第六集 Episode 6 [Supposed]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now playing: Ke Xi Bu Shi Ni by Fish Leong

Wang Yi percaya, di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Termasuk kecelakaannya tadi siang di depan Li Cheng, Wang Yi yakin bahwa ada sutradara di balik semua itu. Ia curiga Xiong Yi sudah merencanakan sesuatu sejak awal. Tetapi ... soal Li Cheng membuka pintu bersamaan ketika ia hendak mendorongnya, apakah itu juga termasuk perencanaan?

Malam itu, Wang Yi duduk di kamar apartemennya, menghadapi laptop sambil menerjemahkan tulisan Prancis. Namun, pikirannya masih tidak fokus.

Oh, ayolah! Jiwaku yang manis dan baik, jangan terusik karena sepenggal kejadian singkat itu. Wang Yi memberi peringatan untuk dirinya sendiri.

Wanita itu mengikat rambut membentuk ekor kuda tinggi, lalu menggulung ujungnya dan diikat menggunakan scrunchie. Ia bersiap menjalani waktu produktif malam untuk mengerjakan freelance job.

Wang Yi turun dari kasur dan berjalan menuju dapur. Ia mengambil satu sachet the Oolong, lalu menyeduhnya untuk menemani malamnya yang akan super produktif. Selesai menyeduh teh, Wang Yi berjalan melewati ruang tamu. Ketika hendak masuk ke kamar, ujung mata Wang Yi menangkap foto ayahnya yang ia tata bersama serangkaian pedupaan di salah satu meja konter.

Wang Yi meletakkan cangkir teh di salah satu meja di tengah ruangan, lalu beralih mendekati foto ayahnya. Di samping rangkaian pedupaan tersebut, ada botol kaca bekas arak yang dijadikan Wang Yi sebagai tempat menyimpan surat-surat pendeknya. Surat-surat itu tentu saja ditujukan kepada ayahnya. Wang Yi menulisnya sebagai bentuk healing ketika ia sedang dilema, ingin menyerah, ataupun kehilangan pegangan.

Wang Yi mengambil bolpoin lalu menuliskan sesuatu di secarik kertas kecil.

Papa, aku kembali bertemu dengan Li Cheng. Pria itu cukup mengusik ketenanganku akhir-akhir ini. Yeah ... meskipun aku yang pertama kali berinisiatif mendekatinya. Kurasa, ia mulai mengisi sebagian otakku dengan kehadirannya yang menyebalkan. Menurut Papa bagaimana?

Wang Yi menyunggingkan senyum tipis, lalu menggulung kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam botol kaca. Hatinya selalu menjadi lebih tenang setelah melakukan hal itu. Setelah selesai, Wang Yi mengambil cangkir teh di meja, lalu berjalan masuk ke kamar.

Wang Yi meletakkan cangkir tehnya di meja lampu, bersamaan ketika ia melihat handphonenya bergetar, menandakan ada panggilan masuk dari WeChat. Dari nomor tak dikenal? Wang Yi pun mengusap layar untuk menerima panggilan, lalu mendekatkan handphone ke telinganya.

"Wèi, saya Wang Yi. Dengan siapa?"

[Wèi, Wang Yi. Ini Chen Xin,] jawab suara di seberang telepon.

"Oh ... Sekretaris Chen. Ada yang bisa kubantu?" Wang Yi menjepit handphone di antara telinga dan bahunya, lalu naik ke spring bed dan memangku laptop.

[Tentu. Besok Bos Li mempunyai jadwal rapat dengan perusahaan Anna Sui lagi. Aku ingin kau meluangkan waktu dan menghadiri rapatnya pukul 02.00 siang. Selain itu, Bos Li ingin kau menyelesaikan terjemahan proposal lengkap Anna Sui secepatnya. Usahakan kirim sebelum pukul 09.00 malam ini, karena Bos Li ingin membacanya sebelum rapat. Alamat Sina e-mail-nya akan kukirim dalam bentuk pesan WeChat, OK,] tutur Chen Xin.

Wang Yi memandang laptopnya yang menyala, melihat daftar file lain yang harus diterjemahkannya malam ini. Ia mempunyai tanggungan 8000 kata di jurnal ilmiah Prancis dari seseorang yang memakai jasa translating freelancenya. Wang Yi memutar bola mata sebal. Li Cheng benar-benar tidak membatalkan perkataannya pada hari kedua Wang Yi di BeLook mengenai pemotongan gaji. Bahkan setelah semua dokumen tertulis diserahkan padanya, pria itu masih tidak mengembalikan gajinya seperti semula. Dan sekarang, Li Cheng ingin ia menerjemahkan proposal lengkap Anna Sui yang sepanjang 3000 kata pukul 09.00 malam, sementara sekarang sudah pukul 07.30 malam. Mungkin pria itu sudah kehilangan simpati.

"Benar-benar harus pukul 09.00 malam? Masuk kantor masih pukul 08.00 pagi. Aku bisa mengirim terjemahannya pukul 05.00 pagi. Apakah tidak bisa begitu saja?" tawar Wang Yi.

Di seberang telepon, Chen Xin menghela napas lalu menggembungkan pipinya. [Sebentar. Akan kutanyakan pada Bos Li.]

Jeda sejenak. Wang Yi menggunakan kesempatan beberapa detik itu untuk menerjemahkan beberapa kalimat. Sesaat kemudian, suara Chen Xin kembali.

[Wang Yi, aku benar-benar minta maaf. Bos Li tidak ingin menerima file pukul 05.00 pagi. Katanya, ia tidak pernah bangun sepagi itu, jadi percuma saja jika kau mengirimkan file pukul itu. Maaf, Wang Yi.]

Nada penyesalan Chen Xin terdengar oleh Wang Yi. Wang Yi cepat-cepat menjawab untuk menetralkan suasana. "Baiklah. Tidak perlu sungkan. Kalau begitu, aku akan mengirimkan filenya pukul 09.00 p.m. Tolong kirimkan alamat Sina e-mail-nya, ya. Terima kasih, Sekretaris Chen."

Wang Yi pun keluar dari laman panggilan dan menyimpan kontak Chen Xin. Sedetik kemudian, ada pesan dari Chen Xin yang berisi Sina e-mail Li Cheng. Rasanya, Wang Yi ingin memblokir akun Sina itu saja. Namun, tentu saja ia tidak melakukannya. Beban moral yang ingin diselesaikannya lebih kuat daripada ego.

Malam itu, Wang Yi mengirimkan file proposal Anna Sui beberapa menit sebelum deadline, dengan keterangan:

Maaf. Aku tidak sempat membuat keterangan basa-basi.

Setelah itu, Wang Yi melanjutkan pekerjaan freelancenya hingga tengah malam.

🍃🍃🍃

Pekerjaan Wang Yi siang itu sudah tidak terlalu banyak karena ia sudah bekerja lembur semalam. Hanya ada beberapa laporan Bahasa Prancis yang tidak harus diserahkan hari ini.

Wang Yi meletakkan kepalanya di atas tangan yang disilangkan di meja. Ia berniat memejamkan mata sebentar, mengistirahatkan mata. Lagipula, kepalanya sedikit pening dan ia sangat mengantuk karena tidur larut malam. Andaikan Wang Yi tidak memiliki beban moral ini, Wang Yi tidak akan mau bekerja terikat dengan sebuah perusahaan. Pressernya sangat kuat, dan terkadang tidak masuk akal.

Wang Yi terdiam dalam posisi itu selama beberapa saat. Tidak ada gangguan eksternal sama sekali. Wang Yi juga tidak memiliki inisiatif untuk melakukan hal lain. Lantas, ia pun tertidur. Entah untuk berapa jam.

***

Pukul 01.00 siang, Li Cheng meminta Chen Xin menyiapkan ruang rapat. Setelah memastikan Chen Xin bersiap, Li Cheng berjalan menuju ruangan Wang Yi yang setingkat dengan ruang rapat, di lantai 6. Ia berniat menyuruh Wang Yi bersiap juga.

Sesampainya di depan pintu, Li Cheng berkata, "Permisi."

Tidak ada jawaban.

Li Cheng pun membuka pintu dan memasuki ruangan. Pandangannya langsung terarah ke meja kerja Wang Yi. Ia sedikit terkejut melihat Wang Yi meletakkan kepalanya di atas meja. Sebagian wajah Wang Yi tertutup rambut sebahunya yang terurai.

"Wang Yi, jangan bilang kau ketiduran," bisik Li Cheng waspada.

Tetap tidak ada jawaban.

Li Cheng berjalan perlahan-lahan mendekati meja Wang Yi, lalu memperhatikan wanita itu. Pria itu menundukkan kepala, mendekatkan wajahnya ke wajah Wang Yi. Ketika tidur, ternyata mulut Wang Yi terbuka sedikit. Li Cheng menyingkirkan sebagian rambut yang menutupi wajah Wang Yi. Tanpa sengaja, seulas senyum kecil terukir di wajah Li Cheng.

Andai kata kau tidak pernah mengkhianati kepercayaanku, mungkin aku sudah jatuh cinta padamu, Wang Yi.

🍃🍃🍃

Footnote:

Teh oolong= teh khas Tionghoa yang berwarna hijau kehitaman. Teh oolong yang diseduh dengan baik berasa pahit, tetapi meninggalkan sedikit rasa manis setelah diminum.

WeChat= aplikasi messaging multi-fungsi untuk China yang dikembangkan oleh Tencent.

Wèi 喂= [Bahasa Mandarin] artinya 'Halo', dalam konteks percakapan telepon

Sina e-mail= layanan surel untuk China milik SINA Corporation

***

Halo, semuanya. Akhirnya aku bisa update, wkwkwk. Setelah diserang writer's block akut minggu ini. Doain semoga minggu depan bisa lancar nulis, ya.

Oh, iya! Aku punya bonus buat kalian.

Hehe, imut kan?

Terima kasih sudah mampir ke cerita Li Cheng dan Wang Yi. Jangan lupa berikan vote untuk mendukung cerita ini. Kalau ada kekurangan, jangan sungkan kasih krisar juga. Happy reading!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro