Enemy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yena menatap sosok Mark yang ada di hadapannya. Dari pancaran mata yang Yena tunjukan, Mark sudah tahu kalau wanita itu pasti sudah mendengar mengenai identitasnya dari Jaerin.

"kau luar biasa ya Mark tuan" sarkas Yena setelah membiarkan hening bermain cukup lama diantara mereka.

Mark yang mendengar itu hanya diam sambil melayangkan tatapannya kesekitar atap gedung fakultas tempat dirinya dan Yena kini berada. Pria itu memastikan kalau hanya mereka disana sebelum akhirnya memilih mendekat pada Yena.

"jadi yeoja es itu sudah mengatakan semuanya padamu ya?" Mark berujar pelan membuat alis Yena saling bertaut.

Dipandanginya wajah Mark lamat2, yang seolah menyiratkan kecemasan yang terlihat jelas olehnya.

"aku kira dia bercanda saat bilang ingin mengatakan perihalku pada kalian. ternyata..." Mark memenggal ucapannya sendiri.

"kenapa? kau takut?" ejek Yena

Mark menarik sebuah senyum miring diwajahnya, kemudian berjalan memutari tubuh Yena dan berdiri tepat dibelakang yeoja itu.

"kenapa aku harus takut? Apa karena tingkatanmu lebih tinggi dariku?" balas Mark.

sesaat Yena diam di tempatnya, bukan karena apa yang Mark ucapkan..melainkan karena tangan namja itu yang seperti menuliskan sesuatu di punggunya.

"kenapa kau diam profesor? Apa ucapanku benar?" Mark berujar masih menuliskan sesuatu di punggung Yena.

"kau begitu sombong Mark tuan?" balas Yena mencoba memfokuskan perhatianya pada tiap kata yang Mark tulis.

"aku tidak sombong profesor Chae Yena....aku menyebut sikapku ini sebagai rasa percaya diri yang tinggi"

Yena berdecih pelan sambil melirik kearah pintu masuk. Ada sosok lain disana berdiri dibalik pintu tersebut. Yena memang tak melihat langsung, namun aura mancer yang cukup kuat membuat yeoja itu yakin dengan intuisinya.

Belum lagi apa yang Mark lakukan padanya, sejak tadi pria yg merupakan musuh mereka itu terus menerus menuliskan kalimat yang tak bisa diucapkan oleh bibirnya di punggung Yena.

"sekarang kau sudah tahu identitasku profesor...apa kau akan menyerangku?" bisik Mark tepat di telinga Yena.

Yena menolehkan pandangannya pada Mark yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.

"tentu" jawab Yena tanpa basa basi.

Seketika tubuh Markpun terjungkal kebelakang akibat sihir air yang baru saja Yena lancarkan, tepat setelah yeoja itu berujar padanya. Mark sendiri tak tahu darimana Yena mendapatkan air yang baru saja diarahkan padanya, mengingat di tempat tersebut sama sekali tak ada sumber air.

"kenapa terkejut?" Yena tersenyum penuh kemenangan.

"ish" gerutu Mark sambil memegang dadanya.

Pria itu berusaha bangkit walau sedikit kesulitan kemudian memandang tajam kearah Yena yang masih menyunggingkan senyum kearahnya.

"kau cukup hebat mengendalikan aura mancer hingga aku tak sadar kalau musuhku sangat dekat denganku" Yena berujar sambil berjalan mendekati Mark.

"tapi kurasa...kekuatanmu tak cukup hebat untuk melawanku" tambah Yena lagi seraya memutar jari telunjuknya keudara.

Perlahan butir2 air yang entah datang darimana berkumpul, lantas membentuk sebuah bola air sebesar bola basket. Mata Markpun membulat melihat itu, membuat Yena semakin mengembangkan senyum kearahnya.

"air itu adalah elemen yang paling banyak setelah udara Mark tuan. Bahkan di udara yang tengah kau hirup ini...terdapat jutaan elemen air di dalamnya" Yena berujar seperti ingin mengejek pengetahuan Mark.

"sepertinya satu2nya materi yang kau kuasai itu hanya bahasa inggris ya, sampai2...kau tak tahu soal ini" tambah Yena sambil menggulirkan bola airnya kearah Mark.

Kali ini Mark tak mau serangan Yena mengenainya, dengan cepat namja itupun menghindar membuat air yg Yena arahkan membentur tembok pembatas gedung dengan keras.

"aish...kau benar2 membunuhku ya prof?" gerutu Mark saat melihat tembok pembatas yang baru terkena serangan air milik Yena sedikit terkelupas.

"tentu saja...apa kau pikir aku akan membiarkan kau hidup?" balas Yena kembali membentuk bola airnya.

Melihat itu Mark ikut mengerahkan kekuatannya, namja itu dengan cepat menarik bayangan Yena dan mengikatnya. Seketika Yenapun tak bisa bergerak, membuat Mark mengukir senyum kemenangan di wajahnya.

"bagaimana prof? Apa masih mau meremehkan...akh" ucapan Mark terpotong saat merasa sebuah benda cair menghantam bagian belakang kepalanya.

Tubuh Markpun tersungkur kedepan menjadikan sihir yang baru saja dilancarkannya untuk Yena terlepas begitu saja.

"dasar bocah...apa kau pikir aku hanya bisa mengendalikan kekuatanku hanya dengan tangan huh?" ejek Yena sambil menarik air yang membasahi tubuh Mark.

seketika tubuh Mark kembali kering karena kekuatan Yena, yeoja itu bahkan memamerkan bagaimana dia mengendalikan kekuatan dengan cara melipat kedua tangannya di dada.

"lihat...aku bisa menggunakan kekuatanku tanpa menggunakan tanganku sama sekali" tukasnya dengan nada mengejek.

Mark kesal melihat itu, terlebih saat melihat tatapan mata yang Yena arahkan padanya. namja itupun cepat2 bangkit lantas berdiri sambil membalas tatapan Yena untuknya.

"masih belum menyerah?" sarkas Yena

"belum" jawab Mark lantas mengurung tubuh mereka dalam kubah bayangan buatannya.

Pandangan Yena menggelap namun berusaha tetap tenang di tempatnya. Cukup lama Yena bertahan dalam posisinya hingga yeoja itu merasakan aura mancer yang kuat tepat dihadapannya.

"kenapa kau melakukan ini?" tanya Yena dengan suara berbisik.

Tak perlu melihat, Yena bisa tahu kalau saat ini Mark tengah berdiri dihadapannya.

"kau bisa bicara dengan biasa, kubah ini kedap suara...jadi apapun yang kita bicarakan takkan terdengar dari luar"

"arasso" jawab Yena tenang masih tak bergeming dari posisinya.

Sesaat yeoja itu diam, begitu juga dengan Mark.

"jadi...kau bisa mengerti pesan yang kutulis tadi bukan?" Mark mulai membuka suaranya.

Namja itu sedikit cemas kalau2 Yena tak berhasil membaca tulisannya, karena kalau boleh jujur Mark itu sedikit buruk dalam menulis huruf hangul.

"jangan menyebut nama Jaerin" ulang Yena pada tulisan yang Mark ukir dipunggungnya tadi

Helaan nafas terdengar bertanda Mark lega dengan apa yang Yena ucapkan.

"kenapa?" Yena kemudian bertanya

Kali ini Mark hanya diam membuat Yena sedikit cemas, yeoja itu bahkan sudah menajamkan instingnya guna memastikan kalau shadow mancer itu masih berada disana.

"aku tak mau dia terluka" jawaban itu membuat Yena sedikit terkejut.

"jika rekanku yang dibalik pintu itu mendengar nama Jaerin...pasti dia akan langsung menuju gadis itu dan melukainya. Aku tak mau itu terjadi, karena itu memintamu tak menyebut namanya" jelas Mark

"lalu bagaiman denganku? Apa kau tak perduli dengan keselamatanku?" tanya Yena

"tidak...aku tak perduli padamu" jawab Mark mudah.

Yena terkekeh mendengar itu membuat Mark justru merasa heran.

"aigo...kurasa Ice mage kami berhasil menjeratmu ya" tukas Yena sambil kembali terkekeh di ujung kalimatnya.

Mark kembali tak menjawab dan membiarkan Yena menikmati tawa yang diurainya.

"huft" perlahan tawa Yenapun berhenti.

"lalu...apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Yena kemudian

Masih tak ada jawaban dari Mark, namja itu masih setia dalam diamnya.

"haruskah aku melepaskanmu? Atau aku justru harus membunuhmu sekarang?" kali ini Yena memberikan dua pilihan pada Mark.

"lepaskan aku" walau tak bisa melihat wajah Mark, Yena yakin kalau saat ini namja dihadapannya itu memasang wajah memelas.

Hal itu sangat terdengar dari nada suara namja itu saat mengatakan jawaban kepadanya.

"kenapa?" lagi2 Yena bertanya

"karena aku ingin melindunginya" jawab Mark yang mengerti maksud pertanyaan yang Yena utarakan.

Kali ini gantian Yena yang terdiam mendengar jawaban yang Mark ucapkan.

"aku tak boleh mati...karena jika tidak aku tak bisa melindunginya lagi" ujar Mark penuh kesungguhan

"aku bisa melindunginya jadi..kau bisa mati dengan tenang" balas Yena kemudian.

"tidak...aku harus memastikan kalau dia benar2 selamat, karena itu aku tak boleh mati"

"kalau memang begitu yang kau mau...kenapa tak bergabung saja dengan kami?" Yena coba memberi pilihan pada Mark.

Lagi2 namja itu bungkam mendengar penuturan yang Yena lontarkan padanya.

"aku tak bisa" suara Mark terdengar lemah

"kenapa? kau takut dengan mastermu?"

"bukan...bukan itu alasanku"

"lalu?"

Terdengar helaan nafas putus asa dari Mark membuat Yena hanya bisa bungkam menunggu lelaki itu menjawab pertanyaannya.

"aku tak ingin melawan sahabatku sendiri" jawab Mark

"maksudmu...mancer yang ada dibalik pintu itu?" tukas Yena

"ne....dia juga Hanbin"

"lalu bagaimana dengan Blood dan Nightmare?"

"aku tak terlalu akrab dengan mereka"

Yena mengangguk2 pelan mendengar itu, walau dirinya sendiri tahu kalau Mark tak mungkin bisa melihatnya.

"baiklah...kalau begitu aku akan melepaskanmu kali ini" tukas Yena kemudian.

"tapi...untuk itu, aku harus menyelesaikan sandiwara ini dengan baik bukan?" tambahnya membuat Mark keheranan.

Belum lagi rasa heran Mark terjawab, tiba2 namja itu merasakan dorongan air keras yang mengenai tubuhnya. Mark terbanting beberapa meter kebelakang dan hal tersebut membuat kubah bayangan yang dia buat menghilang seketika.

"uhuk..uhuk..sial" gerutu Mark sambil menatap lurus kearah Yena.

"otte?" smirk Yena kembali terukir.

Mark tak bisa berkutik, serangan tiba2 Yena cukup mampu membuat pria itu tak berdaya.

"baiklah...satu serangan terakhir dan semua ini akan selesai"

Kembali Yena menggerakan tangannya di udara. Kali ini yeoja itu membentuk uap air menjadi sebuah selendang yang cukup panjang. benda itupun meliuk indah memutari tubuh Mark, membuat namja itu seketika tenggelam dalam penjara air yang dia buat.

Mark coba melepas diri dari penjara air yang Yena buat, namun betapapun kerasnya usaha namja itu..tak membuahkan hasil sama sekali. nafas Mark bahkan nyaris habis, saat sebuah botol kecil bergulir kearah Yena.

Sadar ada bahaya lain yang mendekat, Yena segera melompat dengan cepat menghindari serangan tersebut.

DUARR

Botol itu meledak tepat setelah Yena menghindar. Asap birupun memenuhi tempat itu membuat pandangan Yena sedikit mengabur. hanya beberapa saat setelahnya, asap biru memudar bersama dengan sosok Mark yang sudah hilang dari hadapannya.

"sudah hilang ya" bisik Yena entah pada siapa

Sebuah senyum kembali Yena ukir diwajahnya, lantas dengan langkah tenang yeoja itu berlalu meninggalkan tempat tersebut.

*

"Adachi Yuto" panggil Yeseul pada Yuto yang tengah berbincang dengan Wooseok di kelas.

Yang dipanggilpun menoleh, begitu juga dengan Wooseok yang berada tepat disampingnya.

"ne, saem" jawab Yuto kemudian

"keruanganku sekarang" perintah Yeseul lantas berlalu begitu saja.

Sepeninggalan yeoja itu, Yutopun menatap Wooseok yang melayangkan pandangan penuh tanya padanya.

"ada apa?" tanya Wooseok.

"entahlah" Yuto berujar sambil mengendikan bahu

"kau berbuat salah?" kembali Wooseok bertanya

"kurasa tidak"

Yutopun bangkit dari duduknya membuat Wooseok ikut mengadahkan pandangannya menatap Yuto.

"aku pergi dulu" pamitnya sambil memukul pundak Wooseok pelan.

Wooseok mengangguk kemudian membiarkan Yuto beranjak. di depan pintu kelas, Yuto sempat menoleh sesaat pada Sooran yang juga menatap kearahnya. Sebuah senyum tipispun namja itu arahkan pada gadis tersebut sebelum benar2 berlalu meninggalkan kelasnya.

Selang beberapa waktu kemudian.

Sosok Yuto sudah berada di depan ruangan Yeseul, dengan tenang namja itupun mengetuk pintu ruang BK tersebut.

"masuk" suara Yeseul terdengar dari arah dalam

Masih dengan sikap tenangnya, Yutopun meraih handle pintu lantas membukanya. namja keturunan Jepang itupun segera masuk setelah lebih dulu menutup pintu ruangan tersebut lagi.

"duduklah" perintah Yeseul sambil menunjuk kursi yang ada dihadapannya.

Yuto menurut dan mendudukan tubuhnya di kursi yang Yeseul makasud.

"aku sudah tahu siapa kau sebenarnya" tanpa mau berbasa basi Yeseul kembali buka suara tepat setelah Yuto duduk dengan nyaman di kursinya.

Menanggapi hal itu Yuto hanya mengernyitkan alisnya sambil menatap gurunya tersebut.

"jangan memasang wajah seperti itu, aku juga tahu kau sengaja menunjukan auramu padaku untuk mempermainkanku" tukas Yeseul membuat Yuto menarik sebuah senyum diwajahnya kini.

"kita hentikan permainan disini karena aku ingin....kau bekerja sama denganku"

Senyum yang baru saja terukir diwajah Yuto menghilang seketika berganti dengan tatapan kaget.

"katakan juga pada mastermu...aku ingin bertemu dengannya" kembali Yeseul berujar dengan nada tegas seakan tak ingin dibantah.

"kenapa aku harus melakukan apa yang kau katakan saem?" tanya Yuto kemudian

"jangan banyak bertanya dan lakukan saja apa yang kupinta" balas Yeseul

"kalau aku tak mau?"

"aku tak menerima penolakan Adachi...jadi lakukan saja"

"dan aku tak mau melakukannya, jadi...apa yang akan kau lakukan padaku?"

Kata2 Yuto berhasil membuat Yeseul kesal, hal itu sangat jelas terlihat dari pancaran matanya.

"aku hanya perlu kerja samamu Adachi" Yeseul kembali berujar setelah mencoba menekan kesal yang dirasakannya.

Yuto memamerkan senyum remah pada sang guru sembari menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"aku tak yakin masterku akan setuju bertemu denganmu" tukasnya angkuh.

"jika dia tak mau bertemu denganku, maka aku yang akan menemuinya" balas Yeseul tak kalah angkuh.

"kalau begitu temui saja sekarang, kenapa kau harus repot2 memintaku datang kemari" jelas sekali Yuto meremehkan Yeseul.

Merasa tak suka dengan itu, Yeseulpun menatap tajam kearah Yuto membuat namja dihadapannya tersebut ikut membalas tatapan wanita tersebut.

"baiklah...kalau begitu aku akan langsung menemuinya" tukas Yeseul kemudian

Yuto hanya mengangguk pelan mendengar apa yang baru Yeseul ucapkan, kemudian kembali meneggakan tubuhnya.

"kau hanya ingin mengatakan itu bukan saem?" tukas Yuto yang hanya dibalas bungkam oleh Yeseul.

"kalau begitu aku pamit ya" tambah namja itu lagi kemudian bangkit.

Dengan pelan Yutopun beranjak dari duduknya, lantas kembali berjalan menuju pintu masuk.

"oh ya saem" namja itu berbalik menatap Yeseul yang masih memperhatikan penggerakkannya.

"semoga berhasil" tukasnya sambil tersenyum lebar.

Yeseul menahan dirinya untuk tidak mengumpat pada namja dihadapannya tersebut. sedangkan Yuto yang tahu kalau Yeseul tengah menahan dirinyapun terlihat tersenyum puas. Pria itu benar2 berlalu kini, meninggalkan Yeseul di dalam ruangannya.

Dengan langkah pelan dan teratur Yuto kembali berjalan menuju kelasnya. Namun di ujung koridor, pria itu menghentikan langkahnya saat berpaspasan dengan sosok Minju. hal yang sama dilakukan oleh gadis tersebut, Minju...terlihat menatap heran kearah Yuto yang menatapnya tajam.

"sunbae...bisa kau minggir sedikit, kau...menghalangi jalanku" Minju berujar masih sambil menatap tepat ke iris gelap Yuto

Tak ada tanggapan dari Yuto, namja itu bahkan tidak bergerak dari tempatnya walau sedikitpun.

"sunbae..."

"kau bisa merasakanya bukan?" cepat Yuto memotong ucapan yang akan Minju katakan padanya.

Kali ini giliran Minju yang tak memberi tanggapan atas ucapan yang Yuto lontarkan.

"kurasa kau lebih peka dari yang lain soal aura yang ada disekitarmu" tambah Yuto lagi

Minju mengerti maksud ucapan dari Yuto, namun gadis tak berusaha menjawab perkataan Yuto barusan.

"kau bahkan bisa mengendalikan dirimu dengan baik" Yuto kembali berujar sambil tersenyum tipis.

"tolong minggir sunbae, aku harus mengantar ini ke tempat Yeseul saem" Minju coba mengalihkan pembicaraan mereka.

Yuto terkekeh pelan mendengar itu, lantas namja tersebutpun menggeser tubuhnya agar Minju bisa melewatinya.

"gamsahamnida" Minju mengangguk pelan lantas mulai beranjak meninggalkan Yuto.

Hanya beberapa langkah Minju berbalik kemudian kembali menatap Yuto yang masih memandang kearahnya. Lagi2 namja itu tersenyum kearah Minju membuat gadis tersebut kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat.

*

"oppa aku pulang" suara nyaring Minsun terdengar dari arah pintu masuk.

Dengan riang gadis itupun memasuki kediamannya yang terlihat begitu sepi.

"oppaaa....aku pulang" kembali dia berujar karena tak mendapati sambutan dari sang kakak.

Alis Minsun bertaut mendapati hal yang tak biasa tersebut. gadis itupun coba mencari keberadaan oppanya di beberapa ruangan namun tak juga menemukannya.

"oppaaaa" kali ini Minsun mengarahkan kakinya ke dapur.

Sama seperti ruangan lainnya, sosok Kihyun juga tak didapatinya di dapur.

"apa oppa sedang keluar ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Minsun berbalik berencana menelpon Kihyun, namun yeoja itu harus tersentak kaget manakala sosok yang dicarinya sudah berada tepat dibelakangnya.

"oppa...kau mengagetkanku" tukas Minsun sembari mengusap dadanya pelan.

Tak ada tanggapan dari Kihyun, namja itu menatap datar Minsun yang berdiri dihadapannya.

"op...oppa, kau kenapa?" Minsun yang menyadari tatapan Kihyun yang terlihat berbeda mulai mundur beberapa langkah.

"dryad adalah malapetaka...dryad harus mati" ujar Kihyun sambil mengarahkan sebuah pisau tepat ketubuh Minsun.

Cukup kaget dengan hal itu, namun Minsun beruntung karena bisa mengelak dengan cepat.

"oppa...apa yang kau lakukan?" kembali Minsun bertanya setelah berhasil menghindar dari serangan Kihyun.

"dryad adalah malapetaka...dryad harus mati" lagi2 Kihyun mengulang kata2 yang sama membuat Minsun menatap bingung.

Tangan Kihyun kembali melayangkan pisau kearah Minsun yang langsung ditahan oleh yeoja itu. ujung pisaupun nyaris mengenai leher Minsun saat sebuah tali yang terbuat dari air menyentak lengan Kihyun dan membuat namja itu terjatuh.

Minsun menatap kearah air itu berasal dan mendapati Yan an berdiri disana dengan cambuk air miliknya. cepat tangan Yan an meraih tubuh Minsun, lantas menyembunyikan gadis tersebut dibalik punggungnya.

"kau baik2 saja?" tanya Yan an tanpa menatap kearah Minsun.

Fokusnya masih tertuju pada Kihyun yang tengah berusaha bangkit sambil mengambil pisau yang sempat terhempas dari tangannya.

"aku baik2 saja...tapi oppaku..."

"dia dalam pengaruh sihir" seperti tahu apa yang akan Minsun tanyakan Yan an lebih dulu menjawab untuk gadis itu

"sihir?" ulang Minsun kaget

"nanti saja menjelaskannya, sebaiknya sekarang kita ringkus dia dulu" Yan an kembali menyerang Kihyun dengan cambuknya membuat namja itu kembali terjatuh.

Minsun sedikit terkejut melihat itu, terlebih saat tubuh sang kakak terbentur meja makan yang ada di dekatnya.

"jangan pakai perasaanmu dulu untuk sekarang, sebaiknya bantu aku" perintah Yan an

Tak punya pilihan Minsunpun ikut menggunakan kekuatannya. Gadis itu coba menekan perasaanya dan terus membantu Yan an. Hingga akhirnya kakaknya tersebut berhasil mereka ringkus dengan cara mengikat tubuhnya dengan tanaman rambat.

"dryad adalah malapetaka...dryad harus mati" Kihyun mencoba meronta dari ikatan yang mereka buat.

Minsun mengepal tangannya kuat melihat itu, bahkan yeoja itu sudah hampir menangis kini.

"awasi oppamu, aku akan menghubungi Yeseul jiejie" perintah Yan an yang ditanggapi Minsun dengan anggukan.

*

Yeseul melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, setelah menerima telepon dari Yan an beberapa menit lalu.

"saem...bisakah kau mengurangi kecepatanmu?" tanya Sooran yang duduk di bangku belakang mobil tersebut.

Gadis itu nampak terguncang ke kiri dan ke kanan saat mobil Yeseul mencoba menyalip kendaraan yang menghalangi laju mobilnya.

Bukan mendengarkan, Yeseul justru menambah kecepatan laju mobilnya hingga kedua dryad yang bersamanya itu harus berkali2 menahan nafas mereka. bagaimana tidak...Yeseul benar2 seperti orang tak waras saat membawa kendaraan itu. Sooran dan Minju bahkan sempat tak yakin kalau mereka akan selamat sampai ketujuan mereka.

CKITT

Suara decitan rem terdengar tepat di depan kediaman Minsun. Yeseul segera keluar dari kendaraan miliknya, meninggalkan Sooran dan Minju yang coba mengumpulkan roh mereka setelah melakukan perjalan ekstrem tadi.

"Minsun..Yan an dimana kalian?" panggil Yeseul setelah memasuki kediaman milik Minsun.

"kami disini onnie" jawa Minsun dari salah satu ruangan

Kembali Yeseul memacu langkahnya, menuju asal suara Minsun. Benar saja salah satu dryad tersebut ada disana, bersama dengan Yan an juga Kihyun yang terikat di atas ranjang.

"apa yang terjadi?" tanya Yeseul mengarahkan tatapannya pada Minsun.

"aku tak tahu...saat pulang tadi, Kihyun oppa sudah seperti ini" jawa Minsun coba menahan tangisnya.

Yeseul menarik nafas dalam, coba menenangkan dirinya. setelah sedikit tenang diapun menghampiri Kihyun yang masih coba meronta melepaskan diri.

"Ki...kau kenapa?" tanya Yeseul sambil mengusap pipi namja itu

Yang ditanya tak menjawab, hanya membalas tatapan Yeseul sambil terus mencoba melepaskan diri. hanya tiga detik untuk Yeseul mengetahui apa yang terjadi pada Kihyun. Yeoja itupun nampak menghela nafas berat, lantas menatap Yan an yang berdiri tepat disamping Minsun.

"O Diavolos" ujarnya nyaris tak terdengar

Mata Yan an membulat mendengar hal itu, sedangkan Minsun menatap kedua penyihir tersebut dengan tatapan bingung.

*

"Kau sedang apa hyung?" Tanya Minggyu melihat Hanbin yang sedang merapal mantra di halaman belakang rumahnya.

"Aku sedang berlatih" jawab Hanbin

"Berlatih?"

"Eoh...ketua baru saja memberikanku mantra baru yang harus kupelajari" Hanbin berujar dengan mata berbinar

Minggyu ikut tersenyum mendengar itu, lantas mendekat pada Hanbin.

"Mantra sihir apa itu hyung? Bolehkah aku tahu?" Tanya Minggyu lagi

"Ini mantra sihir O Diavolos"

"O Diavolos?" Ulang Minggyu

Kepala Hanbin mengangguk menjawab itu.

"Lalu...bagaimana cara kerjanya?" Minggyu yang penasaran kembali bertanya

"Cara kerjanya seperti mengendalikan boneka tali" jawab Hanbin

"Kau bisa membuat korban melakukan apapun yang kau inginkan" jelas Hanbin

Mata Minggyu membulat takjub mendengar itu.

"Dan kau tahu yang lebih luar biasa lagi?" Tanya Hanbin saat menyadari tatapan yang Minggyu arahkan padanya

"Apa hyung?" Tanya Minggyu tak sabaran

"Ditahap yang lebih tinggi aku bahkan bisa mengendalikan pikiran mereka sesuai yang kuinginkan" tambah Hanbin membuat Minggyu semakin kagum

"Jadi...intinya aku bisa melakukan apapun yang kuingin dengan tubuh org lain, bahkan aku memegang kendali penuh tubuh org itu dengan sihir ini"

"Wah...itu benar2 hebat hyung. Kuharap kau bisa cepat menguasainya" harap Minggyu

Hanbin tersenyum mendengar itu, lantas kembali melatih mantra O Diavolos yang diajarkan Trelos padanya.

TBC_

Ok....sesuai janji penjelasan sihir o diavolos ada di chapter ini

Sebenernya o diavolos diambil dari bahasa Yunani yang artinya iblis

Gitu juga dengan nama Trelos yang diambil dari bahasa Yunani juga yang artinya gila

Bahasa itu juga eon translit dari google terjemahan, jadi kalo kurang tepat salahkan aja mbah googlenya ya

Hari ini upnya agak cepet, soalnya eon mau nonton duo minion bentar lagi
Kpop2 gini juga cinta Indonesia...😂

Ok udah segitu aja ya
Eon pamit, maaf kalo masih banyak typo dan kerabatnya

Terakhir gomawo buat yang sudi mampir dan ngasih votment
Kami duo twins pamit undur-undur dulu
And see you next part
🔥pyong💦

Langsa,25 Agustus 2018
17:17
Otak kedua: Hae_Baragi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro