31 - Another One

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Setelah mengetahui Event itu dan mendapatkan petunjuk di mana keberadaan manusia artifak itu. Aku pun segera menuju kedai, mungkin bisa di sebut juga sebagai kafe jika di dunia nyata. Dan pemilik kedai itu adalah salah satu temanku.

Argo. Awalnya aku kira dia seorang NPC, namun begitu kami saling bercerita mengenai hal-hal seputar dunia ini. Akhirnya aku mengetahui dia adalah seoran Player yang sama seperti diriku.

Tujuannya datang ke dalam Event ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena uang. Ia tidak memiliki niat untuk mengambil kekuasaan atau pun hal-hal yang memiliki aroma tidak "sedap" bagi hidungku.

Mungkin dia juga pecinta uang—tetapi aku salah besar. Tujuannya menginginkan uang adalah untuk membuka sebuah kafe kecil di Bandung. Tak kukira ia juga orang Bandung. Aku sempat kaget dan hampir tersedak gara-gara pada saat itu aku sedang meminum segelas air hangat pemberiannya.

"Lihat siapa yang datang ...."

Suaranya benar-benar membuatku merasa memiliki seorang teman. Walaupun pada kenyataannya aku hanyalah seorang penyendiri dan tidak mengenal banyak orang dan tidak berusaha untuk membangun sebuah hubungan dengan mereka.

"Argo ... seperti biasa"

"Baiklah jagoan."

Dengan lihai Argo mengambil beberapa toples berisikan pucuk-pucuk bunga. Mengambil beberapa dari mereka secara teliti. Kemudian menaburkannya di atas sebuah wadah, memasukan air panas ke dalamnya.

Air panas itu pun berubah menjadi kecokelatan dan membiarkan aroma wanginya menyebar ke seluruh ruangan. Seperti biasa ia sudah mengetahui apa yang akan kupesan. Dengan pelan ia pun menuangkannya ke dalam cangkir antik dengan lembut.

Namun sebelum itu, air masuk ke dalam saringan yang telah ia sediakan. Aku pun duduk di kursi depan meja tempatnya bekerja. Melihat bagaimana kelihaiannya dalam menyajikan sebuah teh.

Aku sampai di buat kagum karena ia juga menampilkan sebuah atraksi kecil. Setelah itu aku bertepuk tangan kecil sambil berkata, "Waaahh ... ", ia tersenyum lalu ikut duduk di balik meja depanku.

"Tak seperti biasanya kau seperti ini, sekarang ada apa?"

"Ahh ... ini mengenai Event yang baru, tetapi sebelum itu—"

Kulihat sekitarku, sepi tanpa ada pengunjung. Ruangan cukup gelap, namun berkat cahaya kristal yang menempel pada dinding-dinding. Ruangan itu sudah lebih cukup dari kata nyaman. Setelah itu aku pun melirik pintu dan jendela.

Argo bereaksi dengan gerak-gerik mataku. Ia tersenyum, kemudian ia pun keluar dari balik meja bekerjanya sebagai bartender mungkin juga barister. Pergi menuju pintu kemudian menutupnya, begitu juga jendela-jendela yang lainnya.

"Sepertinya selesai, lalu ..., "ucapnya begitu ia sampai kembali ke dalam meja bekerjanya.

"Ahh ... terima kasih. Bolehkan pertama-tama aku menyesap teh ini?"

"Tentu saja."

Senyum mengembang di wajahnya. Rambut kuning pucatnya yang cukup panjang dan ia ikat ke belakang sedikit bergidik. Hahh ... benar-benar enak dan tentram. Kembali berpikir tentang kejadian di Makam Besar Fartera.

Aku jadi penasaran bagaimana kabar Elen sekarang.

Tetapi mungkin saja ia tengah bersama teman-temannya saat ini. Kuharap ia baik-baik saja setelah aku memukul pingsang dirinya. Berharap saja khayalanku ini benar.

"Kau sudah mendengarnya, 'kan?"

"Ahh ... maksudmu perburuan manusia artifak itu?"

Menatapnya dengan kecurigaan, aku pun menghela napas.

"Sepertinya pemahamanmu lebih sadis dari pada milikku"

"Ada apa? Bukan kah itu benar?"

"Ya, tentu saja itu memang benar. Tetapi setidaknya jangan menggunakan perburuan. Itu berarti kau menganggap manusia artifak yang sedang di incar oleh banyak Player itu sebagai hewan"

"Eh ... bener juga ya. Hahaha ... maaf maaf"

"Hahhh ... lupakan saja yang baru saja kukatakan. Tetapi melihatmu tenang di dalam kedai ini membuatku penasaran. Apakah kau tidak tertarik dengan Event kali ini, Argo?"

Wajahnya menjadi rumit. Seperti sedang berpikir, ia pun melepas ekspresi rumitnya itu dengan senyuman kecil.

"Sebenarnya aku tertarik namun coba pikirkan saja ini. Jika hadiah yang di berikan besar, apakah kau tidak berpikir dengan risiko yang besar juga?"

Argo mengangkat jari telunjuknya.

"Jika satu kemungkinan ini bisa terjadi dan hanya kebetulan belaka. Mungkin saja tantangannya mudah dan si pengamat hanya ingin menonton kita, tetapi jika sebaliknya. Mungkin juga bahwa Event ini mempertaruhkan nyawa kita ke dalamnya ... dengan kata lain "

" ... bunuh diri?"

Aku pun meneguk ludahku sendiri. Ternyata benar apa yang kupikirkan tentang Event ini.

"Atau juga bisa kuatakan sebagai labirin rahasia dengan tingkat kesulitan yang di luar batas. Itu hanya spekulasi tanpa dasar yang sekarang ini dapat kupikirkan. Mungkin kejelasan dari sandi itu hanya kau yang mengetahuinya"

"Aku? Sepertinya kau bercanda"

"Melihat bagaimana kondisi saat ini dan juga pesan seperti itu. Mungkin juga Player lain mendapatkan hal yang sama namun memiliki arti yang berbeda?"

"Hmmm ... mungkin kau ada benarnya. Lalu dengan hal seperti ini ... bisanya apa yang akan terjadi? Terlebih lagi, apakah kau hanya akan berdiam diri saja di sini, Argo?"

Ia pun menggoyang-goyangkan telapak tangannya.

"Tidak tidak, aku sama sekali tidak tertarik dengan hal seperti itu. Selama aku bisa berada di sini dan mengamati bagaimana tingkah Player lain yang masih memiliki harapan, aku tidak keberatan sama sekali ... "

"Hehhh ... jadi seperti itu ya?"

"Kurang lebih ...."

Aku pun kembali menyesap teh. Meresapinya selagi masih bisa lalu menghembuskan napas.

"Ahh ... enaknya jika bisa seperti ini terus."

Tanpa sengaja perkataan itu keluar dari mulutku dan begitu juga Argo yang mendengarnya. Menatapku ramah dan mulai tersenyum tipis.

"Setelah ini apa yang akan kau lakukan, Archie?"

"Aku akan mencari tahu tentang Event ini. Jika memungkinkan, aku ingin tahu siapa sebenarnya Pipo itu?"

"Ahh ... mahluk yang membacakan dongeng itu?"

"Aku sendiri pun tidak tahu, apakah itu benar-benar dongeng atau serangkaian acara yang telah ia rangkai sendiri."

Sambil memiringkan kepalaku sedikit. Aku pun kembali menyesap tehku dalam sekali tegukan. Setelah tehnya habis. Aku pun mulai berpamitan dengan Argo. Keluar dari kedai yang ia kelola dan mulai berjalan keluar kota.

Tetapi belum sempat aku ingin melangkahkan kakiku. Tepat di sudut sana, dekat sebuah batu besar berlumut. Aku melihat seorang gadis kecil yang menggunakan jubah cokelat kumuh berjalan sempoyongan.

Tanpa menggunakan alas kaki, gadis itu tetap berjalan walau aku tahu itu pasti berat. Melihat dari kondisinya yang menyedihkan itu. Aku tak tahu apakah ia masih sanggup untuk berjalan atau tidak, tetapi sebaiknya aku segera menghampirinya.

Begitu aku sampai di dekatnya. Tubuh yang terlihat tak berdaya itu mulai kehilangan keseimbangannya. Terjatuh pelan dan dengan cepat aku pun menangkapnya sebelum tubuhnya menghantam tanah.

Kulihat ia benar-benar penuh dengan luka dan juga kondisi tubuhnya ....

"R-ringan ...."

Aku tak percaya dengan ini. Tubuhnya benar-benar ringan seperti aku tidak mengangkat sesuatu. Tetapi aku pun langsung menghiraukan tentang masalah itu. menggendongnya di punggungku dan segera pergi menuju penginapan terdekat.

◊ ◊ ◊

Setelah aku tiba di penginapan terdekat. Aku pun memesan sebuah ruangan untuk dua hari. Berhubung kondisi gadis ini benar-benar lemah dan waktu Event itu berlangsung selama tiga hari.

Setelah membaringkannya di ranjang, aku pun mengeluarkan HP potion. Jika di kaitkan dengan tubuh seorang Player. HP bisa di artikan sebagai kesadaran dan CP bisa di artikan sebagai stamina.

Maka dengan menggunakan potion ini, setidaknya aku bisa mempercepat kesadarannya untuk kembali pulih. Begitu aku menyuntikkannya. Dapat kudengar bagaimana detak jantungnya semakin cepat dan juga stabil.

Lalu perlahan kedua matanya terbuka ....

"D-d-di mana ... ?"

Suara lirihnya membuatku sedikit sedih. Mengapa gadis kecil seperti dirinya bisa mendapatkan luka yang mendalam seperti itu?

"S-semua ... ke mana semuanya? Aku lelah, lelah ... aku tak kuat lagi!"

Ia pun mulai meronta dan tubuhnya tak bisa diam sehingga aku terpaksa bermain kasar dengannya. Menyentil dahinya yang terbuka lebar, ia pun mulai kembali tenang.

"Jika kau lelah maka istirahatlah, jangan paksakan dirimu sendiri."

Walau dingin aku mengutarakannya dengan nada yang ramah. Melihat bagaimana kondisi saat ini. Aku tak yakin apakah saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya kepadanya atau tidak?

"Type ... 00 ... ?"

Ketika nama itu terdengar olehku. Aku hanya bisa terhenyak, menatap pekat ke arah gadis kecil yang baru saja menyebutkan nama itu.

"D-dari mana kau mengetahuinya—"

"Huaaa!!!!"

Tiba-tiba saja ia menerjangku, memelukku dengan erat sambil berlinangan air mata.

"Akhirnya aku menemukan yang terakhir, aku bersyukur, ini bukan mimpi, 'kan?!"

Aku heran dengan situasi yang bisa berubah menjadi seperti ini. Mungkin kah gadis ini memiliki koneksi dengan Type 00?

Tetapi ... tetapi jika itu benar maka fenomena Black Phenom itu tidak sepenuhnya menghapus semua pribumi dari dunia ini. Jika seperti itu ....

"Katakan ... aku siapa?"

"T-T-T-Type 00 ...."

Mungkin ia gagap karena keterkejutan tetapi aku senang ia berusaha memberitahuku tentang itu.

"Lalu siapa kau?"

"A-aku Elen ... a-apa kau tidak mengenalku?"

Ketika aku menyisihkan poni rambutnya yang panjang dan juga kusam. Sepasang mata biru menatapku dengan berkaca-kaca. Wajahnya putih namun penuh dengan debu-debu cokelat yang menempel di sekitarnya.

Sekali lagi rasanya aku seperti di pukul oleh pemandangan ini. Ia benar-benar mirip sekali dengan Elen. Namun dengan namanya Elen, apakah ia benar-benar Elen yang kukenal selama ini?

"Tetapi tunggu sebentar ... bukan kah Elen setinggi ini, ya?"

Ia mulai memiringkan kepalanya.

"Apa maksudmu? Bukan kah dari dulu aku memang seperti ini?"

"Tunggu sebentar. Dari dulu ... maksudmu—"

Mengangguk pelan, ia pun tersenyum kecil ke arahku.

"Aku selamat dari bencana itu Type 00~"

Dengan riangnya ia berkata demikian. Tetapi masih ada beberapa hal yang tidak aku ketahui. Dan salah satunya adalah mengapa ia bisa berada di sini dengan kondisi dan tubuh seperti ini?

"Lalu Elen yang kukenal?"

"Tidak tidak ... kami sama. Hanya saja ia hidup di sana, sedangkan aku hidup di sini. Kau bisa menyebutnya kami memiliki dua "kepribadian""

"Dua ... "kepribadian" ...?"

Hanya bisa terdiam dengan mulut yang terbuka sedikit. Aku pun kembali berpikir keras. Maksud dari perkataannya itu sebenarnya apa?

Aku sama sekali tidak memahaminya. Tetapi untuk saat ini aku harus terus mencari informasi mengenai hal-hal yang menyangkut tujuanku datang ke sini—ke dalam dunia buatan ini.

"Lalu apa yang sedang kau lakukan di sini?"

"Aku sedang mencari Daun Slyph!"

"Daun Slyph? Lalu mengapa kau mencarinya di kota seperti ini?"

"I-itu karena aku lapar ...."

Kini wajahnya mulai memerah dan tubuhnya seakan mengecil karena rasa malu.

"Baiklah aku mengerti kondisinya, jika kau telah menemukan daun itu. Apa yang ingin kau lakukan selanjutnya?"

"Aku ... aku ingin memulihkan tubuhku!"

"Ehhhh! ... apa kau tidak bercanda?"

"Tidak ... itu benar kok. Daun Slyph memiliki dua fungsi, yang pertama adalah memulihkanmu menjadi semula dan yang kedua adalah memulihkan ingatanmu yang lama"

"Hmmm ... jadi seperti itu keadaannya?"

Elen mulai mengangguk semangat. Tetapi perutnya berbunyi cukup keras hingga membuat sisi mulutku menyungging kaku.

"S-sebaiknya kau makan dulu, baru semangat!"

"Eh-eheheheh ... maaf."

Kembali murung tapi terlihat semangat. Sebenarnya ada apa dengan anak ini? Jangan-jangan ia mencariku untuk membantunya mencari daun itu?

Entah ... tetapi untuk saat ini aku harus bisa mencari sesuatu yang dapat membantuku sampai di tempat itu. Ini baru sore hari, kuharap aku dapat mencarinya selagi aku berada di sini.

Memikirkan berbagai hal dalam satu waktu itu memang membuatku pusing. Tetapi juga membuatku menjadi semangat dan sekaligus membuat hatiku berdebar-debar. Pasalnya ketika aku menemukan suatu kebenaran yang hanya aku saja yang mengetahuinya.

Kira-kira apa yang akan kulakukan selanjutnya?

Contohnya saja anak yang baru aku temui tadi. Ia mengaku sebagai Elen, tetapi di dalam perspektifku ia bukanlah Elen yang kukenal. Melihat bagaimana reaksinya dan juga tingkah lakuknya. Aku yakin dia bukanlah Elen yang itu tetapi Elen yang berada di dalam dunia ini.

Ya ... dia adalah seorang penduduk asli. Lalu bagaimana ia mengetahui aku adalah Type 00. Mungkin kah aku membantunya saat dulu? Atau melakukan sesuatu yang membuatku di kenal bahkan oleh seorang anak kecil.

Lihatlah Eril sebagai contohnya ... apakah aku sebegitu bersahabatnya dengan anak-anak?

Tetapi pada kenyataannya bahkan kenal dengan mereka saja tidak. Aku tidak mengenal mereka dan hanya mengenal mereka ketika suatu kejadian terjadi ... tunggu sebentar?

Eril lalu Lagiaz, Makam Besar Fartera, dan akhirnya mendapatkan beberapa informasi yang sangat berharga. Mungkin Elen pun akan sama seperti kejadian Eril. Jika itu memang benar setelah ini aku akan di bawa ke mana?

Ini benar-benar membuatku tak bisa menahan rasa penasaran yang tinggi ini. Namun aku juga harus melatih kemampuan baruku ini ... ya pekerjaan sampinganku adalah sebagai Alchemist. Mengubah dan menata ulang suatu bentuk komponen mati atau hidup menjadi suatu kesatuan yang baru.

Apakah aku bisa menguasainya? Akan kulihat nanti ... selain membantu Elen aku juga akan berlatih untuk menguasai kemampuan baru ini. Memiliki pengetahuan luas dan teori yang mendalam belum tentu akan menjadi suatu ekspetasi realita yang di harapkan.

Bisa saja aku gagal dalam melakukan hal ini, terutama jika aku terlalu meremehkannya. Mungkin umpan itu akan berbalik ke arahku dan berhasil membuatku kewalahan. Maka dari itu akan kupastikan agar aku dapat menguasainya.

=================================================

Wah wah .. guys, maaf baru update lagi setelah kurang lebih 3 bulan gak aktif. Entah kenapa akhir-akhi ini ke distract ama Game, terus ngampus, tugas juga numpuk satu persatu.

niatnya mau nulis lanjutan tapi nyatanya malah main game ... wwkwkwk.

Sekali lagi maaf ya, slihakan nikmati Chapter ini. Chapter selanjutnya akan menyusul beserta dengan cerita lainnya, Adieu~


Salam Fantasy, ReIN-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro