Bab 2 Hari Itu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perasaan apa ini? Ketika memandangnya, seakan jatuh dalam jurang masa lalu

*****

Jakarta, 25 September 2015

Seorang gadis dengan dua temannya sedang menunggu antrian panjang di kantin sekolahnya. Pakaiannya yang sangat rapih dengan bando di atas kepala mereka bertiga. Dengan raut wajah yang kesal salah satu gadis itu mencibir orang yang berada di hadapannya.

"Duhh, lo bisa pergi gak sih. Gadis kampungan. Panas lagi," ucap gadis itu seraya mengibaskan tangannya ke wajahnya. Gadis yang dicibirnya hanya diam dan seolah tak mendengarnya.

"Vyo, kita cari makanan lain aja ya, udah gak tahan gue." Salah satu temannya mengusulkan.

"Tapikan, ini makanan favorit gue," ungkap Vyo lesu sembari menurunkan tangannya yang lelah mengibas wajahnya.

Setelah menunggu beberapa menit. Akhirnya, giliran mereka tiba. Namun, ketika Vyo ingin memesan makanannya tiba-tiba dari arah belakang seorang lelaki menyerobot antrian orang yang di belakang Vyo. Mereka yang lain hanya menatap lelaki itu geram. Ketika Vyo berbalik, lelaki itu menabrak tubuh Vyo hingga terjatuh. Dua temannya ikut terseret hingga terjungkal. Tanpa merasa bersalah, ia langsung memesan makanannya kepada Ibu penjual.

"Eh, lo jangan so iye deh." Vyo tanpa basa-basi langsung berdiri dan menatapnya galak.

"Apaansi," balas lelaki itu kesal.

"Aduh, lo ngantri dong," kata salah satu temannya Vyo sembari membantu salah seorang temannya yang masih terjatuh di lantai.

"Mentang-mentang badan lo lebih gede dari gue, terus lo seenaknya?" ucap Vyo yang tak tahan dengan sikap lelaki itu.

"Eh udah udah, anak zaman sekarang udah lo gue lo gue. Yaudah mesennya barengan aja," ungkap Ibu penjual sembari menyudahi pertengkarannya.

"Yaiyalah Bu, secara wajah dan sikap, gue itu mirip Sisi, Prilly Latuconsina yang di GGS, Ganteng Ganteng Serigala itu. Ibu kudet deh," Vyo menatap Ibu penjual sinis.

"Kudet kudet, emang apa kudet artinya." Ibu itu sepertinya agak geram dengan tingkah anak zaman sekarang tingkahnya yang sedikit belagu. Disisi lain, Ibu itu seperti malu karena tidak tahu apa yang terjadi disosmed.

"Kurang update." Vyo dengan dua temannya menjawab serentak. Sedangkan lelaki itu hanya menatap jijik pada mereka.

"Apa lo liat-liat gue." Vyo tak bisa menahan amarahnya.

"Kamu bilang, kamu mirip Sisi? Ngaca deh. Aku aja yang mirip Digo biasa aja," teriak lelaki itu sembari menatap sok keren pada Vyo.

"Hah, ni ngaca." Vyo melepas sepatunya dan menunjukkan bagian bawahnya ke wajah lelaki tersebut.

"Aku ganteng, tapi udahlah enek banget aku denger kamu bilang lo gue," kata lelaki itu dengan mata yang mengejek sembari menyingkirkan sepatu milik Vyo.

"Jangan megang sepatu gue. Mahal!" Segera ia pasang lagi sepatu bagian kaki kanannya.

"Jadi mesen gak?"

"Dahlah, gue jadi gak selera makan. Bu, saya gak jadi. Ayo pergi." Ajak Vyo pada dua temannya dan pergi meninggalkan kantin dan lelaki itu.

Semua orang yang ada di kantin, seperti melihat sebuah pertunjukkan. Mereka hanya tercengang melihat sikap Vyo yang badas.

"Siapa sih dia? Lo tau gak Mel?." Vyo jengkel dengan kejadiannya yang tadi.

"Raja, dia kakak kelas kita. Makanya, gue dari tadi cuma deim aja," jelas Melly.

"Kakak kelas?"

*****

"Hah." Suara Vyo terdengar di keheningannya lapangan. Segera ia tutup mulutnya dengan satu tangannya. Vyo langsung menunduk, pada sambutannya ini ia hanya terus menunduk berharap sambutannya segera selesai. Ia bersyukur sambutan yang ia sampaikan tidak terlalu banyak.

"Untuk sekarang, silahkan kepada siswa dan siswi memasuki ruangan yang telah kami sediakan sesuai nama yang sudah kami tempel dalam mading"

"Vyo, ayo." Kenn langsung mengajak Vyo dari barisan siswa yang cukup jauh dari barisan siswi. "Semoga aja seruangan," lanjutnya.

Lagi dan lagi Vyo dibuat kagum oleh sekolah ini. Mading yang begitu indah dan enak dipandang. Dengan berbagai hiasan ada dimading tersebut.

"Vy, kita gak seruangan. Lo di ruang 2 gue di ruang 4." Kenn mendengus kesal.

"Yaudahlah, ketemunya istirahat aja nanti"

"Ini baru jam sembilan lo. Masih ada tiga jam lagi buat ngeliat wajah lo," ungkap dan goda Kenn sembari melambaikan tangan dan pergi ke ruangannya.

Vyo hanya tersenyum melihat tingkahnya. Lalu, ia mulai beranjak pergi ke ruangannya. Tiba-tiba seorang lelaki memakai almameter berwarna hijau muda dan terdapat lambang OSIS dibagian sakunya menghampiri Vyo sembari melihat-lihat keadaan wajahnya, entah apa yang ia lakukan. Suasananya lumayan sepi karena, semua orang sudah hampir memasuki ruangannya masing-masing. Jantung Vyo berdegup kencang, netranya melihat wajah lelaki yang berwarna putih coklat itu. Segera ia berpaling dan sedikit berlari.

"Vyosha?" Langkahnya terhenti ketika mendengar sebuah nama miliknya disebut orang lain.

"Ee.. i.. iya kak?" jawabnya terbata-bata.

"Nama kamu Vyosha kan?" Raut wajah Vyo berubah ketika lelaki itu bertanya seakan tidak mengenal dirinya.

"Hah, dia gak kenal gue?" batin Vyo bertanya-tanya.

Tapi, mengapa Vyo sangat yakin bahwa lelaki itu adalah Raja? Melihat wajahnya saja, membuat Vyo harus menelusuri lorong masa lalu. Apa mungkin sudah sekitar tiga atau empat tahun jadi ia tidak mengenalinya? Ahh,, perasaan apa ini? Rasanya seperti balon hijau yang meletus, sangat kacau.

"Iya kak." Vyo tersenyum lalu berbalik dengan merubah senyumnya menjadi seperti penggaris, lurus.

Ia memasuki ruangannya dengan hati berdebar. Segera ia memilih tempat duduk paling belakang dan mengacak rambut sebahunya dengan sedikit kasar.

"Terus dia siapa? Tapi kok, wajahnya sedikit mirip Raja. Arghhh. Terus kenapa kalau gue liat wajahnya, gue seakan gak bisa ngelupain Raja? Padahal, gue udh lupa yang namanya Raja," batin Vyo bertanya-tanya dengan rasa sedikit kesal dalam dirinya.

To Be Continue

Selamat malam, hallo temen-temen siapa nih yang udah nungguin kelanjutan cerita dari Vyosha sama si Ketua OSIS? Wk

Semoga suka

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro