12 - Tell The Truth to Tell The Tragedy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika kupu-kupu terbang dengan indahnya, dari balik sayap anggunnya itu tersimpan sebuah kesedihan yang tak pernah terungkap. Begitu pun dengan Type A1. Dirinya yang kini tengah duduk di pangkuanku mulai menceritakan masa lalunya.

Dengan santainya ia mengucap, mulutnya yang tipis dan juga terlihat lembut itu bergerak mengikuti keinginan hatinya yang paling terdalam.

Aku mengangguk pelan. Karena, saat ini aku tak bisa menggerakan tubuhku bagaimanapun caranya. Yang bisa kulakukan adalah mengangguk, mengedip, bernapas serta berbicara. Tak lebih dan tak kurang.

"Kalau begitu ... saya akan memulainya. Ketika kami sebagai model Type tinggal di dalam dunia fana ini."

Sorot matanya tak dapat kulihat. Dengan adanya penutup mata berupa kain hitam itu. Aku sama sekali tidak bisa membaca reaksi perasaannya. Jika seandainya dia berbohong pun, aku tak bisa menebaknya.

Type A1 pun mulai menceritakan kisahnya. Laun-lambat aku seperti di bawa ke sebuah dunia yang tak pernah aku gambarkan dalam pikiranku. Ya ... dunia itu adalah di mana ia masih bisa tersenyum lebar.

Dunia di mana mereka tentram tanpa adanya gangguan sama sekali. Pohon-pohon rindang, bangunan-bangunan asri berjajar rapi dan tersusun sesuai koordinat tempat.

Jalan-jalan yang masih bersih tanpa adanya kerusakan sama sekali. Mereka hidup dalam keharmonisan yang mereka sebut dengan sistem. Tak ada campur tangan dari pihak luar.

Mereka menatanya dengan sendiri. Bahkan ... tidak ada pertikaian ataupun pertentangan mengenai hak wilayah dan tempat.

Keegoisan seperti tidak pernah mereka bayangkan sama sekali. Jika seandainya keegoisan itu merasuki salah satu dari mereka, maka dengan sendirinya mata mereka akan berubah menjadi merah.

Tatanan kehidupan sosial mereka benar-benar tersusun dengan apik. Namun tidak lama setelah mereka kira bahwa kehidupan seperti itu akan berlangsung seterusnya. Tiba-tiba saja hujan turun.

Tanpa ada yang tahu hujan apa itu. Salah seorang dari mereka mulai menyentuh gumpalan hitam yang turun dari langit. Pada saat itulah ... pertumpahan darah muncul, seakan-akan mereka telah menunggu hal ini bertahun-tahun lamanya.

Lepas kendali dan tak mengenal siapa lawan atau kawan. Mereka saling membunuh dalam penderitaan. Darah seakan tak pernah luput dari keseharian mereka. Namun Type A1, salah satu model yang belum terinfeksi oleh gumpalan hitam itu dapat meloloskan diri berkat bantuan Type 00.

Terus dan terus mereka berlari, Type 00 tak pernah melepaskan genggaman tangan Type A1. Mereka terus melarikan diri kemana pun itu dan dimana pun itu, mereka tetap berlari.

Tak pernah mundur atau pun tak pernah ragu untuk tidak pernah berpaling lagi. Melihat mimpi buruk itu terjadi di depan mata mereka berdua. Type A1 ketakutan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan itu lagi.

Tetapi untuk Type 00. Ia sama sekali tidak menyerah. Karena tidak tahuan Type A1, Type 00 menebas matanya dengan cepat. Setelah itu permintaan maaf yang tak terbendung terus saja terdengar di sekitar mereka.

Apa yang ia lakukan memanglah bukan sesuatu yang dapat dimaafkan begitu saja. Type A1 yang kehilangan penglihatannya hanya bisa menangis dalam diam. Namun ia tahu bahwa pendertiaan yang ia pikul tidak lah seberat apa yang ia kira.

Perasaan takut yang menghantui dirinya adalah hal pertama yang ia rasakan. Sebelum perasaan itu muncul, mereka merasa bahwa perasaan itu adalah semacam gangguan atau pun kesalahan sistem.

Sebuah unit atau dapat di katakan model tidak berhak memiliki perasaan seperti itu. Karena, jika seandainya mereka berhasil memilikinya. Kehidupan mereka akan berakhir seperti manusia. Dimana kecemburuan mendatangkan sebuah konflik yang tak berujung.

Apa pun yang mereka lakukan pasti akan mendatangkan malapetaka. Tempat atau pun waktu tidak menjadi masalah bagi mereka. Kekuasaan, kekuatan, keegoisan. Tiga unsur perasaan itu lah yang membuat mereka buta akan pentingnya arti hubungan.

Saling menusuk antar kawan, tidak peduli apakah mereka baik atau jahat. Selama mereka dapat menduduki posisi yang lebih tinggi. Maka segala cara akan mereka lakukan walaupun tangan mereka penuh akan darah keserakahan.

Setelah Type 00 berhasil membawa Type A1 ke dalam sebuah fasilitas. Ia pun meninggalkan sebuah pesan. Pesan yang sama sekali tidak akan pernah ia bisa abaikan begitu saja.

Pesan itu berupa benih harapan bagi mereka—terutama bagi mereka berdua agar dapat bertemu kembali. Tidak peduli apa yang akan menimpa mereka, Type A1 tidak ragu sedikit pun dan langsung menerimanya dengan senang hati.

Pesan itu adalah ...

—Simpan ini selama yang kau bisa, aku pasti akan datang menjemputmu kembali. Aku berjanji ... jadi percayalah padaku—

Setelah itu ia memberikan sesuatu kepadanya. Benda itu berbentuk bulat dan sedikit bergerigi. Karena Type A1 tidak bisa melihat, maka yang bisa ia bayangkan adalah bentuknya ketika menyentuh benda itu.

Tidak ada yang tahu kegunaan benda itu bahkan untuk dirinya sendiri. Hanya Type 00 lah yang mengetahui kegunaan benda itu. Setelah itu pun ia pergi dan meninggalkan sebuah kain di pangkuan milik Type A1.

"Bagaimana ... apa Anda tersentuh?"

"Tetapi mengapa kau menyebutku dengan Type [A0]?"

"Type Azure Point Zero, itu lah indikasi namamu yang sebenarnya. Namun berkat kesalahan sistem, mereka mencapmu sebagai produk gagal dan mengganti nama aslimu dengan Type 00. Alias Type Overated Point Zero"

"Azure?!"

Aku tak percaya dengan apa yang ia katakan. Jika memang seandainya aku adalah model pertama dalam rasku, berarti semua Player yang menggunakan Type-ku adalah kloningan diriku sendiri.

"I-itu ... "

"Saya tahu Anda tidak akan percaya begitu saja terhadap cerita yang saya katakan, tapi percayalah ... sosok yang Anda lihat sekarang adalah buah dari benih yang Anda tanam bertahun-tahun lalu!"

"T-tetapi itu tidak mungkin!"

"Mungkin sekarang Anda tidak akan mempercayainya. Tetapi jika Anda mengingat kejadian 12 tahun yang lalu ... mungkin Anda akan mengetahui siapa dan apa diri saya ini."

12 tahun yang lalu? Peristiwa sebelum kedua orang tuaku pergi meninggalkanku bersama dengan adikku.

"Sekarang Anda akan bertanya, apa hubungan saya dengan kedua orang tua Anda bukan?"

"Me-mengapa kau mengetahui isi pikiranku?!"

"Tentu saja saya mengetahuinya. Lagi pula saya adalah bagian dari diri Anda yang Anda lupakan sendiri"

"T-tetapi bukan kah kau—"

" ... Seorang perempuan? Itu yang ingin Anda katakan selanjutnya?"

Tenggorokanku tercekat. Ketika aku hendak ingin berucap, ia telah mencegahku untuk mengeluarkan pemikiranku. Sebenarnya siapa perempuan ini?

"Ahhh~ rasa ini ... apakah ini kebahagian? Kesedihan? Ataukah cinta?"

Semakin lama aku melihatnya. Ia hanya sebatas bagian diriku yang tidak pernah kuakui. Ia seorang perempuan dan nama yang ia miliki adalah Type A1. Itu berarti Type Azure Point One.

Tangannya mulai merambat ke bagian tubuhku yang atas. Dari mulai leher ia ciumi beberapa kali hingga mengendus-ngendus wajahku. Napasnya ... napasnya begitu hangat ....

"H-hentikan!"

"Hmm ... kenapa? Saya hanya penasaran dengan perasaan panas yang berada di dalam tubuh saya. Melihat Anda membuat saya tidak tahan untuk lebih menyentuh tubuh Anda~"

Suaranya yang nakal benar-benar membuat bulu kudukku merinding. Aku sama sekali tidak ingin pengalaman pertamaku di dalam dunia virtual ini.

"Hmm ... tetapi sepertinya saya memang berlebihan. Kalau begitu maafkan saya atas ketidak sopanan ini~"

"B-baiklah aku mengerti. Tetapi dengan cerita yang kau ceritakan tadi, apa yang ingin kau sampaikan kepadaku?"

"Apakah Anda belum menyadarinya?"

Aku menggeleng pelan.

"Hahahahaha ... saya kira Anda memahaminya sama seperti apa yang pernah Anda katakan kepada saya saat itu"

"Saat itu? Aku tak mengerti apa maksudmu?!"

"Tentu saja ... dia yang membuatku tak bisa melihat dan berjanji menjemputku kembali tidak lain dan tidak bukan adalah Anda sendiri~"

Ia pun tersenyum kemudian melepaskan ikatakan kain hitam yang selama ini menutupi matanya. Dari balik wajah cantiknya itu, kedua matanya putih pucat. Bekas luka sayatan terlihat membentang dari mata kiri ke mata kanan.

Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya tetapi ....

"Maafkan aku ...."

Kata itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku. Bahkan aku tidak tahu apa yang sebenarnya ingin aku ucapkan. Namun setetes air mata muncul dari balik pelepah mata kiriku. Ketika aku menyadarinya ... hatiku begitu sakit menerima semua cerita yang ia beritahukan kepadaku.

Jika memang seandainya 12 tahun lalu aku yang melakukan semua ini. Lalu mengapa aku melupakannya?

"Mengapa Anda menangis?"

"Itu seharusnya pertanyaanku ... mengapa kau bisa mengetahui emosi seperti ini? Bukan kah kau hanya sebatas sistem?"

"Tentu saja saya mengetahuinya ... lagi pula Anda lah yang mengajarkannya kepada saya~"

Nadanya yang halus semakin membuat hatiku sakit. Lalu ia pun mengeluskan pipinya ke pipi milikku. Tetap bukan ah kehangatan yang kurasakan. Melainkan rasa pedih akan kesendirian dimana waktu terus begulir dan keheningan menemaninya.

Dingin ... dingin ... dingin ... sensasi kulitnya dingin sekali. Seolah-olah dia memang akan meninggalkan dunia ini.

"Lagi pula mengapa kau bisa mengetahui aku sedang menangis? Sementara kau tidak bisa melihat?"

"Bukan kah saya telah memberitahu Anda? Saya adalah diri Anda yang tidak pernah di akui keberadaannya. Tetapi Anda sendiri lah yang mengulurkan tangan Anda untuk menyelamatkan saya"

"Jika seperti itu ... lalu mengapa mereka ingin membunuhku?!"

"Itu karena ... mereka adalah diri Anda yang terbuang. Mencoba bangkit untuk di akui oleh sistem. Menjadi mahluk—tidak, lebih tepatnya mereka ingin keberadaan mereka di akui"

"Lalu ... ?"

"Dunia ini sendiri sangatlah nyata. Apakah Anda merasakan kepedihan karena luka sayatan?"

Walau ragu aku mengangguk pelan.

"Iya? Tidak? ... mungkin saya katakan iya. Maka Anda beruntung karena telah selamat dari serangan mereka. Pasalnya jika Anda mati di sini—di dunia ini, maka tubuh asli Anda akan termakan oleh sistem dan akan terus terkurung ke dalam sistem ini"

"A-apa maksudmu?"

"Jelasnya, Anda tidak akan pernah bisa membuka mata Anda kembali di dunia nyata."

Begitu rendahnya, bahkan suaranya itu seperti mengandung keprihatinan yang mendalam.

"Saya tahu beban Anda sangat berat, tetapi ... jangan menyerah. Suatu saat Anda akan mendapatkan buah yang lebih manis dari pada saya sendiri."

Berpikir dan berpikir. Memahami apa maksud dari perkataannya. Aku terdiam dalam belenggu teka-teki yang sepertinya kuciptakan sendiri.

"Jika Anda tidak mengingatnya, maka akan saya ceritakan sedikit tentang diri Anda saat itu?"

"B-baiklah"

"Kami sebagai unit model menyebut Anda sebagai "mahluk" yang menciptakan kami. Nama lengkap Anda adalah Ardi Chairil Indrawastu, sebagai unit model pertama yaitu A0. Orang-orang di sekitar Anda menyebut diri Anda sebagai "Kotak jenius". Berhasil mendapatkan penghargaan sains pada umur 4 tahun dan berhasil membuat program kuot AI pertama yang menggabungkan basis game dan juga dunia virtual"

"A-aku?!"

"Tentu saja ... siapa lagi? Namun tidak lama setelah penemuan Anda bocor dan tersebar. Banyak sekali para donatur bahkan perusahaan-perusahaan yang menginginkan projek Anda. Bahkan Anda terbilang jenius itulah yang membuat mereka gencar untuk mendapatkan Anda."

Type A1 terus menceritakannya dengan wajah yang sedih.

"Suatu saat orang tua Anda mengirim Anda jauh dan memberikan berbagai dana agar Anda dapat hidup sendiri—"

"T-tunggu sebentar ... sendiri?"

"Ya ... adik yang selama ini Anda jumpai hanyalah proses intelegensi yang di buat menyerupai seperti manusia. Memiliki akal, kecerdasan serta prilaku yang menyerupai manusia. Kedua orang tua Anda memberikan nama Type H0, Type Humanoid Point Zero. Bukan dalam dunia virtual namun dalam dunia nyata yang sekarang Anda tinggali"

"I-itu tidak mungkin, kau pasti berbohong lagi pula Adi tidak mungkin—"

"Itulah mengapa orang tua Anda mati dalam kecelakaan itu. Itu bukanlah kecelakaan melainkan perbuatan seseorang. Mati dalam kebakaran selagi ruangan itu tidak terdapat unsur yang dapat menyulut api tidak mungkin orang tua Anda akan mati!"

"A-apa?!"

"Akan saya perjelas ... orang tua Anda mati karena di bunuh oleh seseorang dan dengan alasan yang tidak jelas mereka menyebut-nyebut bahwa saat itulah utopia mereka akan bangkit!"

Aku hanya terdiam dan terus membayangkan semua itu di dalam kepalaku. Sementara hatiku terus terguncang oleh informasi yang tidak pernah terbayangkan itu.

"B-bagaimana kau mengetahuinya?"

"Itu mudah .. karena saya adalah Anda, terhubung melalui server dan bertindak atas sistem program yang telah Anda rancang sendiri. Kamilah yang kalian sebut sebagai AI, Artificial Inteligence. Mata kami, pendengaran kami bahkan tubuh kami bertindak atas perintah Anda"

"I-itu berarti ... "

"Ya, kami melakukan semua ini karena perintah Anda sendiri. Dimana sistem yang Anda masukan ke dalam kesadaran kami adalah [Mengawasi] secara harfiah melindungi orang tua Anda sendiri. Kami dapat mengetahuinya karena berkat kamera pengawas yang selama ini memonitoring proses kinerja orang tua Anda"

"O-orang tua-ku?!"

"Ya ... tetapi sepertinya waktuku telah pada batasnya. Yang pasti saya akan selalu mendukung Anda, jadi tolong bawalah kenangan saya bersama Anda. Setidaknya saya berharap untuk melihat langit yang asli dengan kedua mata saya lagi."

Setelah itu tali tak terlihat yang mengikatku menghilang secara perlahan. Bahkan Type A1 pun mulai berubah menjadi kepingan kaca merah yang mulai merambat dari kakinya. Terus dan terus menuju tubuhnya.

Hingga pada akhirnya ia membisikan sesuatu ....

"Anda tidak sendiri, saya selalu mengawasi, dan selalu berada di dalam hati Anda selama ini~"

Kemudian ia pun menghilang sambil merangkulkan tangannya ke leherku. Dengan senyumnya yang mengembang, ia terlihat begitu bahagia sekali. Bukan hanya dirinya sendiri, bahkan seluruh tempat ini pun mulai berubah dan menghilang secara perlahan.

Ketika semuanya telah lenyap dan hanya menyisakanku sendiri di dalam sebuah tempat yang putih. Sebuah notifikasi muncul ... dan layar interface menampakan dirinya.

[Aquired Heart of Maiden x1]

Hatiku benar-benar tersayat mengetahui fakta-fakta itu terungkap. Terlebih lagi yang memberitahuku itu semua adalah sistem yang selama ini kubuat. Lalu, tiba-tiba saja tempatku menginjakan kaki kembali berubah.

"SIALLLLLLL!!!!!!!!"

Aku berteriak penuh penyesalan. Mengapa semua itu baru kuketahui ... lalu Adi? Apakah dia benar-benar ....

Tidak untuk saat ini aku harus tetap bertahan hingga semua ini selesai. Jika tidak, aku akan termakan oleh emosiku sendiri. Namun entah mengapa aku masih merasakan rasa sesak ini. Paru-paruku seperti di remas. Bahkan aku tidak tahu apakah pemikiranku masih jernih atau tidak.

Kembali menjadi lorong kecil di mana portal itu pertama kali muncul. Aku pun terjatuh dan punggungku menghantam dinding cukup kuat. Tubuhku kini lemas sekali, aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat ini.

Kini pikiranku hanya di penuhi oleh berbagai pertanyaan dan lagi-lagi aku menangisi sesuatu yang telah menghilang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro