09. Jatuh Cinta (?)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

We Got Married © HeraUzuchii

Naruto © Masashi Kishimoto

A NaruSasu Fanfiction

Marriedlife, Romance, Humor, sedikit bumbu Hurt

YAOI, OOC, TYPO(S), AU

PERHATIAN!

Untuk yang tidak menyukai ke-OOC-an, harap menghindar dari FANFIC ini.

Happy Reading

.

.

.

Mata Sasuke membulat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh permukaan bibirnya. Hanya sebuah sentuhan singkat berselang beberapa detik, namun mampu mengejutkannya, membuat jantungnya berdetak dengan tidak karuan.

Sasuke masih terpaku di tempatnya, bahkan ketika Naruto sudah mundur beberapa langkah darinya. Tangan kanannya yang bergetar terangkat untuk menyentuh bibirnya yang terbuka sedikit. Matanya menatap Naruto tidak percaya.

First Kiss.

Hanya sebuah sentuhan tanpa lumatan, tapi terasa manis, hangat, memabukkan dan ....

.... Rasa ingin lagi.

Sasuke menundukkan kepalanya, menggeleng samar berusaha mengenyahkan pemikiran untuk berlari ke arah Naruto dan mempertemukan kembali bibir mereka. Tangannya masih berada di sana, pada bibirnya yang tersisa rasa sentuhan Naruto.

Di lain sisi, Naruto menggaruk ceruk lehernya yang tidak gatal, salah tingkah. Melihat ke arah Sasuke dengan perasaan malu.

Malu?

Naruto sendiri tidak mengerti mengapa ia merasa malu. Tapi, lebih tidak mengerti lagi, mengapa ia mencium Sasuke.

"Sasuke, aku--"

"Ayo pulang," ucap Sasuke memotong Naruto. Berjalan melewati pemuda pirang tersebut, masuk ke dalam mobil di sisi penumpang.

Sasuke menatap lurus ke depan, masih memikirkan hal yang baru saja terjadi. Kembali ia menyentuh bibirnya.

Memang hanya sebuah sentuhan singkat. Tapi, itu berefek besar hingga beberapa hari ke depan. Bagaimana pun itu adalah ciuman bibir pertama Sasuke bersama orang lain, kecuali Ayah, Ibu dan Aniki-nya.

Pintu mobil terbuka dan disusul bunyi debaman kecil ketika Naruto menutupnya. Ia menoleh pada Sasuke yang tampak melamun sambil memegang bibirnya.

Naruto membuka bibirnya yang hanya berakhir terkatup kembali. Ia ingin, namun urung. Dengan begitu, ia memilih segera mengantar Sasuke pulang dalam kesunyian. Sejujurnya, suasana sepi itu hanya semakin membuatnya canggung setelah apa yang ia lakukan, tapi ia juga tidak menemukan topik untuk dibahas.

Atau justru juga terlalu canggung untuk mengeluarkan suara.

***

"Bagaimana kencan kemarin?"

Naruto menatap datar pada gadis berambut senada milik Ibunya yang kini tengah berdiri di depan Madonna dengan senyuman jahil.

Naruto tidak ada niatan sedikitpun untuk menjawab pertanyaan gadis itu, bahkan untuk sekadar memberi salam pagi atau membalas senyumnya. Sudah terlanjur malas melihat senyum jahil terpatri di bibir berpoles lipstik itu.

Mengabaikan, menganggap sepupunya itu benda mati, Naruto melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam mobilnya. Daripada mengurusi Karin, lebih baik segera berangkat bekerja pikirnya.

Decakan tidak suka dari Karin. Gadis berkacamata itu ikut masuk --tanpa izin-- mengabaikan tatapan tidak terima yang dilayangkan Naruto.

"Aku ikut. Terlalu bosan hanya berdiam di rumah."

"Terserah."

***

Karin bisa merasakan pipinya sedikit sakit terus-terusan tersenyum sepanjang perjalanan menuju ruangan Naruto. Karin tidak ingin dicap gadis sombong dengan mengabaikan sapaan para pegawai. Mungkin saja, ada seseorang yang terpincut padanya karena senyumannya. Lumayan, saat pernikahan Naruto setidaknya ia punya gandengan.

Di ruangan Naruto, mereka disambut seseorang bertubuh lumayan kecil jika dibandingkan Naruto, dengan surai cokelat berponi hampir menutupi alisnya, juga senyum ramah terpoles di bibir tipisnya.

"Ohayou gozaimasu, Naruto dan emmm ... "

Ia semakin melebarkan senyuman ketika menatap Naruto, dan memberikan pandangan bertanya melihat sosok asing bersama Naruto.

"Karin," ucap Karin yang mengerti. Tidak lupa ia memberikan senyumannya.

"Ah. Karin-san." Kaouro, pemuda itu membungkuk sopan pada Karin.

"Kau sekertaris Naruto?" tanya Karin.

"Ya. Kaouro desu," Kaouro memperkenalkan diri. Sekali lagi ia membungkuk.

Karin mengangguk. Kemudian tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari Kaouro, menatapnya dari bawah ke atas untuk memastikan sesuatu.

Karin merasa tidak asing dengan pemuda berjabatan sekertaris Naruto itu, ia berpikir pernah melihat wajah itu, namun lupa di mana.

"Maaf, Karin-san, apa ada sesuatu di wajahku?"

Kaouro sedikit kikuk di pandang terus oleh Karin.

"Hei, Karin, jangan melihatnya seperti itu. Kau membuatnya takut."

Naruto menyenggol bahu Karin untuk menarik perhatiannya. Sukses mendapatkan delikan tidak suka oleh Karin.

"Aku akan mulai bekerja, jika kau hanya ingin mengganggu sebaiknya pergi saja," ucap Naruto pada Karin seraya berjalan ke mejanya.

"Kau mengusirku?"

"Baguslah jika kau mengerti."

"Tidak sopan."

Meski dengan terang-terangan Naruto mengusirnya, Karin tidak juga pergi. Ia malah mengambil posisi duduk pada sofa yang ada di sana. Mengeluatkan ponselnya untuk meluangkan waktu, karena ia tidak ingin mengganggu Naruto bekerja.

Keheningan pun tercipta.

Kaouro telah keluar tadi. Naruto fokus pada pekerjaan, begitu pun Karin pada ponselnya.

Setelah beberapa menit dalam keheningan, Karin mulai bosan hanya bermain dengan ponselnya. Ia pun berusaha membunuh kebosanan dengan melihat-lihat isi ruangan Naruto.

Karin tetap merasa bosan. Tidak ada yang menarik.

Ia mendudukkan diri di kursi depan meja Naruto. Mengamati satu-persatu benda yang ada di meja hingga fokusnya berakhir pada ponsel pintar Naruto yang tergeletak tak berdaya.

Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Sebuah foto. Kaouro.

Karin mengerutkan kening, memandang Naruto dan ponsel bergantian. Berpikir. Hingga sebuah kesimpulan hadir di otaknya.

"Naruto!" pekiknya. Mengagetkan Naruto yang kini mengelus dadanya sehabis terserang kejutan dari suaranya.

"Apa sih, Karin?"

Naruto kesal.

"Kaouro ... Kekasihmu?" Karin bertanya.

Naruto mengangguk santai. "Ku pikir kau sudah tahu."

"Aku baru ingat."

"Sudahlah. Aku mau bekerja."

"Dia terlihat baik juga ramah. Jadi, tipemu sekarang yang murah tersenyum seperti itu, hm?"

"Ini jam kerja, Karin. Jika mau mengobrol, saat makan siang nanti saja."

"Ku pikir, kau tetap akan mencari yang seperti dia. Wajah datar, pendiam, sensitif tapi sedikit jinak, putih, lalu ... "

Naruto menutup laptopnya dengan kesal, melempar tatapan tajam pada gadis di depannya yang masih saja berceloteh panjang lebar.

"Kau sangat mengganggu, Karin. Kembali ke asalmu sana."

"Maksudmu?"

"Pulang ke Amerika."

"Jangan melupakan fakta, bahwa aku lahir di Jepang dan 100% berdarah Jepang. Aku sudah di asalku."

Naruto mengabaikan. Kembali membuka laptopnya, berniat melanjutkan pekerjaannya. Namun, terintrupsi lagi oleh ucapan Karin.

"Bukankah, Sasuke hampir mirip dengannya?"

Perkataan Karin berhasil memutar ulang kejadian kemarin. Tawa Sasuke juga rasa manis dari kecupan singkat yang masih tertinggal dan membuat ingin merasakan lagi hingga saat ini.

Semalaman Naruto menjadi sulit tidur, terus memikirkan hal kemarin. Terutama penyebab debaran jantungnya kala menyaksikan Sasuke tertawa.

Perasaan menggelitik di perutnya hingga membuatnya merasa mual, tapi juga menyenangkan.

Perasaan yang pernah ia dapatkan di tahun pertama di sekolah tingkat akhir.

Perasaan yang telah lama tidak ia rasakan setelah kepergian cinta pertamanya.

Tiba-tiba perasaan itu kembali hadir. Hanya karena seseorang yang hampir menyerupai cinta pertamanya.

Benar kata Karin, Sasuke hampir mirip dengannya.

Apa mungkin, ia benar-benar jatuh cinta? Bukan perasaan sekadar suka biasa yang selama ini ia rasakan, seperti rasa sukanya pada Kaouro.

Perasaan ini berbeda. Jelas berbeda.

"Naruto? Naruto!"

Karin melambaikan tangan di depan Naruto. Naruto memang melihat ke arahnya, tapi fokus melayang entah ke mana.

"Ha?" Naruto mengerjap beberapa kali, telah kembali ke dunia nyata.

"Kau melamun. Apa yang kau pikirkan?" Karin menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi.

Naruto menunduk, berbisik pelan, "aku menciumnya."

Karin yang tidak mendengar jelas ucapan Naruto, memajukan badannya dan meminta Naruto mengulangi perkataannya.

"Aku menciumnya," kata Naruto lebih keras, mendongak menatap Karin yang memasang wajah tidak mengerti.

"Mencium siapa?"

"Sasuke."

Wajah bingung Karin digantikan mimik terkejut dengan bibir yang terbuka dan mata melotot di balik kacamatanya.

"Di bibir?"

Karin menunjuk pada bibir berpoles lipstik miliknya.

Naruto mengangguk sebagai balasan.

"Aku tidak mengerti. Perasaan ini berbeda ketika aku menyukai Kaouro. Saat itu, aku hanya berpikir untuk kesenangan. Tapi, Sasuke ... Ada rasa ingin memiliki? Aku tidak tahu. Aku ... "

"Kau jatuh cinta," potong Karin. "Kau persis seperti dulu, saat kau menyukai dia."

"Tidak mungkin."

Naruto menggeleng kuat.

"Kenapa kau berusaha menyangkalnya? Kau akan menikah dengan Sasuke, tidak masalah jika kau jatuh cinta padanya."

"Aku tidak menyangkal, aku hanya
... Mengapa terlalu cepat? Maksdunya, hanya melihatnya tertawa?"

"Dulu kau hanya melihat dia tersenyum."

Naruto terdiam.

Masih teringat jelas di ingatan, meski berusahan melupakan. Senyuman tipis yang diberikan untuknya oleh pemuda itu, beberapa tahun yang lalu berhasil membuatnya merasakan manisnya jatuh cinta.

Dahulu ia juga menyangkal, jika hanya karena senyuman, pada kali pertama pertemuan ia sudah menaruh hati pada orang lain. Terdengar menggelikan, seperti buku roman picisan, tapi itulah kenyataan.

"Jadi, aku benar-benar jatuh cinta. Lagi?" tanyanya terdengar bodoh di telinga lawan bicara.

"Kenapa kau mendadak bodoh, sih?" Karin jadi sensi.

"Aku yakin, ini hanya perasaan sementara. Seperti perasaanku pada Kaouro. Cuma suka biasa."

Terdengar decakan Karin di tengah diamnya ruangan.

"Kau seperti remaja labil saja."

Karin beranjak dari kursinya.

"Cobalah kembali membuka hatimu. Lupakan masalalumu, lupakan dia. Cobalah memulai yang baru dengan Sasuke. Kau sudah dewasa, jangan hanya memikirkan kesenangan tanpa peduli kau telah menyakiti banyak hati."

Dengan ucapan panjangnya, Karin memutar tubuh. Melangkahkan kakinya kembali ke sofa, menimbulkan bunyi antara lantai dan sepatu berhak yang ia gunakan.

Kembali kesenyuian tercipta. Karin dengan ponselnya dan Naruto yang diam bersama pikiran-pikiran atas perkataan Karin.

***

Dunianya mendadak berhenti berputar. Tubuhnya membeku, begitu pula pada tangan kurusnya yang masih menggenggam gagang pintu, semakin mengerat dan bergetar. Dadanya terasa menyesakkan, seperti dicengkeram dengan kuat, membuat seperti sehabis berlari, padalah ia hanya berjalan santai tadi.

***

"Onee-chan?"

"Hai, Sai-kun."

Sai berdiri di tempatnya melihat wanita yang beberapa hari lalu menghabiskan waktu --tidak sengaja-- bersamanya di kafe, kini ada di depan gerbang sekolahnya, berjalan mendekat ke arahnya.

"Apa yang nee-chan lakukan di sini?"

"Menunggumu."

Jawaban itu semakin membuat Sai terkejut sekaligus bingung.

"Menungguku?"

Wanita itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Ayo, sambil berjalan."

Wanita itu, Karin, berbalik untuk berjalan lebih dulu. Sai mengikutinya di belakang. Menganggap posisi mereka tidak asik untuk mengobrol, ia pun menarik Sai agar berjalan di sampingnya.

Karin mendengus geli melihat remaja di sebalah berjalan dengan canggung.

"Santai saja." Ia tepuknya bahu pemuda itu pelan. "Sebentar lagi kan kita menjadi keluarga."

Sai mengangguk pelan.

"Aku punya kabar gembira," ujar Karin memulai maksud kedatangannya ke sekolah Sai.

Sai menolehkan kepalanya pada Karin.

"Naruto sepertinya mulai menyukai Sasuke."

Sai menghentikan langkahnya. Membuat Karin ikut berhenti.

"Benarkah?"

Karin mengangguk. "Bahkan mereka sudah berciuman."

Respon Sai tidak berbeda jauh dengan Karin saat pertama kali mendengar pengakuan Naruto. Mulut terbuka dan mata melotot tidak percaya.

"Aniki ... Berciuman," gumam Sai tidak menyangka.

"Apa itu ciuman pertama Sasuke?" tanya Karin.

"Mungkin."

"Wah! Ini semakin mudah saja. Aku yakin Sasuke pasti memikirkan ciuman itu dan jatuh cinta. Sepeti di film romantis."

Karin menarik tangan Sai untuk melanjutkan perjalanan.

"Ini pasti akan happy ending. Percayalah," Karin berujar riang.

"Semoga."

***

Naruto sedang bersiap untuk pulang ke rumah ketika pintu ruangannya di ketuk. Ia berpikir mungkin itu Karin yang kembali lagi, akan menariknya untuk segera pulang atau mungkin mengajaknya makan malam di luar sekaligus berkeliling Tokyo lagi.

"Masuklah."

Naruto menghentikan kegiatan menggulung lengan kemejanya ketika melihat yang masuk bukan seperti perkiraannya.

"Kaouro?"

*

**

Bukan Karin yang mengajaknya makan di luar, tetapi kekasihnya, Kaouro. Di tempat biasa mereka berkencan, bukan restoran mewah, hanya rumah makan biasa.

Pesanan mereka telah tersedia sejak 3 menit yang lalu. Tetapi, keduanya belum ada yang bergerak untuk menyantap makanan yang masih mengepulkan asap tipis.

"Kau ke mana saja, Kaouro? Keluar tanpa izin."

Naruto membuka pembicaraan. Sudah tidak tahan dalam keheningan yang terasa tidak mengenakkan, sepanjang perjalanan yang biasa mereka gunakan bertukar cerita atau bercanda pun digantikan suara radio.

"Maaf."


Kaouro tersenyum sendu menatap Naruto. Tidak menjawab pertanyaan Naruto. Ia menaruh sebuah amplop putih ke atas meja yang ia keluarkan dari tasnya.

Tanpa bertanya Naruto tahu apa itu. Hanya saja ia tidak mengerti, mengapa tiba-tiba lelaki itu memberikan surat pengunduran diri.

"Ke--"

"Selamat atas pernikahanmu, Naruto-sama."

"Kaouro?"

"Maaf aku telah lancang menguping pembicaraan Tuan dengan Karin-san."

Hening.

Naruto tidak berniat berbicara atau meminta maaf karena sudah menyakiti perasaan lelaki di hadapannya.

Berpikir Naruto tidak akan mengatakan apapun, Kaouro bangkit dan membungkuk, mengucapkan, "terimakasih."


Kemudian Ia berbalik. Tidak ingin berlama-lama bersama mantan pimpinan dan kekasihnya itu.

"Maaf."

Langkahnya terhenti.

Satu kata yang Naruto ucapkan.

Kaouro tersenyum miris.

Hanya itu.

Hanya maaf yang ia dapatkan.

Ekspektasi yang ia inginkan, Naruto menahannya, memeluknya, mengatakan bahwa Direkturnya itu mencintai dirinya. Semua yang ia dengar hanya kesalahpahaman.

Setidaknya ia hanya ingin Naruto mengatakan, Naruto mencintainya, bukan menggunakan dirinya hanya untuk kesenangan.

Atau

Naruto memilih dirinya. Dan akan membatalkan pernikahan.

Tapi, realitanya, Naruto jatuh cinta pada Sasuke. Dan dirinya hanyalah mainan?

Berusaha menguatkan hati dan berlapang dada. Kaouro melangkah pergi meninggalkan Naruto.






TBC

Setelah dipertimbangkan, gak jadi deh buat ngebatalin pernikahan awkwk sebenarnya ceritanya udah melenceng dari draft pertama ku dan sekarang semakin melenceng :D

Seharusnya ada konflik kecil, tapi aku ngerasa bikin ceritanya jalan di tempat. So, gue bikin agak cepet. Biar konfliknya entar habis bahagia-bahagian aja dan kembali ikutin draft awal (spoiler nih) :v

Arigatou gozaimasu! Readers-san

Happy 10k+ view
1.4k+ vote

Makasih makasih makasih !1!1!

160218

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro