Bab 2: Rencana Pedekate

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketemu lagi sama aku, guys. Ada yang nungguin Visual Cast gak nih? Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian, biar banyak yang baca tentang kebobrokan Milan dkk.
.
.
.

"Mendapatkan hatimu, adalah salah satu tujuan hidupku."
~Ayra Milantika~


"Ya, pedekate," jawabnya pasti

“Hahaha, lo lucu banget sih Ris.” Milan tertawa keras seraya menjawil pipi sang sahabat. Perutnya sangat sakit mendengar ucapan konyol itu. Seisi kelas sontak memandang ke arah keduanya. Mereka heran kenapa Milan yang menjuluki dirinya sebagai intrepid girls itu tertawa terbahak-bahak.

“Lha, lo kok ketawa sih. Emang ada yang lucu dari kata-kata gue tadi?” Bukannya malu, Risa malah balik bertanya dengan wajah sok serius.

“Nih ya, Ris dengerin gue. Niat gue tu Cuma ngejadiin Galang sebagai visual wattpad, bukan jadi gebetan atau pacar dia.” Tawa Milan mereda saat menjelaskan pada Risa tentang tujuannya menjadikan Galang sebagai visual castnya.

“Fiks, lo emang goblok tingkat dewa, Mil.” Risa ini sekalinya serius emang nyelekit banget omongannya. Kalau bukan teman udah dari dulu Milan ingin menghajar cewek itu. Kalau orang bilang, inilah definisi kawan no have akhlak yang sesungguhnya.

"Nih, ya lo dengerin gue baik-baik. Misalnya, lo kan suka banget tu sama Vano, dan karena lo suka banget sama dia, pasti hal yang pertama lo lakuin adalah dapatin hatinya. Dan itu juga berlaku buat Galang. Gimana lo mau dapat izin, kalau hatinya aja belum dapat," terang Risa bak guru yang sedang menjelaskan pada muridnya.

"Ih, apaan sih kok bawa-bawa Vano." Milan mencebik kesal. Dia membuang muka karena sang sahabat membawa-bawa Vano dalam obrolan ini.

"Itu kan cuma perumpaan, zeyeng."

"Terus rencananya gimana?" tanya Milan sedikit antusias walaupum jauh di lubuk hati terdalam dirinya enggan melakukan ide konyol Risa.

"Udah lo tenang aja. Nanti lo bakal tahu sendiri ide brilian gue." Binar di mata Risa memancar terang. Sudut bibir gadis itu terangkat dan menampilkan senyum penuh makna serta membuat siapa pun yang melihat pasti akan bergidik ngeri.

*****

Di rumah minimalis milik Vera, kedua gadis konyol itu akhirnya bertamu kembali ke sini. Sudah lama mereka tidak berkunjung. Biasanya ketiga cewek itu akan berkumpul dan menghambiskan malam minggunya di mall atau pun kafe tanpa ada makhluk yang di sebut pacar. Tante Mieke yang memgetahui kedatangan keponakan dan teman anaknya merasa sangat senang. Dia bahkan menyambut kedatangan tamu jauh itu dengan penuh suka cita.

"Jadi, apa yang membuat kalian datang ke rumah gue sore-sore begini?" Vera sang tuan rumah mulai membuka obrolan. Wajah lelah gadis itu terlihat jelas saat menyapa Milan dan Risa di teras tadi.

"Gue mau ngajak lo berdiskusi tentang hal itu, Ver," ucap Risa to the point. Wajahnya itu tidak sabaran menunggu detik-detik seperti ini terjadi.

"Diskusi apaan?" Vera menyilangkan tangannya sembari menatap satu demi satu sang sahabat. Tumben sekali dua anak ini mengajaknya berdiskusi. Hmm, ada yang tidak beres! Jangan bilang kalau ini mengenai rencana pedekate itu.

"Diskusi mengenai rencana pedekate sih Milan sama Galang." Seusai mengatakannya, satu geplakan dari Milan melayang di kepala Risa. Gadis berkulit putih itu mengadu kesakitan akibat toyoran Milan.

"Hahaha, lo berdua mau cari visual wattpad atau mau cari gebetan." Tawa Vera berderai di seluruh penjuru. Perutnya serasa sakit mendengar ide konyol dari Risa. Apa tingkah ke-absurd-tan kedua sahabatnya itu semakin menjadi-jadi sekarang? Aneh. Ya, begitulah lingkar pertemanan mereka. Unik dan sungguh di luar nalar.

"Tau nih si Risa. Gue mau cari visual wattpad bukan cari gebetan!" Kali ini Milan yang protes. Entah kenapa ide konyol itu tercetus dari mulut seorang Risa Adriani--cewek ter-interpid setelah Milan.

Risa menghembuskan napas kasar. Lelah rasanya menjelaskan tapi tidak pernah temannya mengerti, sama seperti kepergok selingkuh padahal cuma teman. "Kan udah gue jelasin tadi. Sebelum kita minta izin dan persetujuannya, kita ambil dulu hatinya."

"Tapi, kan gue mau minta izin pake fotonya doang, Ris. Masa harus pedekate dulu sih." Gadis dengan surai panjang sepunggung itu berdecak kesal. Malas harus melakukan ide konyol nan nyeleneh dari Risa.

"Biar sekalian aja gitu, minta izin ngambil fotonya plus dapat bonus hatinya. Biar dijadiin pacar, huwaahaha ...." Kali ini tawa Risa yang pecah. Humor recehnya muncul lagi. Apa bahagia di atas penderitaan teman sebegitu menyenangkannya?

Dihadiahi geplakkan dari Milan barulah cewek itu berhenti tertawa. Dia mengadu kesakitan untuk yang kedua kalinya. Apa berteman dengan Milan rasanya seperti di kdrt oleh suami? Tapi, Risa cukup sadar diri. Dia juga sering berlaku hal yang sama.

"Aww, sakit tau. Kasar amat lo mainnya, Mil."

"Suka-suka gue. Siapa suruh ngeledek."

"Udah-udah, Back to topic. Terus rencana apa aja yang udah lo pikirin Ris?" Selalu begini. Jika kedua temannya saling bertengkar karena hal konyol maka Vera lah yang menjadi penegah. Tidak lain, tidak bukan, setengah dari ucapan gadis itu memang selalu didengarkan di geng interpid girls.

Risa mengambil napas panjang. Dengan bertopang dagu, dia mengeluarkan secarik kertas dan sebuah bolpoint dari tas kecilnya "Ini rencana gue, Ver. Coba lo baca dulu, siapa tau sreg. Kalau sreg angkut aja ntar cod atau transfer urusan gampang," sahut Risa sembari menyerahkan kertas yang dua menit lalu asyik dia coret-coret. Candaan receh itu tak bisa dia lepas untuk tidak keluar. Dasarnya Risa bobrok ya tetap bobrok!

"Online shop kali, ah gue." Vera mengambil kertas itu dari tangan Risa. Teliti, dia pun membaca kalimat demi kalimat yang tertulis di sana.

"Kurang. Gak pas di hati gue," lanjut Vera memberi saran. Menurutnya hal itu tidak cukup jika ingin menakhlukan seorang Galang yang tidak suka akan hal-hal unfaedah berbau receh. Vera lantas mencoret sebagian point dari daftar rencana pedekate lalu menuliskan point-point baru. Risa dan Milan serempak melihat rencana pedekate versi terbaru.

Rencana Pedekate

1. Menarik simpati Galang diawal pertemuan

2. Menjalin komunikasi dengan Galang secukupnya

3. Wajib bertemu dengan Galang satu kali dalam seminggu.

4. Berkunjung ke sekolah jika ada pertandingan antar sekolah.

5. Bersikap baik dengan Galang

6. Cukup tau kesukaan Galang tanpa stalker medsos

7. Ikut ekskul yang sama dengan Galang (Kalau bisa). Gak perlu dipaksain:V

"Wow, hebat lo, Ver. Gak nyesel gue ngajak lo diskusi juga." Risa terdengar antusias mengatakannya. Sedangkan Milan cuma geleng-geleng kepala sesekali memutar bola mata jengah.

Fiks, tingkat kewarasan teman-temannya sudah dalam keadaan darurat. Walaupun begitu, Milan tak menampik bahwa sepupunya ini memang sangat pintar. Pantas saja Risa mengajaknya ke sini. Ternyata eh ternyata, otak encer Veralah yang membuat mereka terdampar di rumah sang tante.

"Perlu ya gue ngelakuin semua itu. Bukannya gak mau, tapi rasanya kayak berlebihan aja." Gadis berwajah tirus itu tampak tak yakin bisa melakukannya. Dia berulang kali menggaruk puncak hidung yang tak gatal.

"Perlu! Perlu banget malah! Emang lo mau harga diri lo diinjek-injek tu sama cewek gilak, hah?" Pertanyaan bernada provokatif tersebut membuat Milan seolah berpikir ulang. Hmm, yang Risa bilang benar sih, tapi gue harus gimana?

"Kalau gue mah, terserah lo aja, Mil. Mana baiknya. Kalau lo memang mau jadiin Galang sebagai visual Cast ada baiknya minta izin dulu. Kalau gak, lo tahu sendiri apa akibat dari ngambil foto orang sembarangan." Vera yang kerap netral membuat gadis berkemeja biru itu merasa cocok saat berbicara dengannya.

Saran dan masukkan yang tepat selalu datang dari orang yang tepat pula, begitu kata-kata Vera yang sering Milan kutip. Mungkin, kali ini dia harus mendengarkan saran Vera dan keinginan Risa untuk tidak lari sebelum berperang.

Milan mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan telunjuk, kembali berpikir ulang apa melanjutkan rencana pedekate atau malah mundur. "Mundur, gak, mundur, gak, mundur, gak." Dia berhenti bepikir saat kata 'Gak' yang keluar setelah empat belas kali mengulangnya.

"Oke Fine. Gue memutuskan buat ngelanjutin rencana pedekate itu." Tembak Milan mengatakan keputusan terakhirnya. Kedua atensi temanya teralihkan kemudian Risa dengan hebohnya bertepuk tangan.

"Bagus, bagus, ini baru sahabat gue." Rangkul Risa mengalungkan lenganya ke bahu Milan.

"Berarti, mulai besok rencana ini harus terealisasi!"

Bersambung....

Rintik Hujan, 10 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro