Bab 1 Dunia Memang Sempit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Diantara banyaknya orang, luasnya dunia dan samudera yang membentang. Mengapa harus ia? Semesta licik berpihak pada kebetulan

*****

Vyosha menatap layar laptopnya. Menghela napas dengan jantung yang berdebar dan tangan menangkup di depan dada memohon doa dengan mata tertutup. Ia membuka sedikit matanya dan melihat sebuah kata bertuliskan.

L U L U S

Ia menjerit tak percaya, matanya terbelalak bahagia. Jantungnya seakan berhenti dilanda rasa senang.

"Ibu," teriaknya sembari berlari membawa laptop, menghampiri Ibunya yang sedang menonton tv.

"Ada apa?"

"Ibu, Vyosha diterima Bu." Vyo menunjukkan layar laptopnya. Dengan raut wajah yang bahagia, ia melompat-lompat kegirangan.

"Beneran?" ungkapnya tak percaya dengan senyum yang lebar.

"Masa Vyosha bohong." Vyo hanya tertawa kecil melihat Ibunya.

SMA Seirin adalah SMA terfavorit di Jakarta. Sekolah yang benar-benar menghasilkan anak-anak yang berprestasi dan sukses. Sedari SMP, Vyo sangat ingin bersekolah di SMA Seirin. Dan hari ini, adalah hari yang paling bahagia baginya.

Drrrr

Ponsel Vyo berdering beberapa detik, tanda ada orang yang mengirim pesan. Segera ia nyalakan layar ponselnya.

Kenn
Vyo, ayo ketemu di taman bermain. Gue lulus.

"Bu, Vyo pergi dulu," kata Vyo langsung berlari saat membaca pesan dari sahabatnya. Sedangkan, laptopnya ia taruh begitu saja dan pergi tanpa memperdulikan penampilan.

"Vyo, laptopnya. Vyo, jangan terlalu sore," teriak Naya-Ibunya.

Vyo hanya terus berlari di bawah langit jingga. Taman bermain adalah tempat yang lumayan dekat dengan rumahnya. Tak suka menunggu dan tak suka ditunggu adalah bagian dari hidup Vyo. Entah itu sahabat, guru, bahkan orang yang tak dikenalpun ia selalu tak ingin membuat orang lain menunggu. Dengan kata lain, ia sangat disiplin.

Napas Vyo terengah-engah, keringat menetes perlahan didahinya. Ia melihat sekeliling dan tak melihat siapapun. Ia sedikit keheranan.

"Vyo, nih air buat lo." Terdengar suara dari belakang tubuh Vyo. Segera ia berbalik dan mendapati sahabatnya. "Sorry, tadi habis dari warung," lanjutnya dengan rasa kepekaan.

"Makasih." Vyo hanya tersenyum disertai dengan wajah yang berseri. Mereka hanya duduk dan diam.

Kenn adalah sahabat Vyo sejak SMP. Sahabat cowok satu-satunya yang ia miliki dulu dan sampai sekarang bertahan. Bahkan, ketika Vyo membutuhkan seseorang, Kenn selalu ada disinya.

"Hmm, gimana hasilnya, lulus?" tanya Kenn membuyarkan pikiran.

"Hmm." Vyo hanya mengangguk sembari tersenyum canggung.

"Masa orientasikan bentar lagi, gimana kalau kita bareng berangkatnya?" ucap Kenn dengan pandangan lurus ke depan tanpa menoleh Vyo.

Lagi-lagi Vyo hanya mengangguk. Ia heran, suasana apa ini? Padahal, jika ada yang mau ditanyakan tidak akan secanggung ini.

"Kenn, ini udah sore banget. Kalau mau bilang sesuatu langsung aja," jelas Vyo mengetahui bahwa ada maksud lain.

"Lo inget janji kita?" ucapnya tiba-tiba.

Vyo seketika terdiam. Jantungnya seakan terhenti dan dadanya seakan terasa sesak. Jika ia berpura-pura tidak mengingatnya mungkin, akan membuat Kenn sakit hati. Tapi, jika ia mengatakan ingat, ia belum siap.

"Ehhh... Hmmm... Ituu... Kenn sorry banget ini udah sore Ibu gue pasti nungguin. Sorry Kenn," jelas Vyo terbata-bata lalu berlari meninggalkan Kenn. Ia merasa bersalah pada Kenn. Hanya saja, utamakan dulu apa yang diutamakan.

Tak masalah lagipula, Kenn adalah orang yang sabar menunggu. Entah menunggu seseorang untuk membuka hatinya atau sabar menunggu seseorang. Yang jelas, Vyo tak ingin melibatkan perasaan terlebih dahulu.

Katanya, cewek dan cowok itu tidak bisa berteman. Karena, pasti melibatkan perasaan. Itu terbukti, hanya saja setiap orang berbeda-beda. Menganggap seorang teman atau lebih dari teman.

Vyo berjalan dengan lesu. Rautnya yang merasa bersalah dan pikirannya yang terus memikirkan sebuah janji itu. Ia tidak bermaksud untuk mengingkarinya.

"Vyo, dua hari lagi masa orientasi. Kesampingkan dulu masalah Lo" batin Vyo dengan yakin.

*****

Masa orientasi SMA Seirin berbeda dengan sekolah lain. SMA ini melakukan masa orientasi hanya satu hari namun,  pulangnya larut malam.

Seperti yang dijanjikan kemarin bahwa Vyo akan berangkat bersama dengan Kenn. Vyo berangkat bersamanya dengan mobilnya. Mereka duduk dibelakang berdua dan sopir yang menyetir. Lagi-lagi, suasana kemarin terulang kembali. Canggung, mereka hanya diam dan bergulat dengan pikirannya masing-masing.

"Umm, Vyo kita kan udah temenan selama kurang lebih tiga tahun. Bagaimana kalau kita membuat perjanjian?" ucap Kenn sungguh-sungguh.

"Perjanjian gimana?" tanya Vyo dengan polos.

"Gue kan udah lama banget suka sama lo dan lo masih belum membuka hati untuk gue. Jadi, gue mau sekarang lo buka hati buat gue." Kenn menatap Vyo dengan harapan yang besar.

"Hmmm, kalau gitu lo SMA mau kemana?" tanya Vyo seperti sudah berpikir dengan matang.

"Seirin? Lo bakal kesana kan? Gue juga bakal kesana." Kenn mengangguk percaya diri.

"Kalau kita lulus, gue mau buka hati," ucap Vyo dengan cepat disertai senyuman kecil diwajahnya.

"Beneran?" ungkap Kenn antusias.

Vyo mampu mengingat jelas perjanjian itu. Sejak hari itu, ucapan yang dilontarkan Vyo seakan terasa mudah. Namun, tidaklah mudah untuk dilakukan.
Mungkin yang ia pikirkan dulu, ia merasa iba pada Kenn yang menyukainya. Dan kini, yang ia pikirkan, masih terlalu dini bukan untuk pacaran? Tapi, apakah pantas disebut cinta jika salah satunya merasa iba?

Kali ini Vyo sampai di gerbang sekolahnya dengan bantuan Kenn. Sejak SMP, Kenn memang selalu mengajak Vyo berangkat bersama namun, Vyo selalu menolaknya. Entah kenapa, hari ini ia pergi bersamanya. Entah ada rasa bersalah atau keinginannya.

"Wahh." Vyo tercengang melihat sekolah yang ia impikan. Dengan bangunan dua tingkat dan lingkungannya yang asri. Sejujurnya, Vyo tak pernah melihat langsung bagaimana sekolahnya. Hanya melihat bagian depannya saja dimajalah. Vyo sangat bersyukur bisa masuk ke sekolah favorit ini.

Terlihat banyak siswa dan siswi yang sedang bergerombol, berdua bahkan ada yang sendirian. Wajah mereka sangat terlihat bahagia dan antusias. Mungkin, pikiran mereka sama dengan Vyo. Tak percaya.

"Untuk semua siswa dan siswi baru segera beranjak pergi ke lapangan," intrupsi seorang senior memakai michrophone di atas sebuah panggung kecil di lapangan. Senior itu yang biasa disebut dengan Organisasi Intra Sekolah (OSIS).

"Ayo." Kenn menarik lengan Vyo dengan lembut.

Ini adalah upacara pembukaan. Berbagai sambutan telah Vyo dengar. Vyo berdiri di barisan paling depan dan berhadapan dengan panggung kecil untuk mereka yang menyampaikan pidato.

"Ini adalah sambutan terakhir kita. Sambutan dari Ketua OSIS, waktu dan tempat kami persilahkan," ucap pembawa acara dengan senyum tanpa henti.

Terdengar suara langkah kaki dari kerumunan barisan OSIS. Membuat mata Vyo bergerak untuk melihatnya. Matanya terbelalak terkejut, pandangannya tanpa henti mengikuti langkah lelaki itu. Ketika Vyo melihat wajah itu, seolah memory tentang ia masuk kembali dalam pikirannya. Vyo menelan ludah, ketika lelaki itu menaiki panggung kecil tersebut.

Pandangan mereka bertemu, kedua netra yang berwarna coklat itu saling memandang dalam jarak sekitar dua meter. Hatinya seakan berputar pada masa lalu dan waktu seakan terhenti seakan memihak dua insan itu saling memandang.

"Mengapa harus ia?" batin Vyo tak percaya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro