1. Rumah Keluarga Mondolf

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada seorang anak perempuan baru di rumah keluarga Mondolf, dia sangat cantik. Kuduga usianya mungkin tidak lebih dari enam belas tahun, yang berarti kami masih sebaya. Aku sangat senang, sebab bagi remaja laki-laki sepertiku siapa yang tidak ingin bertetangga dengan seorang gadis cantik yang menyejukkan hati, bukan?

Kebetulan malam ini adalah malam halloween. Aku mengenakan kostum drakula dengan jubah hitam panjang menjuntai, taring buatan yang tertempel di gigi, riasan bercak darah di sudut bibir, serta keranjang kecil yang ditenteng sebagai upaya untuk mendapatkan permen dan cokelat.

Aku tidak paham mengapa hanya ada aku yang berjalan sendirian di malam gelap ini. Bahkan bulan pun tidak terlihat menggantung di angkasa sehingga menjadikan suasana semakin suram.

Jarak antar rumah di desaku cukup berjauhan. Kami membutuhkan waktu setidaknya lima sampai sepuluh menit berjalan kaki untuk sampai di pelataran rumah tetangga. Masing-masing dari kami selalu memiliki halaman yang luas dan kebun sayuran kecil, sebab lokasi pasar berjarak lebih jauh ke arah timur dan dekat dengan pantai.

Meski berjalan seorang diri dengan kondisi malam yang mencekam, niatku untuk berkunjung ke rumah keluarga Mondolf tetap seperti semula. Aku ingin melihat gadis cantik itu, dan juga ingin tahu namanya. Pokoknya aku ingin tahu semua tentangnya.

Ketika mencapai pintu depan rumah Keluarga Mondolf, kuketuk tiga kali sebagai tanda kehadiran. Tak lama kemudian si gadis cantik yang menjadi sasaranku muncul.

"Trick or treat?" seruku sedikit gugup sambil mengangkat keranjang yang kubawa.

Gadis itu terlihat mengenakan kostum penyihir. Pakaiannya serba hitam dari atas hingga bawah. Gaun panjang itu memeluk tubuh rampingnya hingga tampak memesona dan menggoda. Dia juga memakai topi kerucut berwarna serupa dan membiarkan rambut cokelat gelapnya jatuh bebas. Satu-satunya warna selain hitam yang tidak dia kenakan hanya terletak di bibir gadis itu. Berwarna merah darah yang mencolok tetapi sangat cocok dipakainya.

"Silakan masuk," sambutnya sambil tersenyum, berhasil membuat jantungku berdebar lebih cepat dan tubuhku kaku sesaat sebelum dia menarik tanganku untuk masuk ke dalam rumahnya.

Genggamannya terasa hangat, kontras dengan cuaca di luar yang dingin berangin.
Kami pun duduk di meja tamu yang lebih nyaman. Selagi dia mengambil kudapan ke dapur, kuperhatikan keseluruhan ruangan ini yang rupanya telah banyak berubah dari yang terakhir kali kuingat.

Begitu dia kembali dengan membawa seteko cairan berwarna oranye dan setoples biskuit coklat, dia pun duduk bersebrangan denganku.

"Kita tunggu yang lain," katanya sambil menuangkan jus oranye itu pada lima gelas kecil yang sudah dia siapkan.

Tak lama kemudian, beberapa ketukan beruntun terdengar di pintu depan. Satu per satu tamu lain datang dan duduk di sampingku, membentuk lingkaran dengan gadis itu sebagai pemimpinnya.

Tamu-tamu ini, aku mengenali mereka semua tanpa terkecuali. Meski aku tidak paham mengapa kami datang satu per satu, tetapi aku tidak akan terlalu memedulikan semua itu. Sebab gadis di hadapanku ini mulai membuka suara dan memperkenalkan diri.

"Namaku Lilja Mondolf. Terima kasih sudah datang dan silakan nikmati hidangannya."
Gadis tersenyum. Alih-alih ceria, aku melihat seringai samar seperti dambaan dan kepuasan yang merekah di sana.[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro