Day 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Opsi Pertama

***

WFantasyClub, shianacaa, SmallTown_

***

Malam itu, saat temaram cahaya bulan diikuti taburan bintang tampak sibuk menghiasi langit di luar rumah, diriku justru sudah bersiap-siap untuk masuk ke dalam kehangatan yang diberikan selimutku. Entah mengapa semuanya terasa amat membosankan, yang kini membuatku memilih untuk tidur lebih cepat, padahal kini jam masih tampak menunjukan pukul delapan tepat.

Semua hal yang berhubungan dengan sesuatu yang terus dilakukan di rumah ini membuatku resah. Kutarik selimut dan mencoba untuk memejamkan mata. Tetapi, saat jiwaku perlahan mulai memudar, berusaha untuk menembus dinding penghubung antara dunia manusia dan dunia mimpi, tiba-tiba...

BRAK!

...ada sesuatu yang jatuh di atas lantai kamarku.

Aku langsung tersadar seketika tentu saja, dan yang paling membuatku malas adalah harus membersihkan sisa aliran sungai kapuas yang tampak di ujung bibirku. Aku berani bertaruh, padahal diriku belum sama sekali memejamkan mata lebih dari sepuluh menit.

Rasa penasaran tentu ikut menyeruak ketika melihat sebuah kotak aneh yang dengan tidak sopannya menggangu jadwal tidurku. Kuhampiri kotak tersebut dan menyambarnya dengan cepat. Dan, ketika kubuka, ternyata kotak itu berisikan sebuah telepon kuno.

Saat aku ingin segera membuangnya, ternyata ada dering yang menandakan adanya sebuah panggilan masuk dari telepon tersebut. Sontak, hal itu membuat aku terperanjat dengan ekspresi yang agak absurd. Aku berani bertaruh demi Dewa Neptunus yang ada dalam film Spongebob Squarepants, kalau hal ini mulai menyeramkan.

Oke, tenangkan dirimu dan angkat telepon itu.

"Ha--"

"Katakan satu permintaan apa pun dan aku akan mengabulkannya untukmu," ujar suara misterius dari seberang telepon yang memotong ucapanku.

"Pemintaan?" tanyaku dengan kernyitan cukup dalam.

"Iya, cepetan mau ngga? Malah tanya balik. Keburu abang-abangnya pulang nih."

Eh, ke mana nada seriusnya tadi? Dan kurasa, siapa pun orang yang ada di seberang telepon memiliki masa kecil yang suram.

"Beneran ngga?" tanyaku masih ragu.

"Ah, lama. Yaudah kalo ngga ma--"

"Eh, eh. Tunggu!" potongku. Kalau dipikir-pikir tawarannya cukup menarik dan sama sekali tidak merugikanku. Jadi apa salahnya aku mencobanya, 'kan? "Iya nih, baru mau bilang permintaanya."

"Nah, gitu dong. Lama banget. Keburu tukang masker naik haji nunggu kamu nyebutin permintaanmu!" Eh, bentar. Bukannya salah judul? Dan lagi, Mekkah 'kan ditutup?

"Oke, nih," ujarku, "peminatanku adalah..."

"Adalah...?"

"Bentar dong, jangan dipotong kalo orang lagi ngomong!" kesalku.

"Muehehe ... Ya maap."

Huh? Kayaknya dia belum pernah merasakan disleding Malaikat Izrail.

"Oke, permintaannya adalah..." Aku memberikan sebuah jeda agar lebih terkesan dramatis.

"...berikan aku seorang pacar."

"Mustahil!"

Lantas suara khas panggilan telepon yang ditutup terdengar. Shit! Telepon ini justru membuatku semakin kesal.

***403 Kata***

Protezye's Note

Yamaap. Untuk admin, kalian tidak perlu menilai cerita ini karena aku telat. Dan aku ingin memublikasikan cerita ini hanya untuk pencitraan biar terlihat jadi member yang rajin. Tapi kalo mau dinilai juga gapapa si:v Semalem udah nulis sampe selesai tapi lupa dipublikasikan:<

Untuk kalian semua. Jangan keluar dulu ya! Di rumah aja. Biar kita kaya Princess Rapunzel, wkwk...

Published in May 2nd 2020

Salim,

Protezye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro