15. Aku Kepala Rumah Tangga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

 Part 15 Aku Kepala Rumah Tangga

Cave melirik ponsel Lily yang bergetar di meja. Barron, nama pria itu seolah tak berhenti berputar di hidup Lily. Ya, tentu saja. Pria itu sudah terlibat di hidup wanitanya jauh sebelum bahkan Egan datang di hidup Lily. Akan tetapi, tetap saja kedekatan dua orang itu selalu sukses mencuri perhatiannya. Mengusik ketenangannya.

Cave menekan kecemburuan yang lagi-lagi tak bisa ia kontrol. Menggeser tombol merah di sana dan membalik benda pipih tersebut. Merapikan dasi kupu-kupunya dan mematut dirinya di cermin sebelum menyusul Lily yang ada di bilik fitting room.

Wanita itu menolak pertolongan pelayan butik, tetapi sekarang kesulitan untuk menaikkan resleting di punggung. Cave maju, hanya butuh satu tarikan dan permasalahan tersebut selesai lebih cepat.

“Terima kasih,” gumam Lily, sedikit menundukkan pandangannya untuk menghindari tatapan keduanya bertemu di cermin.

Cave tak membalas. Kedua matanya mengamati penampilan Lily yang sempurna cantik dari atas ke bawah. Tanpa mengedipkan mata. ia mengakui ketakjuban yang membuatnya membeku dan kehilangan kata seperti orang tolol ini. Ya, mungkin ini memang alasannya menginginkan Lily. Tak tahan melihat wanita itu menjadi milik siapa pun, keposesifannya sudah muncul bahkan ketika untuk pertama kalinya mereka bertemu. Yang juga merupakan salah satu rencana wanita itu.

Cave maju lagi, tangannya menangkap pinggang dan dagu Lily sebelum menyapukan lumatan yang panjang di bibir itu. Menyesap rasa manis semacam candu yang tak pernah memuaskannya, tetapi tetap membuatnya menginginkan lagi dan lagi. 

“Sepertinya ukurannya sudah pas,” gumam Cave di antara ciumannya. Pandangannya mengunci kedua mata Lily yang sejernih madu tersebut. Terlihat sayu dan rapuh, tetapi ada kelicikan yang memikat di sana. Sayangnya, tentu saja ia lebih licik dari Lily. Dan ia bisa lebih licik dari siapa pun.

Lily mengangguk, sedikit memberi jarak di antara wajah mereka.

“Aku yang memilih ukurannya.” Tangan Cave bergerak menyentuh pundak, punggung, pinggang dan turun lebih ke bawah. “Aku tahu setiap inci tubuhmu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki.”

“Jika kau menginginkan Egan hancur, kau tahu itu akan berdampak pada hidup adikku, kan?”

“Aku tahu apa yang kau bicarakan.”

“Dan tak perlu melibatkan perusahaan untuk urusan emosional.”

Wajah Lily membeku, emosi di wajahnya mencuat tetapi ia berusaha menenangkan beriak emosinya.

“Aku memiliki bukti kelicikan Barron.”

“Bukan kelicikan,” koreksi Lily melepaskan diri dari kedua lengan Cave. “Perusahaan itu …” Kalimatnya terhenti. Menatap wajah serius Cave. Harus ia akui, saat membicarakan tentang pekerjaan, Cave selalu sukses membuat lawan bicara tak berkutik. Termasuk dirinya. “Pelanggaran perjanjian TD dan Carim Corporation adalah sepenuhnya kesalahan Egan. Dia menerima suap dari pemasok dan Barron hanya membongkar fakta tersebut.”

“Dengan sebuah tujuan yang sangat jelas. Untuk keuntungan pribadi. Diam-diam menemui pemegang saham untuk menyingkirkan Egan. Setelah mendapatkannya perusahaan itu, apa yang ingin kau lakukan?”

“Kami hanya ingin menyelamatkannya.”

Cave terkekeh.

“Itu bukan pertama kalinya Egan melakukan kecerobohan semacam ini.”

“Untuk sebuah keuntungan, perusahaan itu sama sekali tak bernilai, Lily. Jika itu yang kau kejar, kau cukup melahirkan anakku dan kau akan mendapatkan lebih dari itu. Kau memang mengincarnya.”

Lily tak menyangkal. Memang bukan sebuah keuntungan.

“Jadi kau tak ingin menjelaskannya?” Cave mendengus. “Hanya padaku?” pungkasnya mengakhiri pembicaraan tersebut dan berjalan keluar.

Selesai berganti pakaian dan keluar dari butik, Lily tak menduga Cave masih menunggunya di mobil. Sepanjang perjalanan, tak ada pembicaraan apa pun. Saling mempertahankan keheningan tersebut hingga keduanya sampai di rumah.

Egan dan Ivie duduk di ruang tengah. Pembicaraan apa pun di antara keduanya terhenti dengan kemunculan Cave dan Lily, Pandangan Lily berhenti lebih lama pada wajah Egan yang ditempeli plester di beberapa tempat. Yang ia yakin ada hubungannya dengan luka di punggung tangan Cave.

“Cave, karena wajah suamiku seperti ini dan tak mungkin akan membaik dalam semalam. Sepertinya kami tak mungkin mendatangi cara resepsi pernikahanmu,” ucap Ivie ketika keduanya bergabung duduk di seberang meja, “ Apa yang dikatakan orang …”

“Dan apa yang dikatakan orang kalau adikku satu-satunya tidak datang di hari pentingku?” Cave memperhatian Elva yang baru saja muncul dari arah ruang tengah dengan senampan camilan siang di kedua tangan. “Kupikir mama lebih peduli dengan keharmonisan keluarga kita dibandingkan hidung suamimu yang patah.”

Mata Ivie mendelik tak terima. “Kenapa kau kejam sekali pada suamiku?”

Cave mengedikkan bahu. Menatap lurus Egan yang langsung tertunduk. “Memangnya apa yang dilakukan suamimu sehingga seseorang menghajarnya seperti itu?’

“Dia terjatuh dari tangga karena lift kantor yang rusak. Bukan dihajar orang.”

Cave menahan tawanya, melirik ke arah sang mama yang wajahnya memucat. “Lain kali perhatikan langkahmu, adik ipar.”

Egan hanya memberikan satu anggukan singkat.

“Ivie, bawakan minuman yang sudah mama siapkan di dapur.”

“Kenapa aku? Ada pelayan …” Kalimat Ivie  terpotong oleh tatapan sang mama yang menajam. Memberengut kesal, ia terpaksa beranjak dari duduknya dan berjalan ke dapur.

“Jadi, apa kau sudah mempertimbangkan untuk membantu Egan?” Elva memulai pembicaraan. 

“Ronan masih memeriksa data keuangan dan seluk beluk perusahaannya. Meski itu perusahaan yang didirikan keluarganya, tetap saja kita tak tahu apa yang pernah terjadi di masa lalu sebelum dia datang di keluarga ini, kan?”

“Apa maksudmu?” Elva menelan keterkejutannya.

“Aku mendengar desas-desus kalau sebelum jatuh ke tangan keluarga Carim.”

“Perusahaan itu adalah perusahaan keluarga yang dibangun oleh kakeknya.”

Cave mengangkat salah satu alisnya. “Lalu bagaimana mama memiliki saham terbesar di perusahaan itu?”

“Kau tahu mama sudah begitu dekat dengan keluarga Egan bahkan sebelum kau lahir dan mama menikah dengan papamu. Saat itu perusahaan mereka diambang kebangkrutan dan orang tua Egan meminta tolong pada mama. Dan sebagai rasa terima kasihnya, mereka memberikan saham itu. Sebesar itu kepercayaan mereka pada mama.”

Kedua tangan Lily mengepal dengan semua kebohongan yang keluar sangat lancar dari mulut Elva.

“Jadi kali ini mama memintaku menyelamatkannya untuk mengamankan saham mama.”

“Perusahaan itu sangat berarti bagi keluarga Egan. Toh Egan sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Apa salahnya menolong adik iparmu sendiri? Ini bukan hanya tentang mama. Kita keluarga, harus saling menolong.”

Lily menoleh ke arah Cave yang terdiam. Mulai terpengaruh dengan bujukan lidah licik Elva. “Aku naik dulu,” ucapnya sambil bangkit dari duduknya.

Cave menatap punggung Lily yang mulai menaiki anak tangga. “Ya, kita keluarga. Harus saling tolong menolong. Tapi … kenapa itu hanya berlaku untuk Egan? Tidak dengan istriku.”

Raut Elva seketika membeku. “Ini hal yang berbeda.”

“Masih tentang asal usulnya yang tak jelas?”

Elva terdiam.

Cave bangkit. “Well, aku memiliki satu syarat.”

*** 

“Aku ingin bertemu. Secepatnya.”

“Tentang Egan?”

“Cave tahu tentang hubunganku dan Egan. Tiba-tiba hubungan kami menjadi rumit.”

“Oke. Kapan?”

Lily mengingat jadwalnya yang akan pada untuk dua hari ini. “Hari Senin.”

“Senin? Bukankah kalian akan pergi berbulan madu?”

“Apa? Bulan madu?!”

“Cave sudah mengatur perjalanan itu. Dia tidak mengatakannya padamu?”

Lily terdiam, ia ingat sudah meminta Cave untuk tidak mengatur acara tersebut. Tubuh Lily berbalik dan membeku, menatap pintu yang terbuka dan Cave berdiri di ambang pintu. Entah sejak kapan pria itu ada di sana dan mendengarkan semuanya? Wajahnya memucat, menurunkan ponsel dari telinganya ketika pria itu menutup pintu dan mulai bergerak mendekat.

Pria itu mengambil ponsel di tangan Lily, panggilan dengan Barron masih tersambung. “Ya, kami akan pergi. Seperti yang sudah kurencanakan,” ucapnya kemudian mengakhiri panggilan tersebut.

“C-cave, aku tak punya waktu …”

“Kenapa? Pekerjaan? Atau karena memang tak ingin menikmati pernikahan rumit ini?”

Lily menelan ludahnya. Pria itu mendengarnya sejak awal

“Well, aku tak peduli kau menganggap pernikahan rumit atau hanya batu loncatan untuk membalaskan dendammu. Tetapi, sekarang kau perlu tahu bahwa aku adalah suamimu. Yang akan memimpin rumah tangga ini sekaligus berhak atas hidup dan tubuhmu.”

“Kau marah?”

“Kupikir kita saling memiliki sesuatu dalam hubungan ini.” Cave merangkum wajah Lily yang mulai memucat. “Tapi rupanya sesuatu itu bukanlah hal yang sama.”

Seluruh tubuh Lily menegang oleh tatapan tajam Cave yang menusuk matanya. Membuatnya tak berkutik. Ibu jari pria itu menyapu di sepanjang bibir bagian bawahnya.

“Konsep pernikahan yang sedikit berbeda dari sebelumnya.”

Lily menelan ludahnya. Pria itu marah, sangat marah. Tetapi jauh lebih melegakan jika Cave meluapkan amarah tersebut padanya. Dibandingkan harus menyiksanya dengan cara seperti ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro