Sheet 17: How Long Are Your Footsteps?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Welcome to The A Class © Fukuyama12
Genre : Teenfiction, drama, Psychology
Rate : T+

.
.
.

Sheet 17: How Long Are Your Footsteps

.
.
.

Aida terkekeh, "By the way, makanan ini juga enak." Aida menunjukkan gorengan tepung berbentuk bulatan kecil untuk sekali kunyahan.

Sophia mengambil makanan yang sama dengan yang Aida tunjukkan. Ia mengunyahnya hingga ia merasakan rasa ikan laut di dalamnya. Dengan penasaran, ia bertanya, "Siapa yang membawa ini?"

Iris menoleh dan tersenyum. "Aku yang membuatnya. Pamanku membawa banyak ikan dari hasil melautnya. Karena takut cepat busuk, aku mengolahnya saja menjadi makanan beku."

"Ah, apa itu nugget ikan?" Zelts bertanya dan mencoba makanan yang sama. "Kau juga bisa memasak, Iris?"

"Aku selalu memasakkan adikku setiap hari. Walaupun aku hanya bisa masakan rumahan saja, sih," jawab Iris. Ia senang jika semua orang menyukai masakannya.

Sage memakan makanannya, pie tortilla miliknya tidak kalah enak dengan yang lain. Samar-samar ia mendengar suara Argia yang bergumam mengatakan bahwa masakannya terasa enak. Daging yang ia buat sebagai isian sangat terasa bumbunya. Dan hal itu membuatnya tersenyum kecil.

Sage menoleh ke arah gadis di sebelahnya, ia tak mendapati pie tortilla miliknya di tempat makan gadis itu. Karena penasaran ia bertanya, "Apa kau tidak suka pie tortilla-nya?"

Blue menoleh cepat, namun ia segera kembali menatap makanan di piringnya, "Aku tidak suka daging, jadi aku tidak memakannya. Ah, apa mungkin kau mau memakan jatahku?"

Sage menggeleng cepat, "Bukan, bukan begitu, aku hanya bertanya saja. Ini pertama kalinya aku mendengar orang yang tidak suka dengan daging," ungkapnya, ia melihat gadis berambut pirang itu tertawa kecil dan melanjutkan makannya.

Di sudut lain, Mr. Oliver memperhatikan murid-muridnya dalam diam. Ia sedikit tersenyum melihat interaksi diantara mereka. Setidaknya saat ini muridnya terlihat seperti murid kelas lainnya. Hanya untuk saat ini.

--

Selesai makan siang. Mr. Oliver mengambil alih perhatian mereka. Ia akan mengadakan sedikit sesi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang dapat menambah poin kelompok.

"Peraturannya dilarang menggunakan alat elektronik manapun. Kalian hanya diperbolehkan untuk menggunakan kertas dan alat tulis lainnya," jelas Mr. Oliver.

"Eh? Apa kita harus menggunakan kertas?!" Zelts berseru. Pasalnya, hampir tidak ada yang membawa tas saat ini, sekalipun membawanya mungkin buku maupun kertas tidak termasuk di dalamnya.

"Yah, jika kalian bisa menghitung dan mengingat soal tanpa menulisnya, kalian tidak perlu menggunakan kertas. Soal yang aku berikan biasanya tidak terpaku pada satu mata pelajaran saja. Tetapi karena keterbatasan waktu, aku hanya akan memberikan satu soal saja. Kalian juga menjawab pertanyaannya dengan lisan," terang Mr. Oliver.

Kniga mendekati Aida dan membuka tas gadis itu. Ia mengeluarkan sketch book miliknya dari dalam sana dan menyobek selembar untuk diberikan kepada Aida. Ia mengeluarkan alat tulisnya dan lagi-lagi memberikan salah satunya kepada gadis itu.

Kelompok yang lain tampak bingung, meskipun beberapa di antara mereka tidak membawa kertas, mereka memilih untuk menggunakan ranting dan media tanah untuk jalan keluar satu-satunya.

"Are you ready?" tanya Mr. Oliver, siswa-siswi terlihat menunggu kalimat selanjutnya dengan serius, "Hitung berapa jarak tempat kita piknik sekarang ini dari pintu gebang SL Academy," ia sedikit terhibur saat melihat wajah terkejut murid-muridnya, "waktu pengerjaan sepuluh menit."

Azure menggigit kuku jempolnya. Ia tak menyadari soal yang diberikan oleh Mr. Oliver. Belum lagi fakta bahwa dia hampir sepanjang perjalanan terus menggunakan smartphone-nya. Dan ia menyakini bahwa hampir seluruh siswa A Class melakukan hal yang sama.

"Gawat! Aku tidak tahu apapun mengenai soal ini!" seru Zelts.

Raven berdecak dan menatap Zelts tajam, "Shut up, Zelts. Aku sedang berpikir!"

"Apa yang kau pikirkan?! Apa kau tahu jawabannya?" Zelts bertanya heran.

"Aku sedang mengira-ngira!" jawab Raven kasar. Ia tengah memaksa otaknya untuk berpikir, bahkan ia mengabaikan ejekan Zelts yang mengatakannya gila.

Raven bergumam, "Lama perjalanan dari sekolah ke rumah itu kira-kira lima belas-ah, tidak, mungkin 25 menit. Perjalanan dengan mobil kira-kira satu jam. Ditambah dengan-ah, Sophia, cepat catat!"

Dengan terburu-buru Sophia menulis apa yang diucapkan oleh Raven di atas tanah. Ia mendengar Raven berdecak kesal dan berkata, "Aku butuh kecepatan laju mobilnya!"

Argia berpikir keras. Ia sudah tahu rumus apa yang akan digunakan, hanya saja ia tak tahu angka apa saja yang harus dimasukkan. Semuanya terlihat samar diingatannya.

Argia menoleh pada Sive yang tak berhenti menatap daun kering berwarna coklat kemerahan yang ia ambil dari atas tanah. Setelah itu, Sive mengangkatnya hingga menutupi matahari di atasnya. Argia tak habis pikir dengan ketenangan yang dimiliki rekan setimnya itu.

"Apa kau tahu sesuatu, Sive?" tanya Iris halus, namun hal itu tak membuat Sive langsung menjawab pertanyaan tersebut, "Kau hanya perlu mengutarakannya saja, tidak perlu kau simpan sendiri. We're in the same team, right?"

Mr. Oliver berhenti tepat di sebelah kelompok biru. Kedua anggota kelompok itu menatap satu-satunya anggota yang tersisa dengan sabar. Namun sepertinya yang ditatap tidak menghiraukan apapun.

"Sive," panggil Mr. Oliver, namun Sive masih saja tidak menoleh, hanya meliriknya sekilas saja, "Berapa panjang langkah kakimu?"Sive menurunkan daun kering itu dan menatap Iris, Mr. Oliver, dan Argia bergantian. Dengan suara pelan dan tatapan menghindar, Sive menjawab, "0,91 meter," Mr. Oliver tersenyum, sementara dua rekan timnya terlihat amat terkejut. Ia segera pergi meninggalkan kelompok itu.

Sive melanjutkan perkataannya, "112 langkah kaki dari kelas menuju gerbang, 263-"

Argia dengan cepat menuliskan apa yang dikatakan oleh Sive. Ia tak memiliki waktu untuk berdecak kagum dengan ingatan yang dimiliki oleh Sive, biarlah Iris yang melakukannya. Tapi tak dapat dipungkiri jika Sive memang mengingat sesuatu dengan detail, bahkan ia mengetahui kecepatan rata-rata dari mobil yang membawa mereka ke tempat piknik.

"Waktu habis," kata Mr. Oliver dan menghentikan semua gerakan yang dilakukan oleh muridnya. Bahkan mereka mengangkat tangan mereka seperti pada kontes-kontes memasak. Pria itu menggenggam tangannya dan menggosoknya beberapa kali, "Ada yang ingin menjawab terlebih dahulu?"

Dua kelompok mengangkat tangannya secara bersamaan. Kelompok merah yang berisi Sophia dan teman-temannya, serta kelompok biru yang beranggotakan Iris, Sive dan Argia.

"Jawab dengan satuan meter, OK? Kelompok merah, silakan."

Sophia berdiri dengan mata yang masih menatap tanah yang penuh dengan coretan. Ia menjawab, "46.290 meter."

Mr. Oliver mengangguk dan beralih menatap kelompok biru, "Silakan menjawab."

Iris berdiri dengan membawa kertas kecil lusuh di tangannya. Ia membaca, "46.223 meter."

Sesaat setelah Iris duduk, Azure berdiri dan terlihat ragu-ragu untuk menjawab, "36.378 meter."

Sage berdiri dan menjawab setelah Mr. Oliver mempersilakannya. Dengan tenang, ia menjawab, "38.367 meter."

Mr. Oliver menepuk tangannya menandakan bahwa pertanyaan pertama sudah selesai terjawab, ia menatap satu persatu keempat kelompok itu.

.
.
.

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro