10 - Song

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Karena tidak ada orang yang mengerti dirimu, selain kamu." –Kai Kamal Huening

***

Kai mendengus kasar,  lalu menarik selimut putihnya diatas dada.

Sejak tiga tahun kemarin, Kai sudah terbiasa tidur seranjang dengan Soobin. Pandangan terkunci pada langit-langit rumah.

"Kai..." Lirih Soobin yang sekarang sedang tidur membelakangi Kai.

"Nee? Ada apa, Hyung?"

"Bi...sa...t..to..lo...ng nya...nyi...k..k..an se...bu...ah la...gu un...tuk ku....?"

"Mwo? Ke-kenapa Soobin Hyung meminta itu?" (Apa)

"Hahaha, Soobin terkekeh, "Me..mang...ke..napa..., mak...na..e?"

Kai tersentuh, panggilan maknae yang tidak ia dengar saat 3 tahun belakangan ini, meluncur sempurna di mulut Soobin. Ah, Kai jadi mengingat memori itu.

"Hyung mau?" Ucap Kai memandang punggung Soobin dengan mata berkaca kaca.

Soobin mengangguk. Sebenarnya Soobin juga sedang berjuang, mempertahankan air mata nya agar tidak jatuh. Ia mulai membalikkan badan, punggungnya berada di atas tempat tidur, dengan pandangan ke arah Kai yang sedang... Entahlah, Kai terlalu jitu menyembunyikan ekspresinya.

Entah kenapa, mereka selalu mengingat luka itu di waktu sama.

"singgeureon neoui hyanggi...
banjjagineun neoui nunbich
nae mam illeongige hae
hyeonsireun himeul ilhgo
jigujocha sumjugigo
sunganeun yeongwoni dwae

tteugeoun taeyang arae
neowa nan ijen uriga dwae
hoesaekbichkkal dosi wiro
pureureun padoga ssodajyeo

nunape pyeolchyeojin geon
uyusbit eunhasu pieonan geumbit gyejeol
like our summer
eodie isseodo
eotteon gyejeoredo
uriga hamkkeramyeon
feel like summer..." Kai menyanyikan lagu sebait itu. Tak kuat meneruskan.

Lagu TXT, yang dulu sering mereka nyanyikan, membuat kenangan per kenangan terputar di kepala Kai. Lagu itu, lagu bertempo riang. Mereka sering meng-cover lagu itu bersama. Ia ingat, Beomgyu yang bermain gitar, untuk mengiringi lagunya.

Kai mati matian menahan, agar air mata nya tidak keluar tapi nihil.

Dia memilih membelakangi Soobin yang sedang asyik dengan tatapannya pada langit sendiri.

"Sudah kan, Hyung? Sekarang tidurlah." Ucap Kai memunggungi Soobin.

"Te..ri..ma..k...ka...sih... Ka-ka-Kai," Tutur Soobin menghadap ke arah Kai yang sekarang sedang memunggungi nya.

Soobin tahu, Kai menangis. Soobin tahu, saat Kai menyanyikan lagu untuk nya, dia berusaha agar tidak mengeluarkan air mata.

Soobin tahu. Soobin kenal Kai.

Kai, dia kadang suka menangis, dan dia tak mau menampakkan nya pada orang lain.

Kai merasa bahwa ia kuat. Soobin tahu semua nya.

Mereka, sekarang seperti hilang semangat, atau sejenisnya. Kai, menyalahkan diri nya, karena telah membuat grup nya terpecah belah.

Dan Soobin, yang menyalahkan diri nya, karena tidak bisa memimpin grup  itu dengan benar.

Luka itu, selalu muncul setiap Kai atau Soobin mengingatkan mereka pada kejadian waktu dulu.

Kini, grup itu telah tiada.

Beomgyu, yang tadi nya menjadi penerang dalam grup kini hilang.

Ah, bukan Beomgyu, mereka semua.

Tapi, satu orang hilang, semua nya hancur.

Hancur luar dalam.

Seperti Kai, Soobin yang menginginkan kedamaian dalam grup sekarang sudah tidak bisa lagi.

Together Neo Generation, nama yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya.

Siapa yang tidak kecewa? Tiba tiba agensi mengonfirmasi grup TNG telah bubar pada 4 tahun yang lalu?

Kai mencoba untuk tidur, tapi entah kenapa mata nya selalu terbuka saat mencoba lagi.

Menengok ke arah Soobin, namja itu telah tidur dengan pulas, sampai terdengar dengkuran halus dari nya.

Dengan hati hati, Kai bangun dari tempat tidur nya, ruangan ini seperti kurang atmosfer.

Kai sesak, sangat sesak setelah menuruti permintaan Soobin.

Ia berjalan, pergi ke kamar mandi. Mencuci muka, mungkin itu akan lebih baik, pikirnya.

"Hah...." Kai mengusap usap wajah nya berkali kali.

Belakangan ini, Kai selalu ingat dengan masa lalu, bukan dengan TNG saja, tapi dengan semua nya.

Saat ia ditinggal oleh kedua orang tua nya tanpa memberi apa-apa selain baju yang ia pakai saat itu, bertemu dengan musik yang menggairahkan semangat nya, sampai segala nya ada di kepala Kai, Kai pening.

Sangat pening.

Menghela napas berkali kali, Kai berpikir, "Lebih baik aku ketemu janjian dengan psikolog besok."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp