Sheet 3 : Meet the Leader

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Welcome to The A Class © Fukuyama12

Genre : Teenfiction, drama, Psychology

Summary : Orang bilang Kelas A adalah kelas unggulan yang berisi anak-anak yang cerdas penuh keberuntungan, namun pada kenyataannya, kelas A hanya berisi anak-anak malang yang penuh dengan kesengsaraan, yang membutuhkan perhatian melebihi kelas lainnya.

.
.
.

Sheet 3: Meet The Leader

.
.
.

Sophia mengernyitkan dahinya tidak suka, dia benar-benar angkuh seperti yang dikatakan oleh Iris. "Baguslah kalau begitu, aku juga tidak mau repot-repot menjadi penghambatmu!" Sophia berseru kesal dan segera pergi meninggalkan pemuda itu. Iris mulai mengikutinya dari belakang.

Diam-diam, Sophia kembali melirik pemuda berambut gelap yang ada di belakangnya. Ia memang tampan jika dibandingkan dengan pemuda yang pernah Sophia lihat. Melihat dari gerak-gerik dan nama keluarganya, Raven sepertinya bukan orang biasa. Ia pasti adalah Tuan Muda dari keluarga kaya raya. Sayang sekali sifatnya harus seperti itu.

Siswa berikutnya adalah seorang gadis bertubuh mungil—jika tidak ingin dikatakan pendek, berwajah Asia, tetapi memiliki mata yang bulat dan besar. Rambutnya hitam lurus dan lembut, ada jepit rambut motif bunga berwarna putih. Ia bagaikan boneka Asia bermata besar.

"Halo! Kalau tidak salah namamu Sophia, kan?" Sophia mengangguk ramah saat melihat siswi itu tersenyum lembut padanya. "Namaku Azure Magnolia. Senang bertemu denganmu, aku harap kita bisa menjadi teman baik. Tapi maaf, aku tidak bisa berbincang denganmu saat ini, aku harus pergi. Sampai jumpa." Gadis itu pergi meninggalkan Sophia dan Iris begitu saja sembari melambaikan tangannya sekilas.

Iris menghela napas dan mengangkat kedua bahunya, lalu berkomentar, "Dia gadis yang baik, tidak perlu malu padanya. Meski agak dingin dan susah didekati."

Berikutnya, Iris memperkenalkan seorang siswa yang tengah membaca sebuah buku, ia cukup tampan dengan kacamata yang memiliki frame berwarna marun. Nama Kniga Acanthus, si kutu buku. Bahkan ia tadi memegang buku ensiklopedia dengan dilengkapi gambaran yang detail.

Lalu ada seorang lagi yang duduk di sebelah Kniga, ia adalah Aida Eucharis, siswi yang memiliki rambut pirang lembut yang sewarna dengan pasir pantai dengan hiasan pita kelinci. Ia tidak kalah cerianya dengan Zelts si rambut merah

Sophia mengalihkan pandangannya pada pemuda yang baru saja tersenyum padanya sebelum pemuda itu pergi meninggalkan kelas mereka. Rambutnya berwarna hitam dengan mata coklat tua,ukuran tubuhnya agak pendek jika dibandingkan dengan murid di sini. Iris memanggilnya dengan nama Zwart Stephanotis.

Iris dan Sophia beralih pada siswa berambut pirang yang duduk di deretan paling depan nomor dua dari pintu masuk. Sophia menatap siswa itu dengan seksama, rasanya ia tak asing dengan wajah itu.

"Rasanya wajahmu tak asing."

Iris tertawa kecil mendengar ucapan blak-blakan dari mulut Sophia, sedangkan siswa di depannya itu terlihat memaksakan sebuah senyum sebagai tanggapan.

“Sepertinya itu hanya perasaanmu saja. Menurutku aku baru pertama kali melihatmu, lho,” ucap pemuda itu.

"Namanya Argia Stephanotis. Dia kembaran Zwart." kata Iris. Sophia tersadar saat mendengar nama marga pemuda pirang itu, berbeda dengan Argia yang air mukanya terlihat masam.

Sophia mengangguk mengerti. "Padahal sekilas kalian terlihat berbeda, walaupun wajah kalian hampir sama jika diperhatikan dengan baik."

"Senang bertemu denganmu, Sophia. Tolong jangan samakan aku dengannya sekali pun kau menemukan kesamaan di antara kami." Walaupun terlihat ramah, tetapi ia bersikap dingin saat membicarakan persaudaraan mereka. Hubungannya dengan Zwart tampak tak baik.

Iris kemudian memperkenalkannya pada siswa terakhir yang ada di kelas ini. Di tangannya terdapat potongan puzzle yang belum tersusun menjadi sebuah gambar. Iris menyentuh pundak pemuda itu sekali.

"Halo, Sive! Apa kau tidak mau pergi keluar? Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi." Siswa yang dipanggil dengan nama Sive itu tampak terkejut hingga menjatuhkan apa yang digenggamannya, air muka berubah sedikit panik. "Maaf, Sive. Mari kukenalkan dengan teman baru kita. Kau pasti tidak mendengarkan Mrs. Suzanne lagi, kan?"

Kali ini Iris mempersilakan Sophia memperkenalkan dirinya. "Namaku Sophia Rosewood, aku baru pindah ke sekolah ini beberapa jam yang lalu."

Sive mengangguk kecil. Menurut Sophia, ia terlihat cukup aneh dengan sikapnya yang kikuk. Sive memperkenalkan dirinya, "Aku Sive Shamrock."

Iris membisikkan sebuah kalimat pada Sophia setelah mereka pergi meninggalkan Sive. "Dia memang terlihat agak aneh, tapi tolong jangan membedakannya dengan yang lain, ya?" Sophia mengangguk walau ia sebenarnya tidak terlalu paham. "Sisanya yang belum hanya Blue dan Sage. Kau bisa berkenalan dengan mereka nanti. Bagaimana jika sekarang kita berkeliling SL Academy terlebih dahulu?"

***

Sophia memperhatikan sekitarnya, siswa-siswi di sekitar mereka tampak memperhatikan mereka dari atas sampai bawah. Hal ini bukanlah hal asing lagi bagi murid Kelas A. Tentu saja karena seragam yang mereka kenakan. Berbeda dengan siswa biasa yang hanya menggunakan kemeja dan jas berwarna putih, murid kelas A menggunakan seragam berupa jas berwarna biru tua dengan garis tipis berwarna biru muda, rompi biru tua, dan dasi berwarna merah marun, juga dilengkapi dengan pin dasi berbentuk daun berwarna emas.

Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah perpustakaan, ada kamar mandi yang letaknya tak jauh dari sana. Iris bilang jika perpustakaan salah satu dari tempat penting bagi murid di sini. Mata Sophia berbinar setelah ia membuka pintu perpustakaan. Berbeda dengan perpustakaan lain, perpustakaan SL Academy cukup artistik dan tidak membosankan, membuat siapapun akan nyaman berada di sana dalam waktu yang lama. Meski merupakan bangunan tua yang didominasi dengan kayu, tetapi beberapa bagian terlihat berbeda.

"Sophia, apa kartu perpustakaanmu sudah jadi?" Iris menyadarkan Sophia dari rasa kagumnya. Sophia segera merogoh dompetnya dari saku roknya. Ia mengeluarkan kartu perpustakaan dari dalam sana.

Sophia memperhatikan Iris yang menempelkan kartu perpustakaannnya di barcode scanner, Sophia ikut melakukannya. Di sekolahnya dulu perpustakaan juga diberlakukan sistem yang sama. Setelah itu ia mengikuti Iris yang melewati pintu besi setinggi pinggangnya.

Matanya tertuju pada seorang pemuda dengan seragam yang sama dengannya sedang memilih-milih buku. Sophia menoleh pada Iris yang meneriakkan sebuah nama, pemuda itu menoleh dan mengangkat tangannya.

"Itu Sage. Ayo, aku kenalkan kau padanya!" Iris berlari dan menarik tangan Sophia untuk mendekati Sage yang tengah menutup bukunya.

Berbeda dengan anggota kelas A yang lain, menurut Sophia ia terlihat lebih ramah. Bentuk mata, tatapannya, dan cara tersenyum itu, seolah-olah mengatakan jika dia bukan orang yang dingin.

"Halo, Sophia. Namaku Sage Autumn." Pemuda tinggi itu menampilkan senyuman ramahnya. Sophia tertegun, bukan hanya karena sifat hangatnya, tetapi juga saat menatap matanya. Ia punya mata yang tak kalah indah dengan milik Zelts yang berwarna emas. Iris matanya punya dua warna, hijau dan cokelat kekuningan.

"Salam kenal, Sage. kamu punya mata yang cantik," puji Sophia. Matanya seperti tidak bisa lepas dari mata unik Sage.

Mendengar hal itu, Sage tiba-tiba saja menaikkan buku yang ia pegang hingga menutupi wajahnya. “Te–terima kasih, tapi tolong jangan tatap aku seperti itu.”

“Oh, maaf!” Sophia bergerak mundur, sekilas ia mengamati pipi Sage yang memerah.

"Sophia, bagaimana jika sekarang kita ke kantin? Kau pasti akan menyukai tempat itu! Yah, walaupun semua orang pasti menyukai kantin, tapi kita punya kantin yang berbeda. Kami pergi dulu, Sage, maaf mengganggu!" Iris kembali menarik tangan Sophia, meninggalkan Sage yang melambaikan tangannya.

***

Mata Sophia berbinar. SL Academy punya kantin yang tak kalah kerennya dengan perpustakaan milik mereka. Mereka punya kantin yang memiliki kolam air di dekat pintu masuk. Banyak ikan yang berenang di sana. Interiornya tidak kalah dengan kafe-kafe di luar sana. Selain ada meja-meja persegi ada juga meja yang terpasang di pinggir dan menghadap langsung keluar gedung dan menampilkan taman bunga.

Berbeda dengan perpustakaan yang dipenuhi dengan warna cokelat, kantin ini cenderung memiliki warna jingga dan kuning muda, serta cokelat dan putih di beberapa interior. Semua warna itu memberi kesan hangat dan nyaman.

"Setiap angkatan punya kantinnya sendiri. Kantin ini khusus untuk murid tahun pertama.”

Makan siang termasuk dalam fasilitas gratis di SL Academy, ditambah dengan jajanan ringan yang dibagi saat istirahat pertama. Makanan di sini, selain dimasak oleh orang yang ahli di bidangnya, tetapi juga memperhatikan gizi setiap muridnya, bahkan mencatat alergi-alergi setiap murid dan memberikan porsi khusus. Selain itu, ada juga makanan lain yang disediakan di luar jam makan, seperti kue, roti, camilan, dan minuman.

Karena sudah memasuki jam makan siang, Sophia dan Iris mengambil bagian mereka. Menu makanan kali ini adalah roti lapis dengan isian daging sapi cincang, beberapa irisan kentang, roti dengan campuran buah beri biru, puding stroberi, potongan buah segar, dan juga salad.

"Halo!" Gadis dengan rambut pirang kecokelatan yang dikuncir tinggi menyapa mereka. Sophia langsung tahu jika dia bagian dari kelas A dari seragam yang dikenakannya.

"Halo, Blue! Sophia, ini Blue Alyssum," sapa Iris. Blue menjulurkan tangannya dan Sophia membalasnya dengan cepat. "Apa kau punya rencana lain setelah ini? Jika kau tidak punya, ikut denganku menemani Sophia berkeliling, yuk!"

Blue tampak berpikir dengan cheese cake yang sudah berpindah ke tangannya. Ia tersenyum. "Sepertinya tidak ada."

Wajah Iris terlihat cerah. "Itu bagus! Sophia belum tahu kehebatan SL Academy!"

***

Apa yang dikatakan Iris memang benar adanya. Sophia selalu kagum pada tempat-tempat yang mereka tunjukkan. Ia bahkan tak percaya jika SL Academy memang memiliki danau sampai Iris dan Blue menunjukkannya pada Sophia. Tak hanya itu, SL Academy selain memiliki danau, juga ada hutan yang mengelilingi sekolah. Gedung-gedungnya pun lengkap, termasuk gedung untuk olahraga baik itu renang, basket, atau futsal, termasuk lapangan di luar ruangan.

Mungkin aku akan menarik kata-kataku tentang seberapa membosankan tempat ini, batin Sophia.

.
.
.

To be Continue

.
.
.

Author's Note :

Sepertinya kemampuan menulis saya sedang menurun. Apa kalian juga berpikir demikian? Apa kalian mau berbaik hati memberikan semangat pada penulis ini? ~(^з^)-

Regards,

Fukuyama12

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro