In deeply (Costahollan)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng









Aku tidak tahu apa lagi yang harus aku tunggu untuk segera maju ke depan podium cathedral bersamanya, mengikat janji suci di hadapan saksi saksi atas cinta yang di bantu oleh pendeta di hadapan kita.

Diri ini benar benar bimbang, ragu atas tujuan utamaku yang mulai rapuh terkikis perlahan oleh senyawa dirinya, yang tampa sadar sudah melumpuhkanku dari awal pandang, mengalahkanku sejak kita pertama satu tautan pandangan yang begitu mendebarkan.

Keraguan ini sebelumnya tidak pernah muncul, se ramah apapun pria yang ku temui, sekaya apapun pria yang datang melamarku, tidak ada yang pernah membuatku ragu dan berfikir berkali kali atas prinsip utamaku, untuk menikah demi keuntungan, menikah dengan pikiran yang di kedepankan, untuk menyingkirkan cinta karena tahu bahwa itu adalah racun sifat manusia yang paling berbahaya.

Tapi bagaimana bisa aku malah terjebak dan benar benar jatuh dalam perasaan itu?

semakin kuat aku menyangkal bahwa aku telah jatuh hati padanya semakin dalam, semakin sakit pula rasa yang akan di timbulkan pada hatiku.

Mungkin aku benar benar mencintainya sejak ia menaruh padangan sopan penuh tata kramanya padaku di malam dansa festival malam itu, ketika awal kami bertemu. Atau mungkin saat ia mengengam tanganku ketika kami hendak melewati sungai kecil, melintasi batu batuan di atas sungai tersebut yang airnya mengalir jernih melewati batu batuan untuk mengalir turun, tanganya kala itu lembut juga hangat sampai sampai kehangatanya merabah pada tubuhku, juga perasaaanku.

Mencintainya seperti berdiri di tengah ladang pedesaan di siang hari, daun rumput tergesek perlahan akibat angin lembut yang datang seperti ombak di laut, berhembus lalu pergi, lalu kembali datang lagi, angin juga membuat dahan dahan daun pada pohon sekitar bergerak dengan tenang, menimbulkan suara yang nyaman dan menenangkan hati. Rasanya kakiku yang telanjang seperti menyentuh rumput yang sedikit hangat akibat paparan sinar matahati. Hidungku menghirup aroma segar dari oksigen tumbuhan disekitarku yang melimpah, rasanya segar tercampur sedikit bau lapuk ciri khas pedesaan. Lalu suaranya, aku selalu candu dengan suaranya. Menenangkan, membuat otot otot tubuhku meregang santai, seperti kalimat ajaib yang dalam mengubahku ku seketika. Kadang suara hewan hewan tumpang tindih, suara angin yang masuk dalam telingaku, suara gesekan dahan ranting ranting pohon, burung burung terbang di langit sana untuk berimigrasi, suara alam yang benar benar membuatku sadar bahwa dunia itu begitu indah.

Mencintainya seperti hal paling membahagiakan untuku, namun dicintai olehnya jauh lebih dari kata bahagia, dicintai olehnya seperti menyempurnakan yang sudah sempurna. Aku merasa penuh disi oleh dirinya.

Maafkan aku jika aku terlalu egois kepadanya, prinsip awalku yang membuat diriku maju dan mundur tidak jelas entah kemana, ragu ragu dalam mengambil keputusan, hingga akhirnya terus menimbulkan masalah demi mengundur waktu resminya kami akan naik ke podium.

Hatiku jelas mengatakan bahwa ia adalah orangnya, ia satu satunya. Seperti bentuk pertahanan otaku malah memunculkan pertanyaan pertanyaan untuk kembali bertanya padaku, apakah ia benar benar orangnya? Apakah aku yakin dengan keputusanku? dan yang terakhir adalah,

Apakah aku bisa menangung resiko untuk benar benar mencintainya? Sebab mencintainya mempunyai konsekuensi sendiri yang harus aku terima. Konsekuensi besar yang tercipta akibat situasi kita yang bertolak belakang.

Aku tidak peduli jika menikahinya membuat kastaku turun, menikahinya membuat hidupku tidak dilayani penuh seperti sekarang, menikahinya membuat aku harus beradaptasi pada budaya keseharian lingkunganya, mencintainya juga harus mencintai negara nya, lingkunganya, yang mana harus siap untuk mengacungkan tombak pada negaraku sendiri, pada keluarga dan kakek buyutku sendiri, pengkhianatan bangsa.

Aku berfikir jika diri ini terlahir dari negara yang sama denganya mungkin bisa di pastikan kita sudah menikah jauh jauh lebih awal, mungkin di umur saat ini kami sudah memiliki anak dan hidup di rumah kesayangan, rumah tenang yang banyak tumbuhan di dalamnya serta ayunan di taman belakangnya.

Rasanya menagispun tidak berguna, aku berdiri diantara garis lurus tipis yang langsung menghadapkan ku pada dua kenyataan yang berbeda, waktu memaksaku maju dengan mendorongku.

Aku tidak tahu, tapi aku berharap untuk diana di masa depan yang telah mengambil keputusan dari dua pilihan ini, semoga pilihanmu dan aku tidak menimbulkan penyesalan pada akhirnya.

"Apapun keputusanmu, aku terima."

"Bahkan jika itu menyakiti hatimu?"

"Hatiku hanya berperan untuk satu tujuan, Diana. Mencintaimu sepenuhnya. Persoalan dicintai balik olehmu itu di luar kendaliku"

"Aku mencintaimu, jayden."

"Aku tahu, Ann. Aku tahu. Tak apa jika kamu memilih keluarga, rumah, dan negaramu. Aku sendiri bahkan tidak akan bisa jika di hadapkan pilihan seperti itu, aku mengerti bahwa ini keputusan yang sulit."

"Andai saja kau tahu besarnya perasaanku padamu melebihi apapun, aku bisa saja memilihmu dan tidak mempedulikan itu semua, yang ku cari adalah jawaban dari pertanyaan pertanyaan rasional agar aku yakin pada pilihanku."

"Aku hanya bisa memastikan satu hal setelah kita menikah, bahwa aku tidak akan memgambil dirimu dari kehidupanmu sebelumnya. Aku akan menikahi dengan segala yang kau punya, segala bagian darimu, bahkan hingga atom terkecil yang membentukmu.

Karena aku mencintaimu lebih dari kata yang bisa aku ungkapkan."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro