17. Kecemasan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Oleh Schyler_, b4p3rgirl, redlotus11

Semburat kemerahan kini mewarnai langit yang tak terlalu ditutupi oleh awan. Puluhan burung di atas sana seolah berlomba untuk mencapai sang surya yang semakin menyembunyikan diri ke dalam cakrawala. Tak ada yang dapat mendustakan keindahan Tuhan melalui pemandangan tersebut. Hal itu tentunya juga dirasakan oleh gadis cantik yang sedang menyandarkan tubuh di balkon rumah.

Meskipun terlihat sangat menikmati pemandangan di depan mata, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Rasa cemas semakin menyeruak ke dalam relung hatinya karena sang pujaan hati tak kunjung menghubungi. Jangankan menelepon, sekadar memberi kabar melalui pesan singkat atau media sosial pun tak dilakukan oleh lelaki itu.

Dikarenakan enggan untuk menunggu lebih lama lagi, Azkiya memutuskan untuk menghubungi sang kekasih terlebih dahulu. Jemarinya yang lentik mulai mengetikkan sesuatu kemudian menekan tanda kirim setelah memasukkan nomor tujuan. Ia sangat berharap pesan itu akan dibalas oleh si penerima.

Azki
Naren, kamu di mana?

Setelah pesan itu terkirim, nyaris setiap detik ia mengecek layar ponsel. Lima menit yang berlalu terasa sangat lama karena ia hanya menunggu balasan dari Narendra. Namun, lelaki itu tak kunjung memberi tanggapan atas pertanyaan singkatnya.

Azkiya mendesah perlahan sebelum berniat masuk ke dalam kamar jika dentingan ponsel tak menghentikan langkahnya. Tanpa berpikir lebih lanjut, gadis itu segera membuka pemberitahuan yang masuk sembari menyetak sebuah senyuman di bibirnya.

Naren
Sayang, maaf banget, ya. Aku nggak kasih kamu kabar seharian. Dari tadi aku di rumah aja

Di rumah, tapi tidak memberi kabar? Itulah yang ditanyakan oleh Azkiya sebagai balasan. Ia penasaran dengan apa yang lelaki itu lakukan hingga tidak mengiriminya pesan. Apa mungkin Narendra tidak serius padanya? Seperti kata-kata—maksa—bijak di sosial media, jika pasangan serius, maka mereka akan memberi kabar meskipun sedang sibuk.

Naren
Kahiyang main ke rumah dan aku harus jagain dia

Matanya mendelik tajam ke arah layar ponsel setelah membaca pesan tersebut. Kurang ajar! Bagaimana bisa Narendra bersama gadis lain ketika ia mencemaskan lelaki itu. Bahkan ibu sang kekasih pun sedang berada di rumahnya untuk membicarakan tentang perjodohan. Apa benar pujaan hatinya itu tidak serius? Lagi pula, siapa itu Kahiyang?

Naren
Dia sepupu aku, Sayang. Tahu kok kalau kamu mikir dia itu selingkuhan aku

Azki
Lupain aja, anggap aku nggak pernah tanya itu. Oh, iya. Kamu tahu kalau kita dijodohin? Tadi Mamah kamu bilang ke aku

Naren
Iya, aku tahu. Malah sebelum aku jadi Brokoli Shin-Chan, si cowok puitis

Azkiya melebarkan mata karena tidak percaya dengan pengakuan tersebut. Jika seperti itu, artinya Narendra juga pasti tahu kakeknya berkemungkinan tidak setuju dengan perjodohan mereka. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat ketika menanyakan hal tersebut.

Kejutan kedua yang membuat jantung Azkiya semakin berdetak kencang akhirnya tiba. Narendra juga mengetahui hal itu, tapi ia diminta untuk tenang dan meyakini bahwa sang kakek akan merestui hubungan mereka. Ia memiliki hati yang tulus. Itulah yang menjadi alasan atas kepercayaan diri sang kekasih.

Azki
Aku masih takut, Naren. Gimana kalau Kakek beneran nggak bisa terima apa pun alasan kita buat bareng?

Azkiya merasa sedikit kecewa dengan hal rumit yang menghampiri. Bagaimana dengan nasib percintaannya? Ia sempat berharap Narendra merupakan yang pertama serta terakhir karena terlalu malas menerima lelaki lain. Bisa saja tidak waras seperti Trio Senglek saat itu, ‘kan? Gadis itu bahkan lupa siapa nama mereka.

“Gini banget nasib aku, padahal kata ramalan zodiak percintaan aku baik-baik aja. Sialan, siapa yang ngetik itu, sih?”

Erangan tertahan keluar dari mulutnya sebelum berdecak ketika sebuah dentingan menginterupsi hal tersebut. Azkiya menyipitkan mata untuk membaca balasan dari Narendra kemidian mendesah panjang. Sempat-sempatnya lelaki itu bergurau.

Naren
Kamu mikir apa, Sayang? Nggak usah pikirin yang berat, kamu nggak akan kuat. Biar aku saja yang mikir gimana kita bisa halal #NAzMenujuHalal

Entah karena kegabutan yang hqq atau apa, sang kekasih berhasil membuatnya kesal. Narendra sama sekali tidak takut ya jika bukan dirinya yang menjadi pasangan? Atau memang tidak peduli? Azkiya tidak mengerti dan bingung harus bersikap seperti apa jika pilihan kedualah yang ternyata benar.

Oleh karena kekesalan yang datang mendadak, Azkiya akhirnya menanyakan keseriusan lelaki itu. Jika Narendra hanya ingin mempermainkannya, ia akan mundur dan mengikhlaskan. Namun, tak disangka hal tersebut membuat kekasihnya menelepon.

“Kamu jangan bilang gitu, Az. Aku itu serius sama kamu. Kalau nggak, aku nggak mungkin mau kenalin kamu ke Kakek sama Nenek. Aku tahu kita bisa lewatin ini,” ucap Narendra secara cepat setelah panggilan dijawab olehnya.

“Abis kamu gitu, sih. Aku lagi ketar-ketir, kamu malah ngelawak sok jadi Dilan. Jangan-jangan ….” Azkiya sengaja menghentikan kalimatnya untuk membuat sang kekasih penasaran, tapi sebenarnya lebih karena bingung harus mengucapkan apa.

“Jangan-jangan apa, Az? Kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh. Aku selalu ada di samping kamu, loh.”

Gadis itu mendecih pelan. Selalu di samping apanya? Buktinya saja sekarang mereka sedang berjauhan dan hanya berkomunikasi melalui telepon. Dasar lelaki.

“Eh, tapi … emang kamu tahu aku mau ngomong apa? Jangan sok tahu makanya, negatif banget pikirannya. Aku ‘kan cuma pengen bilang jangan-jangan kamu kebanyakan baca Aw.Retceh, makanya kamu jadi senang gombal alan Dilan gitu. Dasar alay kamu.”

Edan! Punya pacar kok nggak waras gini, ya? Orang lagi serius malah dibuat guyon.” Narendra berucap dengan nada sebal hingga ia tak mampu menahan tawa.

Azkiya meminta maaf sebelum mengiyakan ketika Narendra memintanya untuk tidak mengulangi hal tersebut. Ia kemudian bertanya apa yang harus dilakukan untuk calon kakek dan neneknya besok.

Nothing, My Girl. Kakek sama Nenek suka yang apa adanya, bukan ada apanya.”

“Oke, kalau gitu aku tinggal dulu, ya. Mau makan malam sama calon mertua terus istirahat. Kamu juga jangan lupa istirahat sama makan malam ya, Sayang.”

“Siap. I love you.”

Azkiya membalas pernyataan tersebut sebelum berlari ke bawah untuk membantu ibunya menyiapkan makan malam. Setelah perutnya terasa penuh akibat porsi makanan yang banyak, ia kembali ke kamar kemudian tidur. Semoga saja wajahnya tidak membengkak besok pagi.

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro