Samara dan Selamanya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Samara tahu kalau Erick tidak mempan dengan suara Sirennya. Berkali-kali ia mencoba menyanyikan lagu kebangsaan Siren untuk menghipnotisnya agar menyukainya tetapi itu gagal. Erick tampak biasa saja terhadapnya. Bahkan ketika ia harus memberitahukan perpisahannya dengan Erick--ia harus pergi dari kota ini, Samara masih gagal memberitahukan sekadar perasaannya.

Saat itu tengah hujan deras dan Samara sangat gelisah. Ia ingin mencoba menyanyikan lagu kebangsaan Sirennya lagi untuk Erick tetapi kali ini bukan untuk membuatnya menyukai Samara tetapi menciumnya. Ya, benar. Samara ingin punya kesempatan untuk mencium atau dicium oleh Erick sebelum ia harus pergi dan melupakan Erick serta semua kenangannya di kota ini. Namun, ia ragu.

"Apakah kau tidak bisa tinggal saja?" Erick di samping Samara, sama-sama di bawah guyuran hujan gerimis tetapi enggan berteduh.

"Aku tidak bisa," katanya pelan.

"Tidak bisakah barang sedikit pun?"

Samara menggeleng. "Kita hanya teman Rick, bagaimana pun aku harus mengikuti klanku pergi."

"Teman? Jadi selama ini kau menganggapku teman?"

"Tidak, maksudku kau sahabatku tetapi klanku...."

"Hanya sebatas sahabat? Kukira, kita lebih dari itu...."

Samara kian bingung. "Kalau begitu kau saudaraku Rick, tetapi mereka klanku."

"Bahkan saudara? Sepertinya aku salah menangkap kodemu." Erick menatap Samara seolah tak percaya.

"Kukira aku adalah seseorang yang spesial untukmu, bahkan kau sering menyanyikan lagu indah saat aku tidur. Atau bahkan ketika kita berduaan kau selalu menyanyikan lagu yang kupikir kau ciptakan khusus untukku. Aku tahu Siren suka menyanyi. Jadi...."

"Jadi, kita hanya sebatas itu?" tambah Erick yang sedikit marah kemudian membuat Samara sadar.

Bukan, bukan soal lagu Sirennya yang sepertinya tidak mempan pada manusia seperti Erick. Namun sepertinya sejak awal, sejak pertama kali Samara mencoba menyanyikannya pada Erick. Erick ternyata sudah jatuh padanya duluan.

Samara jadi tergagap. Ia memegang tangan Erick dan mendorong bahunya ke bawah agar sejajar dengannya lalu....

Memukulkan jidatnya pada Jidat Erick.

"Hei!" Dia kesakitan.

"Diam!"

Samara langsung mengecup bibir Erick sembari memegang kepalanya untuk hanya padanya dan itu membuat Erick juga tersadar.

Ada deru napas membara ketika mereka memasang jeda.

"Sekarang sudah jelas, bukan? Kau lebih dari itu, Rick."

Erick terlihat berlinang air mata dan memeluk Samara.

"Kalau kau mau, mari jadi gelembung air hujan. Agar aku tidak mengikuti klanku dan akan terus bersamamu. Selamanya."

"Selamanya."

Erick memeluk Samara dan selamanya.

Nyanyian kebangsaan Siren terdengar tetapi bukan keputusasaan mengharapkan cinta lagi. Namun, kemanisan gelembung air hujan yang meletup-letup di atas genangan air.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro