21. Kenyataan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kurang seru. Mengapa Bibi Medea mudah dikalahkan oleh laki-laki pemalas itu?! Aku ingin membuat yang lebih seru. Aku ingin melihat sesuatu yang jauh lebih menghibur. Tapi, Bibi Medea sudah tidak berdaya di dalam ilusiku itu.

Kutatap raga Bibi Medea di sini dan terlihat masih dalam posisi semula. Tertidur pulas seakan tidak terjadi apa-apa. Tidak mengapa, kita lihat apa yang akan mereka lakukan ketika mengetahui isi peti hadiah itu tidak sesuai yang diharapkan.

Sara di perempuan bengal itu tampak memaki-maki keadaan. Dia limpahkan kemarahannya pada Bardi yang sama berangnya karena merasa sia-sia mendapat kostum kelinci lusuh. Sementara si laki-laki berbadan beruang alias Gigas sepertinya sudah kelelahan dan mungkun sebentar lagi akan jatuh pingsan. Mereka terlihat menderita dan frustrasi. Kurasa aku mulai suka pemandangan ini.

"Kau yang pakai kostumnya! Enak saja menyuruh-nyuruh orang tanpa mau melibatkan diri sendiri," teriak Bardi. Kulihat keberanian laki-laki itu mulai muncul dibanding sebelum-sebelumnya.

Sepertinya akan terjadi baku hantam sebentar lagi, dan tanpa sadar aku ternyata tersenyum. Ketika kedua orang itu masih saling berselisih, Gigas tiba-tiba menyahut dengan tenaga yang sudah sangat lemah.

"Bodoh! Apa kalian mau melupakan petunjuknya? Bisa jadi sebenarnya kostum itu yang kita cari. Bukan si manusia kelinci di sana," katanya sambil menunjuk Bibi Medea yang masih pingsan. "Biar aku saja yang pakai."

Gigas hampir saja akan meraih kostum kelinci di dalam peti itu, tapi tubuhnya keburu ambruk bahkan saat mencoba berdiri. Bardi kemudian meraih kostum itu dan segera memakainya. Sangat kontradiksi dari perkataannya yang semula tidak ingin mengenakan kostum itu.

Ketika laki-laki itu sudah selesai memakai kostum kelinci dengan benar, dia melihat satu-satunya lubang di atap yang hanya bisa dilewati satu orang. Dia lantas melompat seperti kalimat petunjuk yang diingatnya. Kemudian tubuhnya terangkat melewati lubang hingga mencapai pada puncak permainan. Sebuah ruang gelap yang akan menguak segala meburukan yang telah dia perbuat.

"Hai, Bardi. Kamu cukup cerdik juga untuk bisa sampai ke sini," sambutku yang segera masuk ke dalam iluso dan menemui laki-laki itu.

"Lilja! Aku senang melihatmu lagi."

Bardi tampak bahagia, tapi kurasa dia tidak akan merasa sebahagia itu ketika aku mengatakan. "Selamat sudah berhasil menuju puncak. Ada satu hal yang ingin kuberitahu padamu."

"Katakan, Lilja."

"Pertama-tama aku ingin kau lepas kostum kelinci itu dan lemparkan kembali ke tempat dimana kamu meninggalkan teman-temanmu."

Bardi menuruti kata-kataku. Setelah dia mengembalikan kostum itu ke tempat di mana Sara dan Gigas berada, aku baru bisa bilang satu hal yang dari awal kututupi untuk menunggu saat ini.

"Bardi, apa kamu tidak sadar bahwa sebetulnya kamu sudah lama mati?"[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro