18. Kostum dan Peti Hadiah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Entah sudah berapa banyak lorong yang kami lalui, tetapi tidak satu pun ada tanda-tanda kemunculan kelinci yang dicari seperti dalam petunjuk.

Kulihat beberapa kali Gigas tampak duduk sebentar untuk beristirahat. Kuduga dia mungkin merasa lemas setelah kehilangan cukup banyak darah dari kakinya, tapi laki-laki itu tidak sedikit pun mau terlihat lemah. Sehingga terus menyuruh kami untuk berjalan lebih dulu.

Perlu kuingatkan, kami sekarang berada di kedalaman tanah. Dinding sisi kanan dan kiri kami jika bukan terbuat dari tanah, sesekali kami temui terbuat dari batu. Selain itu, langit-langit tanah di atas kami sepertinya memiliki tinggi kurang lebih tujuh sampai sepuluh meter. Sangat tinggi untuk bisa digapai tanpa bantuan tangga. Satu-satunya jalan kami hanya berupa lorong-lorong yang diterangi oleh sebuah lentera berwarna merah karena diisi oleh batu mirah yang bersinar.

Beberapa kali kami temui jalan buntu, atau bahkan jebakan-jebakan yang bisa membuat kami cedera.

"Ada yang aneh di sana," kata Sara seraya menghentikan langkahnya. Dia menjegat kami oleh tangannya untuk ikut berhenti dan mendengarkan sebuah suara yang samar-samar.

"Suara rantai," simpul Gigas yang disetujui Sara.

Aku mendadak punya perasaan khawatir. Ketika mereka bilang ada suara rantai, aku pun bisa mendengarnya dan memang itulah yang terjadi. Terdengar dengan jelas suara rantai bergemerincing seakan terseret di lantai dan berayun-ayun.

Di depan sana, hanya ada satu lorong menuju sebuah ruangan gelap. Sebab lentera merah tidak tampak berada di sisi dinding.

"Siapkan senjata kalian," titah Sara. "Gigas! Sana maju duluan!"

Meski enggan, Gigas bergerak dengan gagah. Dia genggam erat belati panjang yang terakhir kali kulihat dipakai untuk membantai beruang. Sementara aku hanya punya pisau kecil pemberian Gigas.

Kami mengikuti Gigas yang sudah masuk ke ruangan gelap itu. Tak kusangka ruangannya luas. Ketika kulihat langit-langit, ada sebuah lubang yang bisa dilewati satu orang. Namun, bukan hanya itu. Di ruang ini ada sebuah peti besi yang dikelilingi rantai kokoh dan seorang penjaga setinggi hampir dua meter yang mengenakan kepala kelinci yang menyeramkan.

Telinga kelincinya sungguh panjang. Matanya merah seperti kelinci pada umumnya yang kutemui di taman. Namun, yang membuat kami merasa ngeri adalah pria berkostum kelinci itu membawa sebuah rantai panjang yang dia permainkan dan menimbulkan bunyi gemerincing.

"Kurasa kita menemukan kelincinya," kataku.

Sara menyeringai seram untuk menandingi penampilan si pria berkostum kelinci. "Bagus bukan? Kita hanya tinggal buat dia melompat dan menangkan hadiah di dalam peti itu."[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro