Bab 5 ( Hari yang Melelahkan )

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Uhuk... Uhuk ...." gadis itu terbatuk batuk. Aliran sungai telah membawanya kesuatu tempat yang tak ia ketahui. Deburan air terjun disampingnya seketika membuatnya tersadar. Ternyata gadis itu berada di tepi hutan di dekat sebuah air terjun. Di sekelilingnya hanya terdapat air. Namun setelah ia perhatikan lebih dalam. Terdapat seorang yang terbaring lemas di tepian. Gadis itu segera mendekati si nenek. Diraihnya lengan nenek itu. Hanya hawa dingin yang ia rasakan. Gadis itu berpikir mungkin nenek itu telah mati kedinginan. Namun ternyata detak jantungnya masih terdengar sangat pelan, menandakan si nenek belum meninggal.

Dengan penuh perjuangan, gadis itu berusaha membuat api dengan batu yang ada di tepi sungai. Hasilnya sia-sia saja. Setiap timbul percikan api, angin seketika memadamkannya. Gadis itu tak berhasil membuat api. Perjuangannya untuk menyelamatkan sebuah nyawa mungkin sia-sia. Namun ia tak ingin berakhir di situ. Ia tetap berusaha walaupun hasilnya tetap tak sebanding dengan perjuangannya.

Dari kejauhan sesosok bayangan yang sedari tadi mengintip gadis itu merasa iba. Melihat betapa besarnya perjuangan gadis itu untuk menyelamatkan sebuah nyawa. Meskipun gadis itu tak tau siapa namanya ia tetap ingin menolong si nenek. Melihatnya sosok itu mencoba memberanikan diri mendekati gadis itu.

Sreeekkkk... Sreeekk ... Sreeekk...

Semak di dekat gadis itu bergoyang, seekor kucing berbulu hitam keluar dari sana. Kucing itu membawa sebongkah bara api yang cukup besar. Diberikannya bongkahan itu kepada gadis itu. Gadis itu sempat terkejut dengan kemunculan kucing yang tiba-tiba. Namun, ia tetap menerima bongkahan bara itu yang ternyata tidak panas ketika dipegangnya. Belum selesai rasa kagumnya, kucing didepannya itu tiba-tiba berbicara dengan bahasa yang sangat fasih dan jelas.

"Tiuplah bara itu, maka akan muncul api. Simpanlah bara itu untuk berjaga-jaga. Bara itu tidak akan pernah padam, bara itu juga tidak akan panas ditanganmu. Selama ini aku telah mengikutimu. Kau gadis yang baik dan penuh rasa perhatian. Bantulah orang selagi kau bisa. Namun, tetap berhati-hatilah. Terkadang seseorang berpura-pura terluka, padahal sebenarnya ia sama sekali tidak terluka. Ia melakukan itu untuk mencelakakanmu atau mengambil sesuatu darimu. Aku akan tetap mengawasimu dari kejauhan. Jagalah berlian yang telah kau ambil dari Blackhuge. Karena orang jahat akan datang silih berganti untuk merebut berlian itu dari tanganmu. Ingatlah pesanku ini," pesan kucing itu. Kucing itu pun segera menghilang dari pandangan mata.

Walaupun masih diliputi dengan rasa bingung. Gadis itu mencoba melupakannya sebentar. Pikirannya teralihkan dengan keadaan nenek tua yang sedari tadi berbaring dengan lemah.

Di ambilnya bara api yang ia terima dari kucing misterius. Bara itu ia dekatkan pada si nenek. Ditiupnya bara itu hingga menghasilkan percikan api. Suasana di sekitarnya pun perlahan mulai menghangat.

Gadis itu kembali meraih lengan sosok di depannya itu. Suhu tubuh nenek itu sudah mulai membaik. Tidak terlalu dingin seperti sebelumnya. Perlahan sosok di depannya itu mulai membuka matanya. Seuntas kata mengalir dari bibir pucatnya.

"Tinggalkan saja aku sendiri. Aku sudah terlalu lemah. Dinginnya air telah mengeruk semua tenagaku. Mungkin sebentar lagi ajal akan menjemputku. Pergilah! Tinggalkan aku sendiri!"

Antara bingung dan ragu gadis itu mencoba menyadarkan pada sosok tua di depannya itu bahwa tempat ini bukanlah tempat yang aman untuk mereka.

"Tapi nek, disini sepertinya tidak aman," kata si gadis mencoba menyakinkan.

"Memang tidak," nenek tua itu bangkit dan kembali berkata, "Ayo pergi."

Disepanjang perjalanan gadis itu lebih banyak diam. Ia masih memikirkan perkataan nenek tadi 'Memang tidak' kata itulah yang masih terpikirkan di kepalanya. Seuntas pertanyaan, tiba-tiba terlintas di benaknya. Ingin sekali rasanya ia menanyakan hal itu. Namun, niat untuk bertanya selalu ia urungkan, dan hal itu benar benar menyiksa batinnya. Gadis itu tiba-tiba terdiam.

"Tunggu, aku bahkan tidak kenal dengan nenek ini. Bagaimana mungkin aku menyakan sesuatu pada seseorang yang belum aku kenal seperti nenek itu," pikirnya dalam diam.

Sabar dan perlahan melupakan, mungkin itu jalan terbaik untuk menyingkirkan sebuah pertanyaan yang menganggu batinnya. Tapi, hal itu sama sekali tak membantunya menyelesaikan masalah yang sedang di alaminya.  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro