Bab 23 Aku Menunggumu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bukankah kebetulan yang sering terjadi, itu namanya takdir?"

*****

Kejadian-kejadian yang membuat Vyosha sadar untuk mengerti perasaan orang lain. Kejadian, yang ia takutkan ia tidak bisa bertemu kembali dengannya. Bahkan, ia memiliki segudang pertanyaan jika ia kembali.

"Lagi dan lagi, aku selalu menunggumu, Raja"

"Bu kapan Ayah pulang?" tanya Vyosha ketika memulai sarapannya.

"Ayah masih harus membereskan semuanya Vyo. Dimulai dari siapa yang selanjutnya akan menggantikan Akasha. Raja belum cukup umur, hanya saja mereka meminta saran darinya. Menurut Ibu, Raja adalah sosok yang tangguh. Mungkin, ia sangat cocok ketika nanti dia memimpin Perusahaan itu," jelas Naya.

Vyo bergeming, ia menghela napas panjang. Terbesit sosok lelaki yang sudah beberapa hari ini tak ada kabar untuknya. Vyo hanya mengacak-ngacak nasi goreng yang dibuatkan oleh Ibunya. Ia hanya melamun dan memikirkan sosok lelaki itu.

"Ini udah jam setengah delapan lebih Vyosha Kenza. Kamu mau telat masuk kelas?" Perkataan Ibunya membuat Vyo tersadar dari lamunannya. Padahal, ia tadi melihat baru jam tujuh lebih lima belas menit.

Ia segera berlari memakaikan tasnya dan mengambil beberapa buku yang ia tidak masukkan ke dalam tas. Karena, sudah terlalu banyak isi di dalamnya.

"Bu, aku pergi sekarang." Naya hanya menggelengkan kepalanya akan sikap putrinya. Bahkan, ia belum memakan sesuap nasi goreng yang ia buat. Vyosha segera memanggil taxi dan masuk terburu-buru.

"Pak, bisa tolong percepat ya Pak," ujar Vyo tergesa-gesa.

Setelah sampai, Vyo segera membayar dan berlari ke arah gerbang. Namun, tanpa memerhatikan sekitarnya dia bertabrakan dengan seseorang yang juga berlari. Bukunya jatuh berhamburan dan ia terduduk menahan sakit. Tanpa memerhatikan siapa sosok lelaki itu, Vyosha segera mengambil buku. Lelaki itu berdiri dan membantu mengambil bukunya.

"Buku ini, mengapa hanya puisi yang kutulis saja isinya?"

Deg!

Vyosha seketika terdiam mendengar seseorang itu berbicara. Suara yang ia rindukan selama ini. Langkah lelaki itu mendekat dan tepat berada di depannya. Vyo tak kuasa berdiri, ia terduduk dengan tak percaya sosok lelaki itu. Ia hanya melihat celana abu-abu di depannya dan mempersiapkan raganya untuk menengok. Entah mengapa matanya berkaca-kaca, mungkin ia mengetahui sosok itu hanya dengan mendengar suaranya saja. Vyo menengok ke atas dan terdapat sosok lelaki yang benar-benar ia rindukan. Lelaki itu, menyodorkan tangan kanannya dan salah satu tangannya memegang sebuah buku merah polos yang selalu Vyosha bawa.

"Apa ini sebuah kebetulan lagi?" Vyo menatap sendu pada Raja dan tangannya masih belum menerima tangan yang diberi oleh Raja.

Raja ikut membungkukkan badannya agar wajahnya dekat dengan Vyo. Angin berhembus perlahan membiarkan dua insan itu saling memandangi satu sama lain dengan waktu yang cukup lama.

"Bukankah kebetulan yang sering terjadi, itu namanya takdir?" Raja tersenyum lebar dan segera membantu Vyosha berdiri. Vyosha merapikan bajunya dan menatap Raja kesal.

"Masih bisa tersenyum?" Vyo menahan air matanya dengan rasa yang kalut.

"Emm, Vy--"

Sebelum perkataan Raja selesai, Vyosha tiba-tiba mendekap tubuh Raja yang membuat ia terkejut dan merasa bersalah.

"Kamu tau, aku sangat mengkhawatirkan Kamu," ujar Vyosha dalam dekapannya. Tangisnya pecah diiringi dengan isakan yang mengharukan. Raja membalas dekapannya dan menghela napas sedih.

Namun, di adegan yang dramatis itu pintu gerbang telah tertutup rapat.

"Kalau mau pacaran jangan di sekolah ya," ujar satpam sembari terkekeh. "Ini udah jam pelajaran mending kalian pulang sana, siapa suruh telat," lanjutnya lagi dan beranjak pergi ke dalam posnya.

Vyo terperanjat kaget dan melepas dekapannya. Tanpa pikir panjang, Raja menarik lengan Vyo lembut dan membawanya pergi.

"Kita mau kemana?"

"Bolos," ujar Raja dan tersenyum tipis. Vyo tak melawan ia setuju pergi bolos dengannya. Perasaan Vyo benar-benar campur aduk. Di sisi lain, ia sangat merindukannya. Tapi, ia masih kesal juga dengannya.

Mereka pergi ke taman yang menjadi kisahnya dulu.

"Nanti kalau Ibu lewat sini, gimana?" tanya Vyo hati-hati.

"Gak masalah, lagian walaupun taman ini deket rumah kamu emangnya kenapa?" jawab Raja santai.

"Terus kita mau ngapain di sini?" Vyo cemberut dan memalingkan wajahnya. "Kalau gitu aku mending pulang," lanjutnya dan segera meninggalkan Raja.

"Vyosha, kok cemberut si. Aku dateng buat kamu. Ini aku," tegas Raja membujuk Vyo agar tidak marah.

"Terus kenapa kalau ini kamu? Aku cape, dari dulu kamu pergi dan menghilang tanpa kabar. Waktu SMP, aku hampir sudah melupakan Kakak. Tapi, kita dipertemukan lagi, itu sudah cukup buat aku bahagia. Lalu, sekarang aku harus menunggumu lagi dan lagi. Walau begitu, perasaanku sudah seperti air laut rasanya tak pernah berubah," jelas Vyo tidak menatap netra lelaki itu. Raja tersenyum dan mengambil kedua tangan Vyosha.

"Gue janji, gue gak bakal buat lo nunggu lagi, gue gak bakal buat lo ngekhawatirin gue lagi dan gak bakal buat kamu menjadi seperti ini lagi. Jadi, hari ini gue pengen mengabiskan waktu bersama kamu sebagai permintaan maap aku." Raja mengambil buku merah tadi dan memberikannya pada Vyo. "Kamu bilang, kamu ingin mengukir kenangan bersama aku di sinikan?" lanjutnya antusias.

"Janji?" Vyo mengambil buku merah tersebut dan menyodorkan jari kelingkingnya dengan wajah memaling.

"Janji." Raja membalas dengan jari kelingkingnya. Mereka saling tersenyum dan menatap saling suka.

Hidup memang sebuah pilihan yang berulang. Kita harus membawa nilai diri yang tepat untuk mendapatkan sebuah hasil yang mereka sebut pilihan yang tepat. Jika cerita ini berakhir disini, mungkin hidupnya adalah sebuah kebahagiaan. Memang, dari waktu ke waktu kita akan menghadapi sebuah benteng masalah yang begitu tebal. Rasa kecewa, khawatir dan benci itu membuat kita saling memahami dan menghargai.

Jika dipikir kembali, kebahagiaan tak berujung selalu ada dalam hidup kita. Siapapun bisa menemukan kebahagiannya sendiri. Itu merupakan suatu keistimewaan tersendiri. Dari kebahagian itu, kita memutuskan untuk mencintai dari setiap keputusan yang kita ambil. Kita memilih orang berdasarkan cinta dan hati yang tulus, membiarkan egonya turun dan rasa saling mencintai yang kuat.

Untuk orang-orang yang selalu membuat kisah di setiap pijakannya, kalian adalah orang-orang yang hebat di setiap badai datang menerjang. Jika melewatkan kebahagian itu, tak masalah. Selama ada satu orang yang akan mencari kebahagian bersamamu.

Teruntuk hari kemarin yang lara, hari ini yang penuh kejutan dan berharap untuk hari esok yang lebih baik. Seperti itulah hidup kita akan terus berlanjut.

Setelah hari ini ia membuat sebuah kenangan dengan Raja, Vyo membuka buku merah polosnya dan mulai menulis sesuatu di lembaran baru.

Kami dua ekor merpati, terbang dari arah berlawanan. Berusaha menembus lapisan-lapisan waktu diantara masa lalu dan masa kini. Menjelajahi dunia perasaan untuk saling berjanji. Kami dua butir embun membasahi hati yang kini telah gersang. Di sana telah kita bangun istana kebahagiaan hanya untuk kami berdua. Hanya untuk kisah kita yang tak akan pernah lenyap oleh perjalanan waktu.

Dan teruntuk kalian orang-orang terdekatku, terimakasih karena telah hadir dalam ceritaku. Bahkan, aku ingin persahabatan ini tak akan pernah lepas juga.

Teruntuk orang ketiga yang pernah membuatku kecewa, aku selalu mendo'akan yang terbaik untukmu.

Satu lagi, aku ingin kalian tetap berada dalam ceritaku dan membuat sebuah ending yang menyenangkan untuk kita semua.

Vyo menutup bukunya dan melihat jam beker yang berada di sampingnya. Jam menunjukan pukul sepuluh malam. Tak ia sangka, ia menghabiskan waktu bersama dengan Raja hingga jam sembilan malam. Ini merupakan hari yang paling bahagia menurutnya.

Disaat suasananya yang tentram Vyo terkejut saat ada seseorang yang melempar jendelanya dengan batu kerikil. Ia merasa was-was dan memberanikan diri untuk membukanya. Namun, ternyata orang yang melemparnya adalah Raja. Vyo segera mengambil jaketnya dan berjalan perlahan agar tidak membangunkan Ibunya. Vyo segera berlari menghampiri Raja yang berada di luar gerbang rumahnya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Vyo tersenyum.

"Aku kangen kamu," jawabnya sembari memegang pipi Vyosha. Pipinya merah jambu dan tatapannya beralih ke tempat lain diiringi dengan senyum yang lebar.

"Udah malem, sana pulang nanti kan bisa ketemu lagi"

"Jadi kamu gak seneng aku di sini?" Raja cemberut dan melepaskan tangannya.

"Bukan gitu, ini sudah malam. Nanti kan kita ketemu lagi," titahnya.

"Yaudah, aku pulang ya." Raja segera berbalik dan pergi meninggalkan Vyosha.

"Sayang, semoga kamu mimpi indah," ujar Raja berbalik lagi ke arah Vyosha dengan tangan yang melambai.

Vyosha langsung berbalik tak ingin melihat tatapannya. Karena, pipinya yang sudah berwarna merah padam.

"Vyosha Kenza, lo adalah orang yang paling beruntung"

~END~


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro