11 - The Beautiful Blind Maiden of Type A1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah aku terkirim ke dalam hutan aneh ini, aku pun mencari arah. Tabel pertemananku pun menghilang, aku tak bisa menghubungi Lash atau pun Elen sama seperti di dalam kota mati.

[Forest of Nordent]

"Kali i-ini hutan kah?"

Tubuhku masih belum sembuh sepenuhnya. Walau tubuh virtual ini belum sepenuhnya kuketahui bagaimana jika tubuh ini menghilang. Untuk mencegah atau menghindari hal buruk itu. Aku akan mencoba sekuat mungkin untuk menghindari segala sesuatu hal yang setidaknya tidak menjerumuskanku ke dalam bahaya.

Berjalan dan melewati berbagai semak yang rontok. Tersisa ranting yang rapuh, di mana setiap saat ranting itu tertiup oleh angin. Ranting-ranting itu akan keropos dan akhirnya patah lalu hancur ketika menyentuh tanah.

Aku terus mencari jalan keluar dari tantangan ini. Kukira itu adalah tantangan terakhirku, ternyata tidak. Itu tidak sesuai dengan apa yang selama ini kuharapkan terjadi.

Begitu aku memasuki sebuah lahan yang luas. Aku pun memutar kedua bola mataku, mencari sesuatu yang mungkin saja akan menjadi petunjuk jalanku. Lahan di depanku adalah sebuah lahan kosong.

Sedikit menanjak layaknya bukit di pegunungan, tidak lama setelah itu aku pun tiba di atasnya. Ketika angin berhembus dingin membelai wajahku. Tubuhku bergidik seolah-olah tangan halus menyentuhku.

Tidak ada yang bisa kudapatkan di sini, namun penglihatanku tertuju pada bangunan-bangunan di bawah sana. Lebih tepatnya adalah bangunan-bangunan hancur yang penuh dengan lumut. Itu bukanlah bangunan kota yang sebelumnya kuhampiri.

Bukanlah tempat aku bertemu dengan Maria, melainkan sebuah tempat baru. Bukanlah kota, tetapi seperti sebuah fasilitas yang terbengkalai. Menara batu menjulang ke atas, berbagai tumbuhan merambatinya, dan bunga keunguan bermekaran di sekitarnya.

Apakah aku harus pergi ke sana untuk melanjutkan tantangan ini?

Bahkan panah petunjuk yang sebelumnya menggiringku menuju portal dari awal kejadian ini terjadi pun tidak menunjukan dirinya. Mungkin kah?

Aku pun segera meluncur ke bawah, kakiku serasa berselancar di sebuah arus air yang cukup kuat. Tanaman-tanaman licin di bawah kakiku memudahkanku untuk meluncur seolah aku ini adalah peselancar profesional.

Tetapi ini tidak semudah yang kukira. Karena, mereka muncul kembali ....

"Pasukan mahluk hitam?!"

Mereka muncul dari dalam tanah dan berdiri sambil memegangi sepasang tangan yang mengeluarkan urat-urat biru. Menggeram penuh kebencian, bahasa mereka sama sekali tidak bisa kumengerti.

Aku terdiam begitu melihat di antara salah satu mereka ada yang berusaha melepaskan jahitan pada mulutnya. Begitu ia berhasil, sebuah mulut hampa tak bergigi menganga. Lubang hitam terlihat dari dalamnya.

Namun sebuah lidah tajam keluar, menjulur liar tak terkendali. Aku pun langsung merinding, karena baru pertama kali ini aku melawan monster seperti itu. Sekali lagi monster itu menggeram namun setelahnya mendesis dan bergumam dengan bahasa yang tidak pernah kudengar.

Kawan-kawan di sekitarnya pun melakukan hal yang sama. Melihat itu, pedang dari balik punggungku pun siap untuk kutarik. Bilahnya kugenggam erat kemudian kutarik keluar.

Melihat status indikasi mereka, aku yakin mereka pasti memiliki level.

[Madness Marionete Lv.35]

"Apa?! 35!"

Melihat level aslinya, tubuhku tak berkutik menerima pahitnya kekalahan itu. Kukira perbedaan level kami sedikit. Namun mengetahui level aslinya 35, yang bisa kulakukan adalah meneguk ludahku sendiri dan membayangkan bagaimana jika aku tertangkap oleh lidah mereka.

Mereka—Marionete itu muncul dalam keadaan tidak bisa bergerak. Tubuh mereka terjahit ke sebuah rosario batu keabuan. Sehingga yang mereka hanya bisa lakukan adalah memainkan lidahnya yang tajam.

Kuhitung jumlah mereka. Untungnya mereka hanya tujuh. Mungkin aku bisa mengatasi ini. Seiring aku berpikir, tubuhku masih meluncur menuruni bukit kecil di atas hutan ini.

Aku pun mulai berhadapan dengan Marionete pertama. Ketika lidahnya terangkat dan mulai menebas tubuhku secara diagonal. Secara reflek aku menunduk dan menyerang balik dirinya.

Sebuah [Azurast] berhasil membelah tubuhnya menjadi dua dan teriakan penuh kedengkian dapat kudengar bergema. Ketika efeknya masih berlaku, dalam waktu lima detik itu aku pun mulai membalikan arah dari tubuhku.

Berputar menuju yang kedua, di mana serangannya berhasil menggores pipiku. Aku membalasanya dengan sembilan buah tebasan kuat dalam dua detik. Kemudian sisanya aku gunakan untuk melemparkan pedangku ini ke Marionete yang ketiga.

Ia menjerit kesakitan, namun aku terlebih dahulu telah melompat tinggi di udara. Mendarat di atas Rosario batunya, aku pun bersalto dan mengambil pedangku yang tertancab dalam di dadanya. Sekali lagi jeritan dapat kudengar begitu memilukan.

Lagi pula mereka seperti perempuan. Hanya saja tubuh mereka itu adalah boneka dan setahuku. Boneka sama sekali tidak memiliki jiwa, kecuali tubuh hampa mereka dirasuki oleh roh jahat.

Informasi seperti itu memanglah sangat berguna sekali. Mendengarnya dari Player yang tak sengaja lewat dan membicarakannya di Plaza kota utama membuatku lega.

Untuk sisanya, kugunakan serangan cepat. Hanya dalam beberapa belas menit, kukira. Aku berhasil mengalahkan mereka walaupun HP potion-ku tersisa satu lagi. CP-ku pun tinggal setengah lagi.

Levelku meningkat menjadi 22. Aku mendapatkan Skill baru lagi. Yaitu [Half Time Sword]. Skill ini memberikanku serangan ekstra ketika aku menebas musuh satu kali, di dalam kesempatan rasio 50% aku bisa melancarkan dua serangan dalam satu waktu.

[Damage Reflection] milikku pun bertambah. Kini dampak yang kuterima akan berkurang 7%. Sedangkan [Out Jump]-ku berubah menjadi [Spectre]. Dimana aku bisa menghilangkan kehadiranku dan di saat yang bersamaan aku bisa mendapatkan kemampuan seperti hantu.

Mungkin semisalnya lompatan, berlari, atau pun berjalan tanpa mengeluarkan suara. Entahlah yang pasti itu yang dapat kupahami sejauh ini. Dan terakhir adalah aku mendapatkan Skill berantai.

Yaitu ketika aku mengaktifkan satu Skill maka dengan sendirinya Skill yang lain akan ikut aktif juga. Skill berantai ini memiliki setidaknya dua buah slot. Dengan Skill [Crimson Claw] di awal lalu [Azurast] kedua.

Aku mendapatkan Skill yang mematikan. CP yang perlu kukorbankan pun berkurang 15% berkat Skill ini. Skill ini seperti hubungan, namun sifatnya pasif. Benar apa yang kupikirkan sejak pertama kali mendapatkan Skill [Damage Reflection].

Rasanya Skill yang kugunakan rata-rata pasif ketimbang Skill aktif.

Kini aku pun telah sampai di depan bangunan fasilitas itu. Ketika seekor monster tiba-tiba saja muncul menghalangi gerbang utama. Monster itu berperawakan seperti kadal raksasa, membawa tombak dan tubuhnya di lapisi baju tempur metal yang cukup mengkilat.

Ketika ia mendesis memuncratkan cairan mulutnya. Ia pun langsung menerjangku sekaligus menghunuskan timbaknya. Aku menghindar ke samping kanan dan langsung mengaktifkan [Crimson Claw].

[Crimson Claw] berhasil membuatnya tersentak dan darah terus keluar dari sekitar tubuhnya. Sedangakn [Azurast] yang melesat dan membelah baju tempurnya berhasil melayangkannya hingga ke atas.

Darah pun menghujani pemandanganku saat itu. Ketika ia jatuh menghantam tanah, rupanya ia masih hidup dan terus meronta. Tetapi aku langsung menghujamnya dengan pedangku ini. Dalam, bahkan dalam satu kali hujaman itu kukerahkan seluruh tenagaku untuk membenamkan pedangku ke dalam tubuhnya itu.

Ia menjerit dan darah terus saja keluar seperti kucuran air kecil. Setelah itu tubuhnya sirna menjadi kepingan kaca merah yang akhirnya menghilang tanpa aku sadari. Apakah Maria juga sama seperti itu?

Mungkin iya, mungkin juga tidak. Aku tak tahu mengentai hal itu. Lagi pula aku tak memikirkannya sama sekali karena telah berhasil mengalahkannya walau aku tak sadar.

Gerbang pun terbuka dan aku masuk ke dalam. Dimulai dari halaman berbunga yang layu dan semak-semak anggun yang telah luntur warnanya. Mengering bahkan sudah mati.

Kemudian sebuah patung yang kehilangan kepala serta tangan kanannya berdiri tegak di samping kanan halaman.

"Seperti ada pemiliknya."

Ketika aku bergumam, secara tak sadar aku telah memasuki fasilitas itu. Atap yang berlubang, cat dinding yang luntur, dan lantai yang sangat kusam bahkan telah hancur. Pasir cokelat terlihat dimana-mana.

Sedangkan tanaman aneh terlihat tumbuh di sekitar dinding. Tepat di depanku ini, sebuah lorong gelap menunjukan dirinya ketika aku melangkah maju. Semakin dalam dan semakin dalam aku berjalan melewati lorong ini.

Kegelapan absolut mulai melahapku secara perlahan hingga akhirnya sebuah cahaya dapat kuliaht di kejauhan sana. Mungkin itu adalah jalan keluar dari fasilitas ini. Sontak aku pun berlari untuk segera menuju cahaya itu.

Namun begitu aku sampai ....

"W-wah ... ini namanya penipuan tak terduga!"

Sebuah taman yang hidup. Tidak ada kata layu atau pun kelam di sini. Tetapi semuanya terlihat hidup, segar bahkan mengeluarkan aroma yang sedap.

Tumbuhan-tumbuhan di sini hidup dan tidak ada yang mati. Sebuah lorong tanaman kini menyambutku dengan riang. Tanaman anggur tumbuh di langit-langitnya. Sedangkan semak-semak ceri terlihat mekar di samping kiri dan kanannya.

Aku tertegun melihat pemandangan 360 derajat ini. Terus dan terus aku melangkahkan kakiku, aku pun tiba di sebuah taman kecil. Sebuah meja bundar setinggi satu meter berdiri di tengah-tengahnya.

Berwarna putih kehijauan. Kursi putih yang kokoh berada di kedua sampingnya, saling berhadapan. Namun mataku terpikat oleh sesosok perempuan cantik. Ia menggunakan gaun merah marun sebagai pakaiannya.

Bahu dan bagian dada atasnya sedikit terlihat. Putih tanpa adanya luka. Lengkungan lehernya pun mulus. Ia sedang duduk dan menikmati sesuatu. Tetapi aku kaget ketika mengetahui bahwa ia tidak bisa melihat. Dan matanya di tutupi oleh kain hitam yang serupa dengan warna rambutnya.

Rambutnya yang hitam pekat itu sampai membuatku tidak sadar akan hal itu. Aku pun mulai menghampirinya.

"Oyaa ... rupanya saya kedatangan tamu."

Suaranya pun tampak ramah dan tidak ada indikasi bahwa ia adalah seekor monster.

"Mari duduk ... saya akan menuangkan secangkir teh untuk Anda."

Bukan hanya ramah bahkan sopan.

Menerima tawarannya aku duduk dengan tenang. Begitu aku melihar paras wajahnya itu. Ia sedang tersenyum sambil menuangkan teh ke dalam cangkir putih di depannya.

"Hati-hati ... itu masih panas, tiuplah jika Anda menginginkannya cepat dingin~"

Ia pun tertawa kecil, secara tak sadar kepalaku mendongak dan melihat indikasi status miliknya.

[The Blind Maiden, Type A1—]

"Model Type--?!"

Ketika aku ingin mengambil cangkir teh yang telah ia sediakan untukku. Tanganku terhenti ketika melihat namanya.

"Ada apa dengan namaku? Apakah Anda mengetahuinya?~"

Sekali lagi ia tertawa kecil dan mengarahkan wajanya ke arah wajahku.

"Tenang saja ... aku tidak seperti Type 00. Aku tak ingin ada pertarungan yang sia-sia, maka dari itu saya mengundang Anda ke meja teh ini"

"Ughh—"

Walau perkataannya seperti itu, tubuhku tak bisa bergerak akibat ikatan tali tak terlihat yang mengikat hampir seluruh tubuhku.

"Sejak kapan?!"

"Jangan meronta, saya tidak ingin melukai Anda ... yang saya inginkan adalah agar Anda mendengarkan cerita dan juga keinginan saya"

"Mendengarkan?!"

Ia pun mengangguk lembut. Mulai berdiri sambil meraba-raba sekitarnya, kemudian mulai pun berjalan menghampiriku. Setelah berada di sampingku, ia pun menggeser kursi miliknya dan meletakannya di sampingku.

Tetapi bukannya duduk di kursi itu, akan tetapi ia duduk di pangkuanku. Dan kini kami saling bersentuhan.

"Tolong dengarkan permintaan pertama dan terakhirku ini ... saya yakin Anda bisa mengabulkannya untukku"

"Huh?!"

"Kalau begitu aku akan memulainya ...."

Seketika itu juga tali tak terlihat yang mengikat kedua tanganku mulai bergerak. Kini tanganku seperti bergerak sendiri, mulai merapat dan akhirnya memeluk perut halus Type A1 cukup kuat. Ia mengerang dan dapat kulihat bagaimana senyum manisnya mengembang.

"Sudah lama sekali aku tidak merasakan kehangatan seperti ini ...."

Setelah itu ia mengelus pipiku lembut sekali. Sentuhan telapak tangannya begitu dingin, seolah-olah ia bukanlah mahluk hidup. Aroma tubunya yang mulai membuatku tersedu-sedu mengingatkanku akan aroma ibuku sendiri.

"Sebelumnya mungkin Anda mengerti apa itu robot dan sistem AI bukan?"

" ... Lalu?"

"Kami adalah salah satunya. Apa yang kami inginkan adalah hidup bebas dan dapat merasakan perasaan. Senang, sedih, takut, seram, gugup, murung, dan juga lainnya. Itulah apa yang ingin kami dapatkan sebagai mahluk yang di ciptakan oleh manusia."

Nadanya mulai merendah.

"Namun mereka hanya menggunakan kami sebagai alat. Tidak peduli bagaimana kami melayani mereka, tetap saja mereka memperlakukan kami seperti alat"

"Bukan kah itu wajah, jika itu aku—"

Jari telunjuknya menghentikan mulutku. Ia pun mulai tersenyum ke arahku.

" ... Anda berbeda, Anda tidak memperlakukan kami seperti itu."

Dengan lembutnya ia pun berkata demikian sementara tangan kirinya mulai menyentuh tangan kiriku yang sedang memeluk dirinya.

"Ketika Anda menggunakan salah satu di antara kami, Anda peduli dengan kami. Memperlakukan kami dengan baik bahkan merawat kami"

"Tetapi aku tidak pernah melakukannya!"

"Komputer Anda?"

Aku terdiam mendengar perkataannya.

"Setiap kali kau menggunakannya, kau tidak pernah membanting salah satu komponen penting di luarnya. Bahkan kau membersihkannya setiap minggu, iya, 'kan?"

"B-b-bagaimana kau mengetahuinya?"

Ia kembali tertawa kecil.

"Tentu saja aku mengetahuinya ... lagi pula kami para Type memperhatikanmu dari dalamnya~"

"T-t-tetapi—"

"Anda orang yang baik, hanya saja kau terjebak ke dalam pemikiranmu sendiri. Dimana hal seperti itu menciptakan dunia yang tidak akan pernah bisa Anda jangkau."

Lalu kepalanya mulai mendongak ke atas. Seperti memandang langit yang sama sekali tidak akan pernah bisa ia lihat. Type A1 pun menarik napas.

"Saya akan menceritakan kisah lama ini, maka dari itu tolong bertahan lah, Type A0."

Saat itu lah aku semakin terjerumus ke dalam teka-teki yang sebelumnya tidak pernah kuketahui. Bahwa setelah panggilan Type 00, kali ini adalah Type A0.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro