Kasih Tak Sampai-Nnrlxs

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kasih Tak Sampai-Padi

Melepaskan Satu Cinta



Memang indah saat kujatuh dalam pesonamu. Namun, semua itu hanya sementara waktu.

-RATIH-

ⓒ 2016 Nnrlxs

|•|•|•|

"Gak apa kok, Ndu."

Kalimat penolakan Pandu, seakan-akan terus terngiang di telinga Ratih. Perasaannya berkecamuk antara tetap menanti atau pergi dari semua rasa yang menyiksa diri. Rentetan kata yang baru saja terucap dari mulutnya seakan mengusik batin. Baru saja, beberapa menit yang lalu, Ratih mengatakan perasaannya pada Pandu. Seseorang yang sudah sejak lama menguasai hatinya.

Pandu hanya terdiam, mata hitamnya menatap Ratih dengan datar. "Sekali lagi maaf ya, Tih. Aku gak suka sama kamu."

Sudah cukup. Penantian yang Ratih lakukan selama ini hanya sia-sia. Tak berarti sama sekali. "Gak masalah kok, Ndu. Aku cuma mau ungkapin semua yang aku rasain sama kamu. Dan juga, untuk semua rasa nyaman yang aku rasain ke kamu, makasih ya. Aku gak bakal ganggu kamu lagi. Semoga kamu selalu bahagia tanpa aku."

Bagai matahari diselimuti awan kelabu. Ratih berjalan perlahan menjauhi Pandu. Goresan luka menganga lagi-lagi tertoreh di hatinya. Seakan tak puas Sang Pencipta memberikan beribu luka yang sudah tergores sebelumnya.

Langit senja menjadi saksi, Ratih yang mulai mencoba berhenti mencintai Pandu. Namun, tetap menjadikan Pandu sebuah bintang yang menemani hatinya di kala sepi.

Ratih menyumpal kedua telinganya dengan headset. Lantunan lagu yang terdengar di telinganya membuat Ratih tersenyum kecut.

Indah ... terasa indah
Bila kita terbuai ... dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan, saling memiliki

Dan bila, itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Tak semudah
Seperti yang pernah terbayang
Menyatukan perasaan ... kita

Bagi Ratih, ini senja terburuk di hidupnya. Di mana rasa yang terpendam sejak lama di hatinya tertolak begitu saja dalam beberapa menit. Seakan rasa yang ia rasakan pada Pandu tak berarti. Senja hari ini tidak seperti kemarin, di mana ia duduk di teras rumah dengan secangkir teh di sisinya. Kicauan burung yang dipelihara oleh ayahnya seakan mengajak berbicara Ratih yang duduk termangu menunggu Pandu yang menggenggam buku tugas dengan wajah lesu.

Kepingan-kepingan memori manis dengan Pandu berkali-kali memenuhi benak Ratih. Seakan hati Ratih tak ingin melepas Pandu yang sudah mematahkannya.

Ratih ingat, saat kemarin sore Pandu yang menggenggan buku tugas menghampiri Ratih yang sedang meminum secangkir teh hijau kesukaannya.

Ratih kira, semua rutinitas Pandu yang setiap sore datang menemaninya adalah, Pandu memliki rasa lebih terhadap Ratih. Ratih kira, tatap sendu yang Pandu berikan padanya termasuk ungkapan rasa terpendam pada diri Pandu.

Namun, ternyata semua perkiraan Ratih tidak pernah benar.

Kini, keinginan Ratih hanya satu, melupakan semua tentang Pandu. Tak lagi menunggu Pandu setiap sore dengan secangkir teh.

Mata Ratih menatap sekeliling dengan sendu. Tak ada air mata yang ia keluarkan barang setetes pun. Ratih sudah terlalu lemah untuk menangis. Ia takut tak mampu menghapus air matanya sendiri. Ia takut jika cairan bening itu jatuh setetes saja, tetes-tetes lain kemudian jatuh menimpa tetes pertama.

Ditatapnya daun-daun yang gugur berterbangan di udara. Kemudian, terhempas begitu saja di jalanan aspal. Tak lama terlindas kendaraan yang lewat di jalanan.

Ratih tersenyum miris, mengapa daun itu mirip sekali dengan kisah cintanya?

Setelah diterbangkan, merasa ringan, tak ada beban. Kemudian jatuh begitu saja di jalanan aspal yang kasar. Tak lupa luka yang tertoreh lagi saat terlindas kendaraan.

Seperti Ratih.

Ratih akan pergi, dengan sejuta luka yang baru saja tertoreh oleh sang pujaan hati.

Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita berdua, berdua

Ratih tersenyum, seharusnya lirik ini diganti. Ini cintaku saja, bukan dengannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro