Page 4 : Pertandingan Sepak Bola

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebentar lagi kuenya matang. Tinggal menyiapkan hiasannya. Kali ini aku membuat kue bolu gandum dan susu. Menurutku inilah kue yang cocok untuk mereka. Tapi apakah Clara membawakan bekal untuk mereka? Ah, paling-paling cuma minuman! David kan sudah pesan kueku.

Oven berbunyi. Kue sudah matang. Aromanya sedap sekali. Setelah diberi hiasan, beres. Sekarang tinggal memasukkannya ke dalam kotak.

Aku merasa ada yang aneh. Sesuatu muncul di belakangku.

"Aaahhhh...... " Aku berteriak kaget. Rupanya adikku mengejutkanku.

"Kayaknya enak nih. Aku minta satu ya, Kak."

"Tidak boleh. Ini pesanan orang tau! Nanti kakak dimarahin, dong."

"Selalu begitu. Kakak pasti bohong. Sebenarnya kakak mau nonton pertandingan sepak bola kan. Biar bisa menghabiskan semua kuenya. Terus aku tidak diberi. Kak Reni pelit, pelit, pelit... "

Adikku kok tahu? Aku kok jadi pusing.

"Hei, kamu berangkat sekolah saja sana."

"Hahahahaha..... Kakak ini ling-lung. Ini kan sudah sore. Ada pertandingan sepak bola di kampung. Kakak kira pertandingan sepak bola antar SMP, itu sih besok."

Apa? Ini sore? Aku kira sudah pagi. Ternyata tadi aku tertidur. Aku tidak sempat melihat jam, malah asyik bikin kue. Pantas saja adik menertawakan aku.

"Makanya jadi orang jangan ling-lung, Kak. Tidur aja. Dadaa..... Weee.... " Dia pergi sambil menjulurkan lidahnya.

Uh, menyebalkan! Dia itu suka mengejek. Mungkin dia benar. Aku ini ling-lung. Ya, beginilah jadinya. Tetapi bagaimana dengan kuenya, kalau besok basi? Tentu saja tidak. Makanan manis itu kan awet, tahan lama. Kalau dingin lebih enak. Supaya tidak tertukar dengan pesanan orang lain dan agar tidak diambil adikku,aku menyimpannya di lemari kue. Ku tulis: "Untuk Tim Kesebelasan Sepakbola. Jangan diambil!" Tak sabar menantikan esok hari.

Hari ini aku bangun agak terlambat. Karena tadi malam aku tidur nyenyak sekali. Oh, David! Aku selalu membayangkan wajahnya. Eh, ini kan babak semi final. Tim sepakbola sekolahku memang hebat. Apalagi kalau lihat tendangan David. Huuu..... Gayanya keren! Membuat hati para wanita terpikat. Kalau seandainya nanti mereka menang, bisa masuk babak final. Dengan memakan kue buatanku ini mereka pasti jadi lebih semangat.

Aduh, kenapa aku berpikiran begitu? Aku kan harus siap-siap. Nanti pergi ke stadion untuk mengantar kue ini. Tapi...

"Dik, cepetan dong mandinya! "

"Sebentar, Kak. Sebentar lagi juga selesai."

Si Redo itu mandi lama sekali. Seperti anak perempuan saja. Pasti main air melulu. Tak lama kemudian, Redo keluar terus lari ke kamarnya. Akupun masuk, lalu dandan, terus sarapan. Sekarang aku berangkat. Ups! Ada yang tertinggal. Kue bolu pesanan David. Untung aku ingat. Kalau tidak bisa gawat.

Saat akan mengambil kue, aku melihat sebuah cermin pelangi. Sekalian kutaruh saja di kotak kuenya. Perjalanan menuju ke stadion cukup jauh. Makanya aku pakai sepeda. Kemudian aku berpamitan dan segera berangkat.

Sampai di jalan, terdengar bunyi macam petasan. Rupa-rupanya ban sepedaku bocor. Untung saja dekat sekolahan. Jadi aku bisa menitipkannya kepada Paman Suryo. Para rombongan sudah berangkat belum ya? Kalau belum kan aku bisa ikut.

"Selamat pagi, Paman! Para rombongan sudah berangkat belum? Sebab ban sepedaku bocor."

"Kamu terlambat. Mereka sudah berangkat awal pagi tadi. Sekarang jam 10.00."

"Apa?"

Pertandingan dimulai sekarang. Bagaimana ini? Kalau aku tidak ke sana aku tidak bisa membawa kue ini. Apalagi tempatnya jauh. Aku tidak punya uang untuk naik bus. David, maafkan aku! Aku tidak bisa datang. Yang kulakukan hanya duduk saja. Tetapi apakah Paman bisa membantu? Beliau hanya penjaga sekolah. Apa yang bisa dilakukan untukku?

"Reni kok sedih? Ingin ke tempat pertandingan? Ya sudah. Paman beri uang untuk pergi dan pulang. Ini cukup. Nanti sepedanya Paman yang urus."

"Terima kasih banyak,Paman."

Aku silap. Ternyata Paman bisa membantuku. Beliau memberikan beberapa uang. Kini aku bisa berangkat.

Walaupun terlambat, setidaknya aku bisa menyaksikan pertandingan babak kedua. Setelah sampai aku mencari mereka. Ternyata sedang beristirahat. Babak kedua akan dimulai 10 menit lagi. Mereka ketinggalan satu poin. Mungkin mereka akan senang melihatku datang. Huh, terjadi lagi! Aku selalu merasa gugup seperti ini. Tiba-tiba David memanggilku.

"Hei, Reni! Akhirnya kamu datang juga. Cepat bawa kuenya ke sini"

"Oh, jadi sejak tadi kau menunggu anak itu! Biar kuambilkan saja." Luah Clara.

Clara menghampiriku dan langsung merebut kuenya. Clara masih bersikap seperti itu kepadaku. Namun aku senang masih dipedulikan David. Dia dengan lahap menyantap kuenya. Mereka juga. Aku doakan semoga kalian berhasil.

Pertandingan semakin menegangkan. Kini perolehan menjadi 1-1. David tadinya jarang mendapatkan bola. Tapi sekarang dia berusaha menguasai bolanya. Mereka sedang berusaha sekuat tenaga.

Ternyata benar. Kue itu membuat mereka lebih semangat. Itu karena enak dan bergizi. Jadi, siapakah yang akan menjadi pemenangnya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro