Page 3 : Cerita Paman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hampir setiap hari aku bertemu Paman Suryo. Beliau memang orang yang baik. Aku suka berteman dengannya. Tapi kasihan juga kalau dilihat. Rumah kecil itu bersebelahan dengan gudang sekolah. Jadi di gudang itu ada peralatan kebersihan, dan barang bekas lainnya.

Sekarang hari Minggu. Aku membantu ibu berjualan kue. Setelah selesai melakukan tugasku, aku boleh melakukan apa saja. Namun aku bingung. Mau nonton TV, bosen. Pasti berebut dengan adik yang tak mau mengalah. Mau main, nanti dibilang anak kecil. Lebih baik aku ke rumah Paman saja. Aku membawa beberapa kue kacang, serta buku bacaan untuk mengisi waktu luang. Semua dimasukkan ke dalam tas. Setelah dandan rapi, aku berangkat pakai sepeda.

Paman rupanya sedang membersihkan toilet. Dia terlihat sibuk sekali. Rumahnya masih berantakan. Sebaiknya aku membantunya. Akupun menaruh kue kacang ke dalam toples. Membuat dua cangkir teh untukku dan untuknya. Teh memang kesukaannya. Dia tidak suka kopi. Sambil menunggu,aku membaca buku.

"Paman jarang lihat Reni datang ke sini hari Minggu, datang kok tidak bilang sih."

"Maaf,Paman. Aku kurang sopan. Oh, iya! Aku bawa kue kacang dan ini teh untukmu. Pasti Paman sangat lelah. "

"Ya, begitulah aku. " Katanya, tersenyum.

Kita pesta minum teh. Cocok sekali. Kuenya gurih, tehnya manis. Wah, enaknya kalau bisa begini setiap hari! Paman Suryo memang seorang yang giat bekerja.

Tiba-tiba seseorang datang.

"Permisi, Paman!"

Itu adalah David. Katanya ada sesuatu yang tertinggal.

"Tadi tasku ketinggalan di sini."

"Sedang latihan sepak bola ya? Clara kan manajernya. Apa tidak dibawakan dia?"

"Iya, Paman. Dia tidak mau. Katanya terlalu berat."

"Memang isinya apa? Gajah?"

"Ah, Paman nih sukanya bercanda! Rahasia, dong!"

Saat akan meniggalkan kami, dia teringat sesuatu. Tatapan matanya jatuh kepada kue kacang. Aku lihat dia tersenyum padaku dan mulai membuka toples itu.

"Hmm.... Kue kacang. Dari Reni kan. Aku minta sedikit untuk bekal, ya."

Dengan perasaan gugup, aku mengangguk. Nampaknya dia suka sekali dengan kueku. Kemarin makannya juga lahap sekali. Sampai memintaku membuatkan kue untuk pertandingan sepak bola nanti. Apa dia itu rakus? Atau dia suka padaku? Ah, kenapa aku berpikiran seperti itu? Tentu tidak. Dia cuma cari perhatian dengan teman-temannya. Dia memang baik. Mungkin dia menyukai Clara yang cantik dan pintar. Bukan seperti aku. Aku hanyalah anak bodoh yang membuat malu diri sendiri.

Aku mulai bosan lagi. Paman hanya tiduran saja. Aku lebih suka beliau bercerita untukku.

"Paman kok tiduran? Bagaimana kalau cerita saja?"

"Cerita tentang apa?"

"Emm... Cerita tentang keluarga Paman saja."

"Boleh."

Beliau mulai bercerita.

"Dulu aku punya seorang istri dan seorang anak perempuan. Anakku hampir mirip denganmu. Sepertinya aku masih ingat cerita kesukaannya."

Beliau mencari-cari buku di lemari. Masih terlihat bagus dan berdebu.

"Pangeran Bill? Ini juga kesukaanku. Tapi punyaku sudah hilang. Aku belum tahu cerita akhirnya. Ayo, teruskan, Paman!"

"Iya. Tiba-tiba saja mereka meninggal. Aku tidak tahu sebabnya. Jadi,aku memilih tinggal di rumah kecil ini,bekerja sebagai penjaga sekolah. Namun, aku tidak selalu bersedih. Sejak kau sekolah di sini,kau sering menemaniku. Aku jadi tidak kesepian lagi. Kadang-kadang ada keponakanku datang ke sini."

"Keponakan Paman ada berapa?"

"Banyak juga. Salah satunya bersekolah di sini. Dia jago main basket dan sepakbola. Dia juga pandai bersyair."

"Siapa keponakan Paman itu?"

"Tidak, ah! Aku tidak mau memberi tahumu sekarang. Nanti pasti kamu tahu sendiri."

Sebenarnya apa maksud Paman bilang begitu? Bikin penasaran aja.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Aduh! Aku harus pulang membantu ibu memasak makan siang hari ini. Apalagi aku juga harus buat kue untuk pertandingan besok. Aku segera berpamitan dengan Paman. Beliau memberikan buku cerita itu untukku. Asyik!

Di jalan, tidak sengaja aku menabrak David.

"Oh, David! Maafkan aku. Kamu tidak apa-apa kan. Apa ada yang luka? Apakah sakit atau cedera?"

"Tidak apa-apa. Kamu jangan khawatir. Oh, iya! Aku hampir lupa uang buat kuenya."

Dia mulai merogoh kantong tasnya.

"Ini cukup kan?"

"Terlalu lebih."

"Ya sudah. Kembaliannya untukmu saja. Jangan lupa besok! Sampai jumpa."

Dia melambaikan tangan. Oh, senangnya! Senyumnya itu membuat hatiku gembira. Besok buat kue apa ya? Yang bisa menyehatkan badan. Bagaimana kalau kue gandum dan susu? Pasti lezat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro