Bab 5 - Masa Lalu yang Tidak Sempurna

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kaveya datang ke kantor Beaumay Cosmetics. Lita tampak menyambutnya dengan senyum yang lebar. Wajah wanita itu berseri-seri, seperti baru saja memenangkan sebuah lotre bernilai jutaan dolar. Sikap hangat yang ditunjukkan Lita sejak dulu membuat Kaveya pada awal-awal putus dari Kaizo selalu teringat pada wanita ini. Kapan lagi, ia mendapat calon mertua sebaik Lita? Sayangnya, semua itu kandas, saat ternyata takdir Kaveya dan Kaizo harus berpisah, karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Kaizo.

"Tante seneng, kamu akhirnya mau join. Mimpi apa ya Tante semalem?" seloroh Lita hiperbola, Kaveya tertawa mendengarnya. Tidak pernah berubah, Lita memang pintar membuatnya nyaman dalam pembicaraan. Wanita inilah yang membuat Kaveya menyesali hubungan buruk antara dirinya dan Kaizo.

"Bisa aja, Tante."

"Duduk yuk, Vey. Tante pengin ngobrol dulu sama kamu."

Lita mengajak Kaveya duduk di atas sofa mid century berwarna hijau sage yang terletak di ruang kerjanya. Ruangan Lita tampak sangat nyaman, bernuansa earth tone dengan tiga buah lukisan bunga yang menggantung di dinding bercat warna taupe yang cantik.

"Kamu mau minum apa?" Lita menawari. "Cokelat hangat mau?"

"Boleh."

Lita lalu mengambil ponselnya dan tampak menghubungi salah satu pegawainya untuk menyediakan cokelat hangat. Wanita itu lalu kembali melihat ke arah Kaveya dengan raut wajah yang berubah. Entahlah, Kaveya takut menyimpulkan. Tapi ada semacam raut penyesalan yang sebenarnya tidak lagi asing dilihat Kaveya, raut wajah yang sama yang ditampilkan oleh Lita saat wanita itu mengunjungi rumahnya untuk menyampaikan permintaan maaf, karena Kaizo menikah dengan perempuan lain.

"Tante menyesal untuk semua hal yang terjadi sama kamu dan Kaizo."

"Udah tutup buku, Tan. Buat apa menyesali hal yang udah lama kejadian? Aku sama Kaizo udah punya jalan hidup masing-masing, dan emang takdirnya nggak bisa bersama."

"Semua nggak akan rumit kalau Tante nggak egois, Vey. Semua itu salah Tante, kamu dan Kaizo juga harus menderita karena Tante."

Kaveya menghela napasnya, perasaan sesak saat Kaizo memberitahunya bahwa ia akan menikah dengan perempuan lain begitu membekas di ingatannya. Bahkan saat sebuah undangan pernikahan Kaizo diterima oleh ibunya, Kaveya langsung merebut undangan itu dan membakarnya sambil menangis terisak-isak di halaman belakang. Kalau mengingat, betapa dalamnya sakit yang diciptakan oleh Kaizo, Kaveya sebenarnya sulit memaafkannya. Butuh waktu bertahun-tahun, sampai akhirnya membuat Kaveya mau memaafkan Kaizo dan mengiklaskan segala hal yang terjadi. Semua itu tidak mudah, apalagi hubungannya dengan Kaizo juga bukan sebatas satu dua hari, tapi sudah bertahun-tahun, dan cinta yang ia miliki untuk Kaizo memang sebesar itu. Saat hatinya yang sedang meninggikan harapan, dipaksa untuk hancur dalam sekejab mata, saat itulah perasaan terluka dan benci tidak lagi memiliki batas.

"Aku butuh waktu bertahun-tahun buat menata hidupku lagi yang sempat berantakan, Tan. Nggak mudah, saat aku udah punya harapan dan mimpi yang indah, lalu dihancurkan gitu aja sama orang yang aku cintai. Aku nggak bisa ngapa-ngapain, selain nangis sendirian dan hancur sendirian. Aku mohon sama Tante, jangan lagi bahas soal ini ya? Mungkin kesannya aku kasar, tapi ... aku beneran mohon sama Tante."

Mata Kaveya rasanya panas. Ia merasa menjadi perempuan paling bodoh yang pernah dilahirkan di muka bumi ini. Saat Lita memeluknya sambil menggumamkan kata maaf, saat itulah Kaveya menangis tersedu-sedu. Kaveya menyesali semua hal yang terjadi dalam hidupnya, merasa menjadi perempuan paling tolol, perempuan kotor dan perempuan yang telah rusak. Selama bertahun-tahun ia menghakimi dirinya sendiri, atas kesalahannya di masa lalu, apalagi jika ingatannya memutar waktu pada satu kejadian di mana ia rela memberikan segalanya pada Kaizo, Kaveya rasanya ingin membunuh dirinya sendiri. Ia tidak pantas untuk bahagia, ia tidak lagi pantas menerima cinta dari siapa pun. Selama ini, tidak ada yang benar-benar tahu, sedalam apa Kaveya menyimpan luka yang diberikan oleh Kaizo. Orang-orang hanya tahu, ia sebagai gadis menyedihkan yang ditinggal menikah oleh pacarnya.

"Sekali lagi Tante minta maaf ya, Vey. Tante—" ucapan Lita terjeda saat seseorang masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu. Kaizo tampak berdiri di sana dengan sebuah berkas di tangannya.

"Mi ... ini berkas yang Mami minta ambilkan," ucap Kaizo, lalu menyerahkan berkas itu pada sang Mami yang masih tampak terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba. Kaveya juga sama, ia masih ada dalam posisi yang menyedihkan jika dilihat, wajahnya memerah karena tangis, riasan matanya seperti sudah berantakan. Tidak bagus sama sekali untuk dilihat. Kaveya lalu bangkit dari duduknya, dan menatap Lita sekilas.

"Tante, aku mau ke toilet ya."

"Hah? Eh iya, di pojok sana ada toilet, Vey. Pakai aja."

Kaveya tidak berpikir lebih Panjang, ia lalu buru-buru masuk ke dalam toilet yang ada di ruangan Lita. Kaveya memutuskan untuk membasuh wajah sembabnya, dan menetralkan perasaannya yang campur aduk. Entahlah, ia merasa berat jika harus sering bertemu dengan Kaizo, tapi jika tidak dipaksa sekarang. Kapan lagi? Kaveya tidak mungkin selalu lari dari masa lalunya yang pahit bersama Kaveya. Bagaimanapun itu adalah bagian dari hidupnya, bagian dari kesalahan paling bodoh yang ia sendiri sulit untuk memaafkan dirinya sendiri.

"Kamu harus bisa, Kaveya. Kamu adalah Kaveya yang baru, bukan Kaveya si Gadis Bodoh yang bisa ditipu sama Kaizo brengsek."

Mengembuskan napasnya, Kaveya lalu keluar dari toilet, dan tak menemukan keberadaan Lita di dalam ruangan itu. Hanya ada Kaizo, yang duduk sambil menerawang jendela besar di ruangan Lita. Laki-laki itu duduk sambil melipat kakinya, kedua tangannya bersedekap, ia lalu menoleh ke arah Kaveya.

"Tante Lita mana?" Kaveya akhirnya memilih untuk bersuara, ia bersikap biasa saja di depan Kaizo.

"Keluar sebentar."

"Oh ...."

Kaveya memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya lagi, ia lalu duduk di atas sofa yang berseberangan dengan Kaizo dan mengambil ponsel dari dalam tas selempang kecil yang ia bawa, untuk mengecek notifikasi.

"Ini berkas, isinya laporan penjualan sama strategi marketing produk Baumay Cosmetics, kamu mungkin bisa pelajari dulu sambil nunggu Mami balik."

Kaveya mengangguk, ia lalu mengambil berkas yang tadi dibawa oleh Kaizo, tanpa sadar bahwa sejak tadi Kaizo memerhatikannya dengan lekat. Sesekali laki-laki itu akan menghela napasnya dan kembali diam, sambil melihat ke arah Kaveya yang sedang sibuk menekuni laporan penjualan.

"Nggak ada yang berubah, kalau habis nangis, hidung kamu selalu merah ya?" Kaizo kembali bersuara, membuat Kaveya seketika mendongak.

"Manusia pasti berubah dalam beberapa hal, yang sulit itu mengubah kebiasaan. Apalagi kebiasaan tukang selingkuh, sulit banget buat diubah. Iya kan?" kata Kaveya, ia tersenyum miring.

"Termasuk kebiasaanmu?"

Kaveya mengernyitkan dahi saat mendengar pertanyaan dari Kaizo. Ia lalu memilih memalingkan wajah dan menghindari tatapan Kaizo. Peduli setan dengan laki-laki itu, ia tak ubahnya seonggok kotoran di mata Kaveya.

"Vey, aku mungkin nggak akan bosan buat bilang, maaf. Maaf ... buat semuanya, buat hal-hal menyakitkan yang sudah kamu lalui selama ini. Jangan nangis lagi ya, Vey?"

Kaveya tertawa kecil, ia menatap Kaizo dengan mata penuh luka. Wajahnya benar-benar terlihat menyedihkan saat ini.

"Kai, apa kamu pernah ngerasa bersalah saat nikah sama Seza, padahal kamu tahu Seza itu teman aku dan kamu tahu, sebesar apa kepercayaan aku buat kamu. Bahkan saat kamu minta semuanya dari aku, aku kasih Kai. Tapi ternyata, kamu milih buat pergi dengan cara yang paling nyakitin. Kamu itu laki-laki biadab, tahu kamu, Kai?"

Kaveya menggenggam kedua tangannya, meski kuku-kuku panjangangnya menusuk telapak tangan, tapi rasa sakit tak kasat mata saat mengenang masa lalunya bersama Kaizo terasa lebih menyakitkan.

"Kamu buang aku kayak sampah, setelah kamu dapetin semuanya kamu pergi. Aku? Aku udah nggak punya masa depan, ngerasa jadi perempuan paling kotor cuma karena laki-laki brengsek kayak kamu. Kamu bahkan bikin aku takut buat percaya sama laki-laki."

Kaveya mengusap kasar air mata yang luruh. Ia lalu berdiri dan membawa berkas yang tadi ia baca. Ia tidak sekuat itu berhadapan dengan Kaizo untuk waktu yang lama.

"Aku pergi dulu, tolong biarin ke Tante Lita, aku nanti balik ke sini lagi."

Kaizo ikut berdiri, ia hendak mengejar Kaveya, tapi sang Mami yang berdiri di depan pintu tidak memberinya kesempatan untuk itu. Wanita paruh baya itu menatap Kaizo dengan wajah yang memerah dan air mata yang menggenang.

"Mami nggak tahu kalian udah sejauh itu, dan kamu juga nggak pernah cerita tentang gimana hubungan kamu sama Kaveya. Kenapa kamu tega ngerusak Kaveya, Kai?" mendengar pertanyaan Lita, menohok hati Kaizo.

"Aku cinta sama Kaveya, Mami tahu itu. Aku memang salah, tapi Mami perlu ingat, siapa yang udah bikin semuanya jadi sehancur ini. Jangan seolah-olah Mami nggak tahu apa-apa."

Kaizo membalas tatapan Lita dengan raut wajah yang tak kalah kecewa. Laki-laki itu lalu pergi, meninggalkan Lita dengan semua penyesalan yang memenuhi perasaan wanita itu. Lita tidak pernah menyangka bahwa semuanya serusak ini. Kejadian bertahun-tahun lalu membuat hidup Kaizo dan Kaveya berantakan, dan terasa sulit untuk diperbaiki.

Hiyaaaa, kaget nggak? The first time aku bikin karakter kayak Kaveya. Menurutmu gimana?

Oiya, aku lagi ngadain GA yang hadiahnya koin Wattpad. Kalau mau ikutan, cek work aku yang judulnya 'Katanya, Bahagia itu Ada'. Baca chapter give away ya. Good luck.

Regards,

Ristak

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro