09 - The Game Rate

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku harap, kita berhenti untuk beristirahat, Hyung." –Kai Kamal Huening

***

Kai Kamal Huening, sudah mengerti apa arti kehilangan saat umurnya menginjak 8 tahun.

Saat ia dititipkan ke panti asuhan dengan tega nya oleh kedua orang tua mereka.

Kai itu, hasil dari perbuatan keji ayah nya dengan wanita jalang di club.

Istri ayah Kai sangat terkejut waktu itu, dan mereka berdua, memutuskan bercerai sebagai jalan yang terbaik.

Dan, jadi lah Kai, anak  Broken Home.

Dibesarkan di panti Asuhan membuat Kai menjadi anak yang mandiri.

Meski begitu, dia tumbuh menjadi anak yang pendiam dan introvet, dia tidak mudah bergaul dengan teman teman nya di panti asuhan, dan lebih memilih duduk di pinggir kolam ikan sambil memberi makan ikan ikan itu, kadang mengajaknya berbicara kalau ia sedang kesepian. Kai lebih memilih untuk duduk di taman sendirian, menikmati angin, daripada bermain bola dengan teman-teman lainnya.

"Kai, ayo bermain!" Seorang anak sebaya nya duduk di sebelah Kai yang sedang menatap ikan-ikan.
Kai menggeleng.

"Ayolah, kau tidak pernah mau bermain dengan kami..."

"Aku ingin di sini saja, Eunwoo-ya," tolak Kai halus.

Anak yang dipanggil Eunwoo oleh Kai pun kembali bermain, mengabaikan Kai yang tidak mau dengan ajakannya, memilih untuk pergi meninggalkan Kai.

Kai masih asik merasakan terpaan angin, sampai akhirnya ia tersadar, musik berirama cepat sampai ke saluran pendengaran nya.

Karena rasa penasaran Kai sangat banyak, ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke tembok berwarna putih panti itu dan  menaiki pohon yang ada di sebelah tembok.

Mata kai membulat, saat melihat seorang pemuda, lebih tua darinya, sedang berjoget mengikuti gerak musik.

Kai tertarik, tanpa sadar, ia mengangguk angguk an kepala nya. Dan saat musik itu selesai, Kai bertepuk tangan kagum membuat pemuda yang selesai menari di sana terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

Buru buru, Kai langsung turun dari sana, dan masuk ke kamarnya. Napas nya memburu.

Tapi hatinya senang kala mengingat irama tersebut.

***

Tapi, entah kenapa, saat Kai membuka mata nya saat pagi hari, ia menemukan, pria semalam ia lihat ada di depan nya, dengan pandangan menelisik.

"Hai, Nak!"

"Hua, paman! Maafkan aku! Aku tidak bermaksud mengintip pama kemarin!" Pekik Kai langsung menundukkan badan 90 derajat ke aarah sang paman.

"Iya, sudah, tidak apa apa. Lain kali datang ke sini lewat pintu depan, jangan lewat dinding," Ucap sang paman menasehati.

"Iya, paman, joesonghabnida." (Maaf)

"Gwaenchanh-a. Kau suka menari?" (Tidak apa-apa)

"I-iya, Paman."

Dengan gugup Kai mengutarakan perasaan nya selama ini.

"Kalau begitu, datang ya besok," Ajak sang paman berdiri, lalu menepuk nepuk pundak Kai.

"Sampai jumpa...."

"Kai. Kai Kamal Huening."

"Sampai jumpa Kai."

"Nee."

Pria itu lalu segera keluar dari pintu asuhan yang sebelum nya memberi salam pada empunya panti.

Dan... Saat itu lah, Kai ingin menjadi seorang dancer profesional. Lalu pada umurnya yang 17, dia mencoba coba masuk audisi.

Dan ternyata ia lulus, dengan hasil yang memuaskan. Dan jadilah nama panggung nya, Hueningkai.

Dan sekarang, entahlah, nama panggung itu bisa muncul lagi atau tidak.

Bisa ada lagi atau tidak. Atau bisa ada, tetapi berbeda jalan. Kai tidak mengerti, orang orang menyebut nya Kai, bukan Hueningkai.

Dia manusia biasa, bukan aktor, penyanyi, dancer, atau semacam nya. Entah, nama itu bisa timbul lagi atau tidak.

Kai ragu.

Pekerjaan nya hanyalah kasir di sebuah minimarket kecil. Pendapatan nya berbanding jauh saat ia menjadi idol.

Tapi, Kai tetap tabah. Karena menurut nya, semua yang besar, di mulai dari yang kecil.

Angka hanyalah permainan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp