PROLOG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Surga terakhir, dipenuhi oleh bunga berbagai macam warna.

Saat siang hari, tempat ini disinari oleh sinar mentari musim semi dan aroma dedaunan musim panas, sementara saat malam, angin musim gugur berhembus perlahan dengan bintang-bintang musim dingin menghiasi langitnya.

Bunga dan serangga di tanah, air dan tumbuhan-tumbuhan hijau dihutan, dan para peri yang bersembunyi didalam air namun terkadang keluar dan bermain. Sebuah dunia kecil, yang juga diketahui sebagai daratan mitos dengan musim semi yang tidak berujung atau daratan apel. Sebuah dunia khayal dari para makhluk buas dengan pengetahuan.

Itulah Avalon. Nama lain untuk jiwa dari planet bumi itu sendiri, lautan bagian dalam bintang-bintang. Tempat yang amat jauh dari hal yang disebut dengan keramaian, bahaya, bahkan kehidupan dan kematian. Tempat indah yang tidak pernah satupun manusia menginjakkan kakinya disini.

Seperti salah satu julukannya, waktu ditempat ini seakan telah terhenti dimusim semi. Karena faktanya, sampai kapanpun aku tinggal disini, tak akan ada satupun bunga yang gugur, hewan yang mati, dedaunan hijau yang berubah kecoklatan, ataupun air yang berhenti mengalir dari dalam hutan.

Dengan kata lain, tempat ini merupakan wujud lain dari hal yang sering orang-orang sebut dengan keabadian-sebuah tempat dimana semua hal tidak akan berakhir. Tak heran mengapa orang-orang diluar sana berlomba-lomba untuk menggapai pulau ini dengan satu tujuan yang sama, meskipun mereka tahu usaha itu akan berakhir sia-sia.

Karena tanpa mereka sadari, keinginan mereka sendiri itulah yang membuat mereka tak akan pernah menemukan apalagi sampai ditempat ini. Keabadian-satu-satunya alasan yang jelas bahkan amat jelas mengapa mereka menginginkan tempat ini.

Dengan begitu keinginan mereka ataupun Avalon tak akan mendekati mereka sedikitpun.

[ Biarkan hanya orang-orang tanpa dosa yang dapat masuk ]

Meskipun hanya satu, orang-orang diluar sana tak mampu memenuhi syarat yang telah dituliskan sejak planet bumi ini tercipta-karena faktanya, mengejar sebuah hal yang besar demi keinginan sendiri pun adalah salah satu bentuk dari dosa ketamakan.

Terlepas dari keindahannya, tempat ini masihlah tempat yang jauh dari dunia luar. Karena itulah, jika aku merasa bosan, aku akan menutup kedua mataku sembari duduk dibawah pohon, memutar kembali memori-memori tentang 'masa lalu' yang ada didalam kepalaku sama seperti biasanya.

Meski samar, aku masih dapat mengingatnya.

Meski berapa kalipun, aku tak pernah bosan ataupun lelah mengingatnya.

Meski menyakitkan, aku masih tetap merindukannya.

Merindukan hari-hari indah maupun menyakitkan dimana memori-memori itu tercipta, lalu tersimpan rapi didalam ingatanku.

Terkadang, aku berharap begitu aku membuka mataku, hal pertama yang kulihat bukanlah pemandangan taman bunga yang terbentang sejauh mata memandang namun tempat yang kini sudah terlupakan namanya olehku. Namun, sepertinya aku harus merelakan harapan itu terkubur dibagian paling dalam dikepalaku.

Taman bunga yang sepi tetaplah taman bunga yang sepi, setidaknya itulah yang selalu kupikirkan.

Hingga suara deburan ombak dan sebuah benda yang tertahan bebatuan diluar sana tertangkap oleh kedua indra pendengaranku. Tanpa sadar mataku membulat sempurna. Tanpa sadar kakiku bergerak dengan sendirinya dan mulai menambah kecepatannya menuju keasal suara-tempat dimana tepian Avalon berada.

Dengan mataku yang masih membulat sempurna, aku melihatnya. Sebuah perahu ada disana. Aku berjalan mendekati benda itu, lalu melihat kedalamnya. Seorang pria yang sangat tidak asing bagiku tengah menutup kedua matanya dengan tenang, ada disana.

Kurasakan kedua bola mataku menghangat, kedua bibirku yang setengah gemetar terangkat perlahan membentuk sebuah senyuman, ku ulurkan tangan hendak menyentuh salah satu pipi-nya. Perasaan yang kurasakan saat ini adalah tak salah lagi merupakan kebahagiaan.

"Selamat datang..."

Sekarang, biarkan aku menceritakan sebuah kisah pada kalian.

Kisah dua orang yang tak akan kalian temukan di lembar kertas mana pun, yang tak akan pernah digores oleh tinta semahal apapun, dan yang tak akan pernah dibicarakan oleh siapapun lagi―

―sebuah dongeng yang akan kuceritakan dari tempat terujung di bumi ini.

Maaf kalo Prolognya gaje--pake banget malah, typo yang mungkin berserakan dan penggunaan bahasa Indonesia yang kurang baik dan benar...

Vote dan Comment yang ditinggalkan akan sangat saia hargai 🙏

Sampe ketemu di chap depan '-')/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro