08. Ciuman Pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

We Got Married © HeraUzuchii

Naruto © Masashi Kishimoto

A NaruSasu Fanfiction

Marriedlife, Romance, Humor, sedikit bumbu Hurt

YAOI, OOC, TYPO(S), AU

PERHATIAN!

Untuk yang tidak menyukai ke-OOC-an, harap menghindar dari FANFIC ini.

Happy Reading

.

.

.

Sasuke tahu, intensitas pertemuannya dengan Naruto akan sering terjadi, tapi ia tidak mengira jika akan bertemu setiap hari. Selama seminggu ini tidak ada hari tanpa melihat wajah menjengkelkan Naruto. Alasannya selalu sama, untuk mengakrabkan diri.

Namun, hari ini sedikit berbeda, mereka tidak hanya berdua, tidak juga bertiga dengan kekasih Naruto, tapi berempat; Ibu Sasuke dan Sepupu Naruto --Karin-- akan ikut bersama mereka. Kali ini dalam rangka memilih wedding dress.

Sasuke berangkat bersama ibunya ke butik kenalan Mikoto --Ibu Sasuke. Sesampainya di sana mereka di sambut oleh salah satu pekerja dan diantarkan ke tempat di mana sang pemilik berada. Dan ternyata sudah ada Karin yang tampak mengobrol dengan seorang gadis yang Sasuke ingat bernama Sakura, anak tunggal keluarga Haruno.

"Selamat datang, Bibi dan .... Sasuke," sapa gadis bernama Sakura tersebut sembari membungkuk hormat. Diikuti oleh Karin.

"Di mana Ibumu, Sakura?" tanya Mikoto tidak melihat keberadaan temannya itu.

"Kaachan sedang berkunjung ke rumah saudara. Jadi, aku yang menggantikannya," jawab Sakura. Mikoto hanya mengangguk.

Sasuke tidak begitu peduli pada obrolan ibunya dan gadis berambut permen karet tersebut. Sasuke melihat sekitar, bukan takjub melihat bangunan yang berisi berbagai macam pakaian, tetapi mencari keberadaan seseorang.

Karin menyadari itu dan tersenyum geli. Ia menepuk bahu Sasuke untuk menarik perhatian.

Sasuke menoleh dan memasang wajah bertanya juga bingung. Pasalnya Karin seperti menahan tawa. Apa ada yang aneh di wajahnya.

Karin memperbaiki kacamatanya yang agak menurun akibat ia menunduk menyembunyikan tawa kecilnya tadi, sebelum ia berkata pada Sasuke, "Naruto masih di kantor, ia akan menyusul nanti."

"Aku tidak peduli," balas Sasuke datar.
"Sungguh? Ku kira kau mencarinya, dari tadi kau sibuk melihat sekeliling--"

"Maaf semuanya, aku terlambat."

Sebuah suara memutus kalimat Karin.
Semua menoleh pada asal suara tersebut. Di mana seorang Naruto tengah berdiri dengan senyum yang mengembang.

Karin dan Sasuke mendengus sebal. Karin yang sebal karena harus pergi sendiri padahal Naruto yang butuh, juga ia dibuat menunggu. Dan Sasuke yang memang dasarnya selalu sebal setiap melihat wajah Naruto.

"Karena sudah datang semua, bagaimana jika kita mulai saja. Aku sudah menyiapkan beberapa pilihan yang menurutku akan cocok untuk mereka berdua. Silakan ikut aku."

Semua mengikuti Sakura.

Sasuke mulai lelah terus-terusan disuruh mencoba tuxedo. Sasuke heran, mengapa tiga wanita di sana terlalu repot dengan apa yang akan ia gunakan, yang menikah Sasuke tapi yang sibuk Ibunya, Karin dan Sakura.

Entah sekarang baju keberapa yang Sasuke coba, setelah yang lainnya selalu mendapatkan gelengan dan berbagai komentar yang intinya tidak cocok digunakan Sasuke, katanya tidak mengeluarkan aura Sasuke. Padahal, menurut Sasuke semua yang ia coba hampir serupa. Entahlah, Sasuke tidak begitu tahu fashion.

Dan yang paling menyebalkan adalah Naruto hanya mencoba sekali dan mereka langsung mengangguk dan memuji Naruto seperti, Naruto memang selalu cocok menggunakan apapun.

Sasuke tidak mengerti, padahal jika dilihat, Sasuke lebih tampan dibanding Naruto. Ini pendapat Sasuke pribadi.

Sasuke menghela napas lega ketika Karin dan Sakura mengacungkan jempol dan memujinya. Sasuke tidak bisa menyembunyikan senyumannya ketika melihat wajah ibunya yang tampak terharu.

"Lumayan," celetuk Naruto. "Masih jauh lebih tampan diriku," narsisnya.

Karin dan Sasuke tertawa, begitupun Mikoto ketika melihat wajah Sasuke berubah masam, menatap Naruto nyalang.

"Jangan terlalu percaya diri, Tuan," ucap Sasuke sinis.

Sakura, Karin dan Ibu Sasuke diam-diam meninggalkan calon pengantin itu. Sekaligus mereka juga ingin mencari gaun untuk mereka nanti.

"Aku berbicara fakta, sih," balas Naruto.

"Terserah." Sasuke malas meladeni Naruto. Ia memilih pergi mencari keberadaan Ibunya dan mengajaknya segera pulang.

Naruto menarik lengan Sasuke dan membawanya ke hadapan cermin besar yang memantulkan bayangan keduanya secara utuh. Naruto melingkarkan lengannya pada bahu Sasuke, membawa pemuda raven tersebut semakin mendekat padanya.

Sasuke menatap Naruto tajam yang hanya dibalas senyuman oleh Naruto.

"Coba lihat ke cermin," perintah Naruto seraya menunjuk cermin di depan mereka.

Sasuke hanya diam mengikuti dengan tanda tanya di kepalanya. Ia tidak mengerti dengan kelakuan Naruto yang seenak jidat menariknya.

Ketika Sasuke telah melihat ke cermin, Naruto melanjutkan, "bukankah kita terlihat serasi?" tanya Naruto. Tidak lupa senyumannya.

Sasuke tertegun mendengarnya. Memperhatikan pantulan diri mereka di cermin. Naruto masih merangkulnya dan tersenyum. Naruto dengan jas hitam dan dirinya putih.

Serasi?

Terlihat serasi?

Apa Naruto sungguh-sungguh mengatakannya?

Bagaimana dengan Kaouro?

"Ehem!"

Dehaman tersebut membuat Naruto dan Sasuke saling menjauhkan diri dan bergerak salah tingkah.

"Karin! Kau mengagetkanku saja," kata Naruto kesal.

Karin hanya mengedikkan bahu tidak peduli. "Bukan maksud mengganggu kemesraan kalian, tapi aku ingin memfoto kalian. Boleh, ya?" mohon Karin.

"Kau bisa mengambil gambar kami saat pernikahan nanti," tolak Naruto dan pergi dari sana.

Karin berdecak sebal. Padahalkan ia ingin memasukkan ke snapgram-nya.

Sasuke menunduk sekilas padanya lalu pergi. Menambah kekesalan Karin.

***

Bosan.

Satu kata yang terus berulang di kepala Sasuke.

Sasuke bosan. Hanya duduk memperhatikan Ibunya dan Karin sibuk mendiskusikan perihal pernikahan, mulai dari tempat acara hingga tema pernikahannya. Sedangkan Naruto, sibuk dengan ponselnya yang Sasuke yakin sedang bertukar pesan dengan Kaouro.

Sasuke melihat sekeliling pada Kafe tempatnya berada kini untuk sekadar menghilangkan rasa bosan. Tiba-tiba Sasuke merasakan getaran ponsel di saku celananya. Dengan segera ia meraihnya dan membuka lockscreen, mendapati satu pesan dari Naruto.

Sasuke menoleh pada Naruto yang duduk di samping kirinya, tapi Naruto tetap sibuk pada ponselnya. Sasuke memutuskan untuk membalas pesan tersebut.

From: Dobe
13.45
Bosan?

To: Dobe
13.46
Y

Naruto tersedak minumannya membaca balasan teramat singkat Sasuke.

From: Sasuke Kaachan <3
13.46
Y

To: Sasuke Kaachan <3
13.47
Apa huruf di ponselmu terbatas?

From: Sasuke Kaachan <3
13.47
Kita bersebelahan, Bodoh. Kenapa harus repot-repot bertukar pesan?

To: Sasuke Kaachan <3
13.48
Kalau repot kenapa kau membalasnya?

Naruto berusaha menahan tawanya ketika Sasuke menatapnya kesal, ekspresi yang selalu Sasuke berikan padanya itu terlihat cukup menggemaskan.

Sasuke menaruh kembali ponsel pintarnya dalam saku. Tidak berniat lagi membalas pesan Naruto. Tapi, belum semenit berada di kantung, benda itu kembali bergetar. Sasuke berdecak tidak suka, namun tetap mengambilnya bahkan membuka pesan yang pengirimnya adalah orang di sampingnya.

From: Dobe
13.50
Aku juga bosan. Ayo pergi dari sini

Sasuke menoleh pada Naruto yang juga berbalik padanya. Naruto mengangkat sebelah alisnya, menanyakan persetujuan Sasuke untuk pergi dari tempat membosankan tersebut.

Sasuke menimang ajakan Naruto. Sesungguhnya Sasuke sangat ingin keluar dari sana, hanya saja keluar dengan Naruto? Sepertinya bukan pilihan yang baik.

Sasuke menggeleng. Naruto tidak acuh, ia berdiri dan menarik tangan Sasuke agar berdiri.

"Bibi, Karin, aku dan Sasuke pamit untuk berkencan."

Lalu ia menarik Sasuke keluar menuju Mandona berada, membukakan pintu untuk Sasuke dan mendorongnya agar segera masuk.

Sasuke menolak. Hanya berdiri di depan pintu menghadap pada Sasuke dengan tangan terlipat di depan dada.

"Jika kau mengajakku .... Emm .... Kencan, sebaiknya naik bus atau taksi saja," ujar Sasuke tanpa melihat wajah Naruto. Kata 'kencan' cukup membuat Sasuke merasa malu diucapkan secara langsung di depan Naruto.

Dahi Naruto mengkerut, heran. "Kenapa? Lebih baik naik Madona saja," tolak Naruto. "Cepat masuk." Naruto mendorong Sasuke lagi.

Sasuke tetap pada pendiriannya. "Aku tidak mau jika berakhir diturunkan di jalan."

Naruto paham sekarang. "Aku hanya sekali menurunkanmu. Setelahnya kau sendiri yang minta diturunkan."

"Karena aku tidak mau diturunkan, itu membuat--"

Ucapan Sasuke terhenti karena mulutnya dibekap oleh Naruto dan dipaksa masuk ke dalam Madona --mobil Naruto--

"Hei!"

Blamm

Makian Sasuke terhenti karena pintu mobil tertutup.

Naruto tersenyum senang berhasil membungkam Sasuke.

Sepanjang perjalanan hanya suara radio yang terdengar. Dua manusianya lebih memilih diam. Sasuke masih sebal pada Naruto, dan Naruto tidak fokus menyetir, ia juga tidak ada niatan untuk mengganggu Sasuke.

"Mall?" Akhirnya Sasuke mengeluarkan suaranya setelah memasuki area parkir.

"Aku ingin menonton dan bermain," jawab Naruto.

.

.

"Film romance, action atau horor?" tanya Naruto pada Sasuke.

"Terserah," balas Sasuke singkat.

Naruto berusaha sabar dengan jawaban tidak berarti Sasuke. Ia tidak ingin memperpanjang masalah, lebih memilih membeli tiket.

Pada akhirnya mereka menonton film komedi. Sasuke sempat menolak dan memilih pulang, karena Sasuke bukanlah pecinta film komedi, ia bahkan tidak pernah menontonnya. Tertawa di antara banyak orang itu sangat memalukan baginya.

Tapi, bukan Naruto jika tidak memaksa. Atas usaha kerasnya, Sasuke pun berakhir duduk di sampingnya.

"Menonton film komedi bisa menurunkan stress. Aku tahu kau cukup stress karena perjodohan ini. Jadi, cobalah menikmati," ucap Naruto

Sasuke hanya mendengus mendengar ucaan Naruto.

Film telah berlangsung sekitar satu jam. Selama itu pula Naruto tidak berhenti tertawa, melupakan image bijaksananya yang biasa ia gunakan di kantor.

Tanpa sadar Sasuke juga ikut tertawa. Benar apa yang dikatakan Naruto, tertawa dapat melupakan sejenak beban dalam dirinya. Ia bahkan lupa jika ia berada di antara banyak orang, Sasuke juga lupa jika Naruto ada di sampingnya. Sasuke tidak pernah tertawa lepas di depan orang, kecuali Sai.

Fokus Naruto bukan lagi pada layar besar di depan, ada yang lebih menarik dibandingkan film tersebut. Sasuke. Fokus Naruto telah teralih pada Sasuke yang sedang tertawa lepas.

Ada perasaan asing masuk ke dalam dadanya hingga membuatnya berdebar dua kali lebih cepat hanya dengan melihat tawa Sasuke. Rasa yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Rasa yang pertama kali ia rasakan ketika ....

.... Jatuh cinta.

Tawa Sasuke mereda ketika ia merasakan seseorang terus menatapnya. Ia menoleh pada Naruto yang masih memandangnya dalam diam.

"Naruto?" lirih Sasuke.

Ruangan masih gelap, hanya cahaya dari layar, tetapi bagi Naruto itu sudah cukup untuk melihat wajah putih Sasuke yang nampak lebih indah hari ini.

Mengikuti kata hati, Naruto mengikis jarak di antara keduanya. Semakin mendekatkan wajahnya pada Sasuke yang nampak kebingungan.

"Naruto." Sasuke menahan dada Naruto. Memundurkan kepalanya menjauhi Naruto.

Lampu ruangan menyala, Naruto tersadar. Ia memundurkan tubuhnya canggung. Sedangkan Sasuke menghela napas lega, tapi tidak dapat dipungkiri jika ia juga merasa canggung.

***

Setelah apa yang terjadi di bioskop, keduanya masih saja bersikap canggung. Naruto berjalan lebih dulu, Sasuke mengikuti di belakang. Rencana Naruto untuk singgah bermain batal, ia memutuskan untuk langsung pulang. Lebih lama bersama Sasuke rasanya ia mati gaya setelah kejadian-nyaris-mencium Sasuke tadi.

Namun, ada yang mengganjal di hati Naruto. Sebuah rasa penasaran.

Tiba-tiba Naruto menghentikan langkahnya dan berbalik pada Sasuke.

Sasuke ikut berhenti tepat di hadapan Naruto dan memandang tidak mengerti pada Naruto yang berdiri gugup di depannya. Tidak seperti Naruto yang biasa Sasuke lihat.

"Kau baik-baik sa--"

Sasuke belum menyelesaikan kalimatnya, terpotong oleh sesuatu di bibirnya.

Terasa kenyal, lembut dan basah.




Bibir Naruto.


Mungkin memang benar, pergi bersama Naruto bukanlah ide baik.



TBC

FINALLY!!!!! AYEM BEKKKK!!!!!

Mungkin chap ini anehh ya wkwk
Gue ngerasa kehilangan kosa kata, gue agak hilang feel ke ff ini, gue ngerasa bersalah deh.

Maaf kalo jadi aneh gini.
Pokoknya gue gak bakal abaikan Papi sama Mami lagi, ini yang terakhir. Semoga bisa sering2 update NS.

Arigatou buat yang udah setia nunggu ff dan udah ngasih semangat waktu itu. Karena kalian gue jadi lebih percaya diri!!!!

DAN MAKASIH BUAT YANG NGASIH INFO TADI. GAK JADI SAKIT HATI

280318

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro