Ex.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

-Taehyung's Apartement-

"Hyung! Buka pintunya! Ini Aku, Jungkook."

*Ceklek~

Pintu terbuka, dengan tergesa-gesa Jungkook langsung masuk dan mencari keberadaan istrinya.

"Ji In dimana, hyung?" Panik Jungkook.

"Ji In tidak disini. Ji In sudah pulang bersama Jiwon." Sahut Somin.

"Untuk apa kau mencarinya? Belum puas membuatnya menangis? Dasar!" Sinis Somin.

Jungkook diam, ia tidak mengerti ucapan Somin yang seakan menyudutkannya.

Taehyung menghampiri Jungkook.

*Pluk

Taehyung menepuk pundak Jungkook dan berkata,

"Bicaralah baik-baik dengan Ji In. Jika memang ini salah paham, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan minta maaflah jika kau memang salah."

Jungkook masih belum paham maksud ucapan Taehyung.

"Kau tahu, kan? Wanita akan sangat sensitif jika sudah menyangkut dengan seseorang yang pernah ada di masa lalu kita." Lanjutnya.

Jungkook mengernyitkan dahinya

"Seseorang di masa lalu?" Ulang Jungkook.

Taehyung mengangguk.

Jungkook mencoba memahami ucapan hyung-nya.

"Mungkinkah karna itu Ji In menangis?" Ujar Jungkook lirih.

"Pulanglah!" Titah Taehyung.

Jungkook mengangguk mantap.

"Baiklah, hyung. Aku pulang dulu, hyung. Terima kasih sudah menjaga Jiwon."

Kemudian Jungkook meninggalkan apartement Taehyung.

.
.
.

-Kediaman Jungkook&Ji In 05.35 PM-

"Sayang~" panggil Jungkook saat ia tiba di rumah.

"Ji In-ah~"

Langkah kaki Jungkook yang tergesa-gesa berhenti di depan pintu kamar. Jungkook membuka pintu, pandangan pertama yang ia lihat adalah Ji In yang duduk di depan meja rias.

"Sayang, kau disini rupanya. Kenapa tidak menyahut saat Aku panggil?" Jungkook mendekat ke arah Ji In.

Ia berdiri di belakang Ji In.

"Kenapa kau pulang tanpa memberitahuku? Kenapa kau pulang sendirian, hmm?" Tanya Jungkook lembut.

Ji In tidak bergeming. Ia masih sibuk membersihkan make up tipis di wajah cantiknya.

Jungkook melepas jas yang ia kenakan lalu memeluk tubuh munggil Ji In dari belakang. Menatap manik mata sembab sang istri dari pantulan cermin.

"Taehyung hyung meneleponku, dia bilang kau menangis. Sebenarnya ada apa? Ceritakan pada oppa." Tanya Jungkook lagi.

Masih belum ada jawaban dari Ji In.

Jungkook menghela nafasnya lalu berkata,

"Apa karna kau melihatku bersama Sewon noona di depan toilet tadi?" Jungkook to the point.

Mendengar nama yeoja yang bersama Jungkook disebut, Ji In langsung melepas pelukan sang suami dan berdiri hendak meninggalkan suaminya.

Ji In berniat keluar kamar namun pelukan Jungkook menghentikannya. *backhug

"Ji In-ah, tolong dengarkan penjelsanku. Jika memang benar kau seperti ini karna melihatku bersama Sewon noona, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melukai hatimu apalagi membuatmu menangis. Ini hany---"

Ucapan Jungkook terhenti saat tiba-tiba Ji In melepas pelukannya dan berkata,

"Cukup oppa! Hentikan semua omong kosongmu itu!"

"Dengarkan oppa dulu." Ujar Jungkook lembut.

"Aku bilang CUKUP!" Nada bicara Ji In meninggi.

Ji In berbalik menghadap Jungkook hingga Jungkook dapat melihat mata Ji In yang memerah.

"Jika memang oppa tidak ingin melukaiku, tidak ingin membuatku menangis, lalu kenapa oppa bersama yeoja itu? Hiks.." Ji In tak dapat membendung air matanya lagi.

Deg!

Jungkook mematung saat melihat Ji In menangis.

"Asal oppa tahu, bahkan hanya mendengar namanya saja itu sudah cukup membuatku terluka. Apalagi aku harus melihatmu bersamanya. Hiks.."

Jungkook masih terpaku, ia tak menyangka akan membuat istri yang paling ia cintai kembali meneteskan air matanya lagi.

"Hiks.. Apa oppa sudah lupa apa yang yeoja itu lakukan pada kita? Pada hubungan kita? APA OPPA LUPA? Hiks.. hiks.."

Ucapan Ji In membuat Jungkook memutar memorinya kembali ke masa lalu.
Jujur, bahkan hingga saat ini Jungkook masih mengingat apa yang yeoja itu lakukan padanya dan juga Ji In.

"Kenapa tidak menjawab? Apa oppa benar-benar lupa?"

Ji In menghapus air matanya.

"Harusnya oppa tidak lupa dengan yeoja itu. Yeoja yang dulu pernah kau cintai..."

Jungkook membulatkan matanya.

"Yeoja yang meninggalkanmu demi namja lain. Yeoja yang mengemis cintamu lagi saat kau sudah mapan..."

"Geumanhae, Ji In-ah" Ujar Jungkook berusaha menenangkan sang istri.

"Wae? Apa oppa juga lupa bahwa dialah yeoja yang berusaha menggagalkan penikahan kita? Yeoja yang berusaha membuat rumah tangga kita hancur? Yeoja yang berusaha mencelakai anak kita. APA OPPA JUGA LUPA AKAN HAL ITU?"

Tangisan Ji In semakin menjadi.

Grep~

Jungkook merengkuh tubuh mungil Ji In.

"Mianhae~ jeongmal mianhae." Tulus Jungkook.

"Aku benci kau! Aku benci hiks.. aku benci. Lepaskan aku! Lepas! Hiks.." ronta Ji In.

Jungkook semakin mempererat pelukannya. Ia merasa sangat bersalah.

"Jeongmal mianhae, Ji In-ah."

"Hiks.. hiks.. kau jahat, aku benci kau. Aku benci!" Ujar Ji In sambil terus memukul dada bidang suaminya.

"Mianhae, ini tidak seperti yang kau kira. Kau hanya salah paham, sayang." Jungkook berusaha menjelaskan.

"Hiks.. hiks.. kenapa oppa tega padaku. Kenapa?"

Merasa Ji In tidak lagi meronta, Jungkook kembali mempererat pelukannya. Ia belai rambut sang istri dengan penuh rasa sayang.

"Mianhae, jeongmal mianhae." Lagi-lagi Jungkook meminta maaf.

"Hiks.. hiks.. tahukah oppa bahwa aku benar-benar takut?" Ujar Ji In di sela tangisanya.

"Aku benar-benar hiks.. takut oppa meninggalkanku dan Jiwon hanya demi yeoja itu..." lanjutnya.

"Aku hiks.. benar-benar takut hiks.. hal buruk di masa lalu kita terulang. Oppa~ hiks.. Aku benar-benar takut hiks.. hal itu terjadi lagi."

Dengan susah payah Ji In mengungkapkan isi hatinya dan membuatnya kembali meneteskan cairan beningnya lagi.

Chup~ 💋

Jungkook mengecup puncak kepala Ji In, membelai rambut Ji In. Ia berusaha menenangkan sang istri.

"Jangan takut, sayang. Oppa tidak akan pernah meninggalkanmu dan juga uri Jiwon."

Chup~ 💋

Jungkook kembali mengecup Ji in.

Jungkook melepas pelukannya. Ji In masih terisak. Manik mata mereka bertemu. Jungkook menghapus air mata Ji In dan berkata,

"Saranghae. Chup~ 💋"

Jungkook mencium kening istrinya dengan lembut.

"Jeongmal saranghae. Hanya kau yang aku cinta, hanya kau yang bisa membuat jantungku berdebar, hanya kau yang bisa membuatku bahagia. Hanya kau, Park Ji In..."

Jungkook mengusap lembut pipi kanan sang istri.

"Aku benar-benar beruntung memilikimu, aku bahagia ada kau di sisiku. Hanya saja, aku tidak yakin apakah kau juga bahagia hidup bersamaku. Aku yang selalu membuatmu menangis karnaku, aku yang selalu melukai hatimu, aku yang egois. Mianhae.." Ujar Jungkook lirih.

Ji In yang sedari tadi menyimak ucapan Jungkook, ia mengulurkan tangannya untuk meraih wajah tampan sang suami.

Ji In tersenyum di sela tangisnya.

"Aku bahagia, sangat bahagia. Aku juga beruntung memiliki teman hidup seperti kau..."

Chup~ 💋

Ji In mengecup bibir kissable Jungkook.

"Jadi jangan pernah berpikir bahwa aku tidak bahagia hidup denganmu. Arra?" Lanjut Ji In lalu tersenyum.

Jungkook tersenyum lalu mengangguk tanda mengerti.
Jungkook kembali memeluk Ji In.

"Terimakasih untuk semuanya, aku mencintaimu."

"Nado."

"Sayang~" panggil Jungkook.

"Hmm?"

"Sebenarnya.. aku dan.. emh, begini.. jadi aku dan.." Jungkook gagap.

"Bagaimana cara menjelaskannya? Ji In akan marah jika aku menyebutkan nama. Tapi aku ingin semuanya jelas, tidak ada salah paham lagi. Bagaimana ini?" Batin Jungkook.

"Yang kau lihat itu hanya salah paham, aku dan.. aku tidak sengaja bertemu dengannya. Aku juga tidak tahu kalo dia juga datang di pernikahan temanmu. Dia hanya menyapaku dan ingin berfoto denganku, tidak lebih dari itu..."

Ji In tidak merespon membuat Jungkook takut kalo istrinya akan marah lagi.

"Sayang, kau tahu maksudku kan? Kau marah? Kenapa diam saja?"

Ji In tersenyum.

"Aku mengerti. Tapi aku tetap tidak suka jika oppa bersama yeoja nappeun itu. Aku benar-benar tidak suka."

"Mian.."

"Oppa harus janji ya, jangan pernah mengulanginya lagi. Jika bertemu dengan yeoja itu dan ia meminta apapun itu oppa harus menolaknya."

"Dan.. bolehkah aku meminta satu hal?"

"Tentu saja."

"Bisakah oppa hanya mencintaiku seorang? Bisakah oppa hanya melihatku seorang?"

"Tentu saja, sayang. Hanya kau satu-satunya yeoja yang aku cinta."

"Terimakasih, oppa."

"Tunggu dulu, mungkin suatu saat cinta oppa akan terbagi dengan yeoja lain." Goda Jungkook.

"Mwo?" Ji In terkejut.

"Yeoja itu adalah anak perempuan kita kelak, sayang. Jangan salah paham lagi. Hhehe.."

"Yak! Oppa!"

Mereka tertawa bersama..


Wanita bukan sensitif dengan "siapa" yang ada di masa lalu kita. Tetapi dengan "apa" yang terjadi di masa lalu kita.” - JK
.
.
.
.
.


Hai readers kesayangan.. 😘
Maaf, lagi-lagi author lama up. Maaf banget udah buat nunggu lama..

"Elah, emang kita nunggu next chap ape? PD lu, thor." -readers

"Udeh bilang aja nunggu, nyenening ati aing udeh." -author

Hhehe.. pokoknya author minta maap yang sebesar-besarnya, sebesar cinta author ma jk 😅 Muah muah.. 😘

Btw,

Udah tau kan kenapa Ji In nangis kejer habis dari hajatan temennya. Ya, betul. Gegara si Sewon, mantan Jungkook. Gegara hal pahit di masa lalu mereka juga.

Buat yang masih penasaran sama cwo yg di hajatan, tunggu aja ya.

Btw, 1k+ words nih. Jangan lupa votenya ya. Jangan jadi siders. Ehhe.. 😅

SORRY FOR TYPO~

Makasih, makasih, makasih.. 😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro