4. Langkah Selanjutnya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 4 Langkah Selanjutnya

Bibir Egan kelu, menatap dendam dan kebencian yang memekat di kedua bola coklat terang milik Lily. Mata indah yang pernah membuatnya jatuh cinta, kini terlihat kelam oleh kesedihan dan pengkhianatan. Pengkhianatannya adalah salah satu di antara banyaknya penyebab yang ada di hidup seorang Lily Rose.

“Untuk dua tahun hubungan kita yang mungkin pernah menyentuh hatimu, biarkan aku mengurus urusanku.”

Egan merapatkan bibirnya, menatap kesungguhan di kedua mata Lily.

“Seperti kau mencampakkan hubungan kita, buang kecemasan sia-siamu ke tempat sampah,” ucap Lily sebelum membanting pintu tepat di depan wajah Egan.

Lily menyandarkan punggungnya di balik pintu. Matanya terpejam, menelaah perasaan yang masih mengaliri perasaannya. Setelah semua pengkhianatan Egan, perasaan itu masih tersisa di dalam sana meski ia telah berusaha menguburnya dalam-dalam. Mereka pernah begitu tulus saling mencintai. Pernah.

*** 

“Beberapa klien sudah melemparkan gugatannya. Dan seperti yang kita perkirakan, Elva Zachery akan turun tangan.” Barron Izzan menggeser tiga berkas yang baru ia pelajari ke samping. menyilangkan kedua lengan di meja untuk memberikan seluruh perhatiannya pada Lily. “Egan sudah berusaha keras untuk menyelamatkan perusahaan itu, Lily.”

“Jangan membelanya. Kita berdua tahu dia tak akan setulus itu. Dia hanya pria berengsek yang kebetulan akan menjadi calon adik iparku.”

Barron menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. “Kau benar-benar akan menikah dengan Cave?”

Lily tak menjawab. Mengambil ponselnya yang bergetar pelan. Hari pernikahan sudah ditentukan. Semakin hari kewaspadaannya semakin meningkat. Bahkan ia harus memastikan dengan seksama untuk setiap makanan yang akan masuk ke dalam mulutnya. Elva Zachery akan melakukan segalanya untuk membuat pernikahannya dan Cave berakhir hanya sebagai sebuah rencana yang gagal.

“Ini kedua kalinya rencana ini diundur.” Barron terkekeh. Memutar-mutar pen di tangannya sebelum menyelipkan di atas telinga. “Pertama karena Ivie yang kakinya tiba-tiba patah karena jatuh dari … dua anak tangga?” Mata Barron menyipit menahan tawa gelinya. “Dan kedua karena calon mertuamu tiba-tiba anemia. Bisa ditebak kali ini akan dibatalkan karena calon ayah mertumua yang terkena serangan jantung?”

“Ck, sejak awal kita tahu rencana ini tak akan pernah mudah, Barron. Pernikahan hanyalah satu langkah maju.”

Barron menghela napas panjang. “Oke. Jika sudah pasti, aku akan membatalkan jadwalku kapan saja. Aku hanya perlu datang untuk menjadi saksi pernikahan kalian, kan?”

Lily memberikan seulas senyum tipisnya. Melirik pesan singkat yang baru masuk. Dari Cave. Aku sudah di bawah.

“Cindy sudah tak sabar ingin menangkap buket bunga pengantinmu. Sepertinya dia akan menggunakan caramu untuk menikah dengan kekasihnya.”

“Aku harus ke turun.” Lily memasukkan ponselnya ke dalam tas dan beranjak menuju pintu. “Laporanku sudah kukirim. Setelah dari rumah sakit, aku akan langsung ke bandara untuk menjemput klien dan membawanya langsung ke hotel.”

Barron mengangguk. “Kau yakin tak butuh bantuan? Kudengar dia klien yang cukup rewel.”

“Rewel, bukan tak bisa dihadapi,” jawab Lily sebelum benar-benar menghilang di balik pintu ruangan CEO Izzan Company.

*** 

“Sebesar apa dia?” Cave bertanya setelah dokter mengatakan usia kehamilan yang sudah menginjak minggu ke 13. Menunjukkan ujung ruas jari telunjuknya pada dokter Lana. “Bulan kemarin masih sebesar kacang tanah, kan?”

Dokter Lana tersenyum sembari menggerak-gerakkan alat di tangannya di atas perut Lily. “Beratnya sekitas 18 gram dan panjang 56 cm. Sebesar buah plum.”

Senyum Cave melebar.  Tanpa melepaskan pandangannya dari layar besar yang menempel di dinding, ia membawa punggung tangan Lily ke bibirnya. “Itu normal atau apakah memang perkembangan janin selama ini? Kupikir hanya butuh satu minggu untuk menjadi lebih besar dan besar lagi. Perutnya masih terlihat rata.”

“Normal, Tuan Zachery. Trimester awal masih sangat rentan dan perkembangannya belum sepesat trimester dua dan tiga. Tetapi bentuk tubuhnya sudah semakin sempurna. Bahkan sudah mulai bergerak meski gerakannya masih belum dirasakan oleh ibu.”

Lily hanya menampilkan senyum terbaiknya, mendengarkan setiap detail yang dijelaskan oleh dokter Lana. Ada kehangatan yang mulai merambati dadanya, meski begitu ia tak akan membiarkan semua emosi ini memengaruhinya.

“Oke. Masih ada 30 minggu. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk untuk persiapan pernikahan, jadi tak sempat membaca artikel apa pun tentang kehamilan,” gumam Cave lebih kepada dirinya sendiri. “Setelah menikah, aku akan lebih banyak mencari tahu dan mungkin akan lebih sering menghubungi Anda, Dokter Lana.”

“Silahkan. Saya akan dengan senang hati membantu.” Dokter Lana mengangkat alat di tangannya. Beranjak dari duduknya sembari melepaskan sarung tangan lalu berjalan menuju kursi di balik meja. “Apakah vitaminnya sudah habis?”

“Ya. Dua hari yang lalu. Tapi saya tidak melewatkan susu ibu hamilnya.” Lily merapikan pakaiannya setelah perawat membersihkan gel dari perutnya. 

“Hmm, maaf. Pemeriksaan bulan depan tidak akan terlambat.” Cave membantu Lily turun dari ranjang, menuntun wanita itu duduk di depan meja dokter. Dengan kedua tangan yang masih saling terpaut.

Sementara Cave mendengarkan lebih banyak penjelasan dokter Lana, Lily menatap sela-sela jemarinya yang diisi oleh jari-jari Cave. Bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh pria itu. Ia tidak akan menjadi ibu yang baik dan tulus, tetapi ia tahu Cave akan melindungi dan menjadi ayah yang baik dan tepat untuk anak mereka. Hanya itu yang dibutuhkannya. Setidaknya Cave tidak akan membuat anak mereka berakhir di panti asuhan, seperti dirinya. Dibuang dan dicampakkan.

Setelah mengambil vitamin di apotek rumah sakit, keduanya berjalan melintasi lobi rumah sakit.

“Dokter Lana benar, dia sudah bisa menggerakkan jari-jarinya.” Cave menunjukkan video 4 dimensi di latar ponselnya.

“Kita sudah melihatnya di ruangan dokter Lana, Cave.”

“Ya, aku hanya …. masih tak bisa mempercayainya. Kau ingin laki-laki atau perempuan?”

“Kau?”

“Perempuan. Yang mirip denganmu.”

Lily hanya tertawa. Hatinya sempat tersentuh dengan kalimat tersebut, tetapi ia segera menguatkan perasaannya. Cave menginginkannya karena wajahnya yang cantik. Satu-satunya hal yang sukses memikat seorang Cavero Zachery. Pewaris tunggal Zachery Group. Perusahaan paling berpengaruh di negeri ini. Menguasai seluruh kota. Kekuasaan yang ia butuhkan untuk mengembalikan apa yang telah dihancurkan darinya.

“Apa kau akan menyayanginya?”

“Ck, pertanyaan macam apa itu, sayang. Dia anakku.” Cave mencium ujung kepala Lily. Keduany berhenti di teras rumah sakit. Sebuah taksi sudah berhenti menunggunya.

Hanya jawaban itu yang Lily butuhkan. “Aku harus pergi.”

“Kau yakin tak ingin kuantar?”

“Ini pekerjaanku, Cave. Aku tak suka ini menjadi urusan pribadi.”

Cave mengedikkan bahu. Tak akan membantah untuk satu hal ini meski ia bisa sangat ikut campur semua tentang sang kekasih.

Lily naik ke dalam taksi. Melambaikan tangan ke arah Cave saat mobil mulai melaju menuju jalanan. Dan baru saja mobil berbelok ke samping kanan ketika sebuah mobil dengan kecepatan tinggi mendekati taksi tersebut. Mendorong badan taksi ke pagar tembok dengan hantaman yang kuat. Hanya dalam hitungan sepersekian detik menghancurkan setengah bagian mobil tersebut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro