maksudmu Windi?" tanya Freya setengah membentak.

"Kau tidak tau? Selir ayahmu bukan hanya satu tapi banyak, termasuk ibuku. Bahkan sampai sekarang ayahmu atau ayah kita masih sering berhubungan dengan ibuku. Dan sebentar lagi ibuku yang akan menggeser posisi mama mu." Freya terkejut mendengar hal itu, begitu juga Gavin dan Geren.

"Apa maksudmu gadis sialan!" maki Freya membuat seisi kantin menatapi mereka aneh.

Menyadari tatapan dari orang-orang, Freya segera menarik paksa Windi ke lapangan belakang sekolahnya.

"Memang benar bukan jika ayah kita memiliki banyak selir di luar rumahnya dan sebentar lagi salah satu selirnya itu akan menggantikan posisi mama tirimu—Akhhh," pekik Windi saat rambutnya dijambak Freya.

Meskipun mamanya tidak menyayangi dirinya dengan sepenuh hati, tapi dari usia 3 tahun mamanya itu lah yang merawat Freya. Menggantikan ibundanya yang saat itu bekerja di luar negeri. Jadi bagaimana bisa Freya terima jika mamanya diperlakukan seperti itu. Tentu saja dia tidak terima.

"Dasar kau sialan!!" maki Freya dan semakin memperkuat tarikannya.

"Akhh—jika aku sialan lalu kau apa anak haram!" ucapan itu membuat Freya seketika melepas jambakannya. Bagaiman Windi bisa tau jika dia memang tidak punya hubungan dengan ayahnya.

"Kenapa diam kaka tiri? Apa kau terkejut karena aku tau akan fakta itu? Bukan kah sudah ku katakan aku juga putrinya," jawab Windi enteng.

"Cukup Windi! Pergi dari sini!" akhirnya Gavin ikut turun tangan ketika melihat mata Freya mulai berair.

"Pergi!" teriak Gavin sekali lagi.

"Baiklah baiklah, aku pergi! Dah kakak tiri! Sampaikan salamku pada ayah kita!"

-TO BE CONTINIED-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro