Put your hand to my finger

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng









"Jadi KPK  dari dua buah bilangan prima x dan y adalah 14, dengan x > y. Nilai dari 3x-y adalah, Andiyen boleh berikan jawabanya."

Juana menghentikan ketukan pensil pada permukaan meja, tangan kanan yang menopang dagunya kini bergerak untuk menyentuh buku 1500 halaman di hadapanya. Selain itu matanya kini memandang perempuan di hadapanya dengan senyuman kecil, dirinya menungu yang di tanya oleh guru les mereka, akan segera menjawabnya.

Andiyen malah tampak ragu, matanya memandang lurus buku di hadapanya dengan tajam, saking tajamnya seperti laser akan keluar dari bola matanya. dalam seperkian detik, ekpresinya berubah menjadi panik, "emm emm antara A sama D" ujarnya gugup

Bu Fatma kini mengalihkan pandanganya pada juana. "kalau juana?"

pria itu tersenyum puas, "A."

Bu fatma menganguk, "iya, jawabanya adalah A."

Perempuan di hadapan juana menampilkan ekpresi kecewanya, nafasnya mendadak berat lalu pungungnya menjadi bungkuk tidak semangat.

Bu fatma melanjutkan bicaranya, "kita koreksi jawabanya dahulu ya, baru kita bahas bersama kalau Ancika—Harris, sudah datang kesini. Tapi kalau mereka lama, kita lanjutin dulu materinya."

ini adalah sore rutinan mereka belajar untuk sbm tahun ini. Walau ujian sbmptn masih 6 bulan lagi tapi sepertinya memang harus di persiapkan sejak awal, yah setidaknya begitulah dari saran bang dion.

Rumah sore ini yang di tempati untuk belajar adalah rumah Juana. Seharusnya harris sama harsa bisa dateng lebih dulu, tapi Harsa absen hari ini karena nyiapin party birthdaynya Kak Kaileen, sedangkan Ancika sama Harris masih di hukum di sekolah nyapu lapangan karena telat masuk sekolah.

Jadilah sisa andiyen sama Juana yang ontime. Sejujur jujurnya, andiyen mau bolos juga karena TAKUT KE RUMAHNYA JUANA.

Rumahnya juana sama harris tuh lumayan cukup sempit, gak sempit tapi oke cukup luas, tapi gak ada ruang buat belajar jadi kalau les pasti belajarnya di ruang tamu. Kalau di rumahnya harris sih andiyen bodo amat mau gimana gimana, tapi kalau di rumahnya Ju tuh andiyen agak takut karena mamahnya juana selalu mantau dari dapur sambil makan apel.

andiyen takut aja bodohnya ketauan. malu.

"Manakah hubungan yang benar antara kuantitas P dan Q ? Perhatikan tabelnya ya." Bu fatma melanjutkan pembacaan soal.

Mata andiyen jatuh lagi ke kertas bukunya, sedikit berharap kalau bu fatma gak ngelempar pertanyaan ke di—"andiyen?" bu fatma benar benar ngelempar pertanyaan ke andiyen.

perempuan itu semakin panik, matanya melirik juana yang memperhatikan perempuan itu dengan santai, mengetuk pensilnyanpada permukaan meja.

"Antara B sama...C"

juana menyusul suara andiyen dengan cepat, "aku B."

"iya, jawabanya B" jelas bu fatma

Perempuan dengan dress hitam tertutup itu melanjutkan pertanyaanya dengan kilat"Soal selanjutnya, andiyen jawabanya?"

"eh aduh.. C atau..atau A bukan bu?"

"kita liat nanti. Juana?"

"C bu"

"Jawabanya C."

"Soal selanjutnya, Juana apa jawabanya."

"C bu, jawabanya (2) dan (4) SAJA yang benar"

"Andiyen?"

".... C juga bu."

"Soal terakhir, Andiyen." Bu fatma membalik kertas soal dengan perlahan, matanya memandang soal terakhir dengan cermat.

Berbeda, andiyen menelan ludahnya susah susah, keringatnya mendadak dingin. Matanya melirik juana yang santai memperhatikan andiyen, seolah olah soal di hadapanya terlalu mudah untuk nya. Andiyen kembali fokus lagi pada kertas soalnya "B ya bu? Eh ...eh sebentar C?"

"Juana?"

"B bu."

"IYA BU MAKSUDNYA SAYA TUH B!" Pekik andiyen sekaligus menaruh pensilnya dengan sedikit hantaman pada permukaan meja, muka andiyen kini menekuk marah memandang kekasihnya yang kini menjadi rivalnya.

"Eh juana baca dulu dong soalnya, kamu udah tau jawabanya jangan jangan ya?!" Tuduh andiyen curiga

Pria itu terkekeh, balik menoleh pada bu fatma sambil menunjuk andiyen. "Tuh bu, masa ju di kira udah tau kunci jawabanya? HAHAHAH" ledeknya tertawa

bu fatma tertawa kecil sambil membenarkan poni panjangnya yang keluar dari sanggulanya. "Gak papa Andiyen, karena ini soal logika saya bisa mewajarkan kenapa buat juana ini mudah banget. Logika pria biasanya memang tajam."

Tapi muka andiyen masih di tekuk, menurut dia, juana tuh jawab bukan karena dia mikir, tapi ngejailin andiyen karena setiap jawaban juana itu pilihan pertama diantara dua pilihan andiyen yang dia sebutin. Andiyen udah tau gelagat juana kalau lagi iseng, senyumnya miring terus alisnya naik satu.

bu fatma mau izin ke kamar kecil, ngomongnya ke mamahnya juana yang duduk gak jauh dari mereka, terus mamahnya juana nganterin bu fatma buat ke kamar mandi. Walau bu fatma udah sering kesini tetep aja di anterin ke kamar mandi, manner bu fatma emang mantep banget sih.

"Heh" panggil juana pelan.

Andiyen yang merhatiin mamanya juana sama bu fatma mengarah, jadi noleh lagi ke si biang kerok yang lagi cengengesan.

andiyen ngerentangin badanya yang pegal akibat sudah 1 jam materi pertama berlanjut. "Kamu—ngasal kan?Atau mau sombong aja kan?"desak andiyen

Juana memutar pensil di jarinya. "tau ga salah kamu dimana?" Kini pensil yang di pegang juana menunjuk pada andiyen.

andiyen jadi bingung. "Salah? Dimana?"

juana mengambil pulpen andiyen yang tergeletak di atas bukunya. Lalu menunjukan pulpen andiyen dan pensil miliknya pada andiyen. "Menurut lo, diantara pensil sama pulpen lebih efektif mana buat nulis?" tanya juana serius

Perempuan itu mendecak sebal, mengira kekasihnya sedang melakukan lelucon lainya. "Apaan sih?"

"jawab aja serius."

mata perempuan itu bolak balik memperhatikan dua batang alat tulis di tangan juana. Perasaanya jadi bimbang tidak karuan.

Pensil atau pulpen? Andiyen lebih merasa pensil lebih efektif tapi pulpen juga punya kelebihan yang sama dengan pensil. Keduanya sama sama—

"Itu kesalahan kamu." Jawaban juana memecah pemikiran andiyen.

"gak bisa nentuin satu pilihan yang kamu yakinin." Lanjutnya, kini pulpen itu kembali ke atas buku andiyen.

Juana kembali membuka mulutnya ketika melihat andiyen masih kebingungan.

"bukan artinya kamu lama buat keputusan, tapi kamu sebenernya udah tau jawabanya yang bener mana, tapi kamu ragu buat ngomongnya. Itu alasan kenapa aku ngejawab pilihan yang pertama kamu, mancing supaya kamu punya percaya diri buat nunjukin apa yang kamu yakinin itu bener.

Kalau tadi kamu ngasih jawaban bener tampa ragu ragu, aku gak bakal kaya gitu kok.

toh emang kenapa salah? Keyakinan orang juga gak semuanya ada yang bener.

kamu gak boleh terbiasa jawab dua hal kaya tadi, dari pengalaman aku itu tuh cukup bahaya.

Sedangkan pas ujian nanti kita cuman perlu butuh satu jawaban yang bener, kalau misal jawabanya emang salah-yaudah yang penting percaya diri dulu.

Tapi sebenernya ya, sayang, aku juga iseng sih jailin kamu, WAJAHAJAHAHAHA SERIUS BANGET LAGIAN MUKANYA"

kata andiyen, kayaknya hari itu tuh panas banget, soalnya abis juana ngomong kaya gitu beneran pipi andiyen jadi panas—terus nyebar ke seluruh tubuh. "Kayaknya nih, udah mau musim panas gak sih?" andiyen ngipas ngipas mukanya pake kertas soal di depan dia

"i burn your heart, huh?"

"ju—aku balik nih?"

"Loh kenapa sayang?"

"ju aku telfon pak Selamet deh buat jemput"

"ih salting lo jelek, dasar monyet jepang."

"ASTAGAA TANTE ALESHA INI JU MASA NGATAIN AKUUUUUUUU MONYEEETTT!"

"IH ENGGA NDAA YALLAH BERCANDAAA"

"JUANA! BUNDA KARETIN NIH MULUTNYA?!"

Harris ancika masuk nenteng kertas plastik mcd dua bungkus besar.

"SIAPA NIH YANG BERANTEM?" entah kenapa harris ikut teriakan juga.

Ancika baru aja lepas sepatunya buru buru langsung neplak pala harris pelan. "Kenapa kalau ada yang berantem? Mau ikutan? heh kamu jujur, kamu kan yang tadi ikut tawuran sama anak sekolah sebelah?"

Harris sama Juana mendadak saling pandang.

"SIAPA YANG TAWURAN?!" Boss besar rumah anoraga dateng, om adji dateng balik kerja sambil melotot.

gak ada yang berani jawab.

"Juana sama harris om..." akhirnya andiyen angkat suara setelah mutusin buat balas dendam akibat juana ngejailin dia barusan.

"kak jevan juga ikutan..sama Aqil juga harsa..." lanjut ancika bisik bisik, dalem hati dia ketawa banget puassss udah cepuin aqil.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro