Killing Me

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tubuh Kihyun nampak meronta di atas ranjangnya. Minsun, Ahra, juga Yeseul yang sejak semalam menjaga namja itupun hanya bisa menatap sedih kearah Kihyun.

"eon...apa tak ada yang bisa kita lakukan sekarang?" tanya Minsun melihat sang kakak terlihat begitu menderita.

Yeseul hanya menggeleng pelan sambil menghembuskan nafas berat. Melihat itu Minsunpun kembali menangis, membuat Ahra segera menarik tubuh gadis itu dan memeluknya.

"Minsun-a...sabar, Hyungwoon oppa sedang mencari bantuan" Ahra coba menenangkan.

Tak ada sahutan dari Minsun, gadis itu masih sesengukan di pelukan Ahra menumpahkan rasa sedihnya. Tak lama kemudian, sosok Hyungwoonpun yang baru dibicarakan memasuki kamar itu dengan langkah tergesa. Namja tinggi tersebut langsung mendekati sosok Yeseul yang berada paling dekat dengan ranjang Kihyun.

"aku sudah mendapatkan...alamat pangeran" tukas Hyungwoon

"benarkah?" Yeseul berujar sedikit semangat.

Sebuah harapanpun terbesit begitu saja di hati wanita itu, manakala mendengar berita yang Hyunwoon bawa.

"kalau jangan buang waktu, ayo pergi kesana sekarang. kita akan menjemputnya untuk meminta bantuan" tukas Yeseul

Hyungwoon yang melihat Yeseul akan beranjak, cepat2 menahan lengan yeoja itu dan mengeleng.

"aku akan pergi bersama Yena noona" tukasnya

"kenapa?" Yeseul mengernyitkan alisnya bingung.

"karena...mereka disini lebih membutuhkanmu" tambahnya sembari menunjuk sosok Ahra dan Minsun yang ada disana.

Yeseul diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. Yeoja itu setuju dengan usul Hyungwoon, terlebih saat mengingat bisa saja sewaktu2 Kihyun lepas kendali dan akhirnya malah menyerang para dryadnya yang ada disana.

"aku pergi noona" pamit Hyungwoon kemudian beranjak dari kamar Kihyun.

Namja itu cepat melangkah keluar, menemui Yena yang tengah memasak sarapan di dapur bersama dengan Jaerin.

"noona, ayo kita pergi" ajak Hyungwoon

Yena yang sedang menggoreng telur menoleh pada pria jangkung itu dengan tatapan heran.

"kemana?" tanyanya

"ke tempat pangeran" jawab Hyungwoon

"pangeran?" ulang yang disambut anggukan Hyungwoon.

"memangnya kau sudah mendapat alamatnya?" tanyanya lagi

Kembali Hyungwoon mengangguk membuat Yena buru2 membuka apron yang dia kenakan. Yenapun kemudian menoleh pada Jaerin, yang sudah berjalan mendekat kearahnya.

"lanjutkan memasak dan jika sudah matang...paksa mereka untuk makan. Jika mereka tidak mau...bekukan mereka dan suapkan dengan paksa" perintah Yena membuat mata Jaerin membulat mendengarnya.

Yena yang tak lagi memperhatikan ekspresi Jaerinpun segera berlalu meninggalkan Jaerin yang melanjutkan kegiatannya. Bersama Hyungwoon, yeoja itu mulai beranjak keluar rumah.

"saem..mau kemana?" tanya Sooran yang berada bersama Yan an juga Minju di teras.

"kami pergi sebentar, kalian tolong bantu Jaerin di dapur" perintah Yena

"memangnya kalian mau kemana jiejie?" Yan an ikut bertanya.

"jangan banyak tanya, cepat masuk dan bantu mereka" balas Yena sambil menatap tajam pria keturunan China tersebut.

Yan an yang mendengar perintah itu segera beranjak mengikuti Sooran dan Minju yang sudah lebih dulu memasuki rumah.

"jangan buang waktu, kajja" Yena memukul pelan bahu Hyungwoon kemudian berjalan menuju mobil namja itu.

Tak lama kendaraan itu menderu pelan meninggalkan kediaman milik Kihyun menuju tempat pangeran Magissa berada.

*

Minggyu termenung di taman belakang kediamannya, menatap lurus tanaman2 obat yang tertanam asri disana. tanaman yang tak akan layu saat musim panas menyapa dan takkan beku saat musim dingin tiba.

Mata Minggyu terus menatap semua tanaman kesayangannya itu bersama pikirannya yang sudah berkelana meninggalkan sosoknya.

"jadi anda sudah meminta Hanbin untuk memakai sihir O Diavolos untuk kakak sepupu Earth mage itu?" ingatan Minggyu kembali memutar pada kejadian yang dialaminya semalam.

Saat itu namja berkulit tan itu tengah mempelajari beberapa ramuan obat di perpustakaan dan tanpa sadar mendengar pembicaraan Blood juga sang master yang tak menyadari keberadaannya disana.

"apa...Hanbin sudah tahu...kalau Earth mage yang menjadi ketua para dryad itu adalah kekasihnya?" suara berat sang ketua terdengar telinga Minggyu

Minggyu cukup terkejut mendengar itu, namun namja tersebut coba untuk tak mengeluarkan suara sedikitpun. Minggyu bahkan menutup mulutnya dengan buku yang dia pegang, berharap kedua orang yang cukup diseganinya tersebut tak mendengar deru nafasnya yang memburu.

"aku belum mengatakannya ketua. Seperti yang anda pesan....tak ada satupun dari para mancer selain Nightmare dan tentunya aku yang mengetahui hal ini" jawab Blood.

"bagus....kau memang mancer yang paling bisa kuandalkan Blood" senyum puas sang master terukir diwajahnya kini.

"tapi ketua...apa tak masalah meminta Hanbin menggunakan sihir itu? masalahnya...dari yang kudengar...dia sangat mencintai Ahra" Blood kembali berujar.

Sang master diam, membuat Minggyu yang sejak tadi menguping ikut penasaran.

"dia salah satu mancer terbaikku" ujar sang master pada Blood

"karena itu....aku perlu menguji kesetiaannya dengan cara ini" tambahnya lagi.

Tak ada balasan dari Blood membuat ruangan itu hening beberapa saat.

"lalu...kalau Hanbin lebih memilih kekasihnya, bagaimana ketua?" kembali Blood berujar seolah mewakili pertanyaan yang terbesit dibenak Minggyu.

"kalau itu terjadi...berarti kita harus rela melepaskan namja itu" jawab sang ketua entang.

"lagipula...aku tak yakin Hanbin mau mengorbnakan nyawanya sendiri hanya untuk seorang dryad yang jelas2 sudah menjadi musuh kita" tambahnya kemudian masih dengan nada suara yang sama.

"Minggyu-ya" sebuah pukulan halus di bahu namja itu mengusik lamunan Minggyu.

Namja itu menoleh dan mendapati Mark yang sudah berdiri tepat di sisinya.

"aku mencarimu ternyata kau disini" kembali Mark berujar sambil menyunggingkan senyum khasnya.

Tak ada sahutan dari Minggyu, namja itu justru memandang Mark dengan tatapan sendunya.

"kenapa? ada apa?" tanya Mark cemas

"hyung..." ujar Minggyu sedikit tercekat.

"whae? apa kau sakit?" kembali Mark bertanya yang langsung disambut gelengan kepala Munggyu.

"lalu kenapa? kenapa kau terlihat seperti ini?" tanya Mark kian penasaran.

"hyung...Hanbin hyung..Hanbin hyung" Minggyu mengucapkan nama Hanbin berkali2 sambil menahan tangisnya.

*

Kini Yena dan Hyungwoon sudah berada di depan sebuah rumah yang cukup mewah. Mata keduanya mengitari kediaman yang tergolong sepi tersebut.

"mereka pasti sudah tahu kalau kita mau datang bukan?" tukas Yena tanpa menoleh pada Hyungoon.

"tentu saja...pangeran bersama Seer murni yang sudah pasti bisa mengetahui kedatangan kita" balas Hyungoon.

Yena mengangguk pelan mendengar itu, lantas segera berjalan mendekati gerbang rumah pangeran Magissa. Benar seperti dugaannya, gerbang besar itu terbuka begitu saja saat tubuh kedua penyihir itu berada tepat didekat gerbang tersebut.

Sesaat Yena hanya mematung di tempatnya, bukan karena terkejut dengan apa yang wanita itu lihat. Tapi ada hal lain yang mengganjal di hati wanita tersebut kini

"Noona" Hyungwoon yang mendapati Yena hanya diam menegur wanita itu sambil menyentuh pundaknya pelan.

Yenapun menoleh pelan pada murid sang kakak lantas mencoba menekan rasa tertekan yang sempat singgah di hatinya

Wanita itupun menarik nafas sejenak "kajja...kita masuk"

Langkahnya segera terajut memasuki halaman rumah sang pangeran.

Hyungwoon yang masih diliputi kebingungan turut mengikuti langkah Yena dari belakang.

Halaman itu cukup luas untuk mereka lalui, hingga akhirnya keduanya tiba di depan pintu rumah yang juga sudah terbuka lebar. Tidak mau membuang waktu, Yena langsung memasuki rumah itu diikuti sosok Hyungwoon dibelakangnya.

Di dalam sana, tepatnya di ruang tamu yang cukup besar itu...tampaklah seorang pria yang sudah cukup Yena kenal. Pria yang merupakan satu2nya putra dari sang ratu yaitu pangeran Magissa.

Namja itu menatap dingin kearah Yena untuk sesaat, sebelum akhirnya menyunggingkan senyum tipis yang sedikit tak bersahabat.

"hai Yena....lama tak bertemu" sapa sang pangeran kemudian.

"hai...pangeran" balas Yena dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Keduanya saling melempar tatapan untuk beberapa saat, menciptakan suasana kaku dan dingin disana.

Hyungwoon yang melihat itupun hanya bisa diam sambil sesekali mencuri lihat pada sosok pria yang berdiri disamping sang pangeran. Dialah Seer murni yang Hyunwoon katakana pada Yena dan pria tersebut tengah memandang angkuh kearah Yena dan dirinya.

"Kurasa...aku tak perlu basa basi bukan pangeran? Karena..aku yakin kau sudah tahu kenapa aku kemari menemuimu" Yena berujar dengan nada yang terdengar sedikit bergetar

Hyungwoon yang mendapati hal itu menoleh pada Yena namun wanita itu tetap memandang lurus pada sang pangeran.

"tentu saja...Yuto sudah mengatakan semua padaku tadi pagi, maka dari itu aku terus menunggu kalian disini" jawab sang pangeran yang tak lain adalah Wonho.

"kalau begitu bisa kita pergi sekarang pangeran? Karena...sepertinya kita tak memiliki waktu" tukas Yena masih dengan nada yang sama

Senyum yang sejak tadi Wonho ukir mendadak sirna, membuat hati Yena seketika merasa cemas.

"kedatanganku kesana tak ada gunanya Yena" balas Wonho

"sama seperti kalian, aku juga tak memiliki kuasa untuk menghilangkan sihir itu" tambah namja itu kemudian.

Sebenarnya Yena sudah menduga hal ini, tapi entah kenapa yeoja itu tetap terkejut saat mendengarnya langsung dari Wonho.

"kau tahu satu2nya obat dari sihir itu adalah kematian mancer itu sendiri, karena itu...aku tak bisa menolongmu dan para dryadmu" kembali Wonho berujar.

Yena seketika merasa putus asa, tangannya bahkan sudah mengepal keras karena tak mampu berbuat banyak.

"noona" Hyungwoon meraih tangan Yena yang mengepal lantas mengenggam dalam tangan besarnya

Wonho yang melihat itu menarik senyum sinis sambil masih memandang lurus Yena dan Hyungwoon.

Hyungwoon yang tak mendapati itu masih mengenggam erat tangan Yena, sebelum mengarahkan pandangannya kembali pada Wonho.

"tak bisakah kau datang dulu kesana pangeran, mungkin...kau bisa berunding dengan Yeseul noona untuk mencari mantra pematah sihir ini" Hyungwoon kemudian berujar pada Wonho

Wonho yang sempat terkejut karena Hyungwoon yang tiba2 menoleh ke arahnyapun coba mengendalikan ekspresi di wajahnya

"tak ada sihir pematah Hyungwoon-a" jawab Wonho dengan mudahnya

Hyungwoon yang mendengar itu menunduk dalam, namja itu merasakan keputus asaan yang sempat Yena rasakan tadi. Cukup lama suasana sunyi menyapa ruangan itu, sampai Yuto tiba2 mendapati penampakan peristwa di kepalanya.

"hyung" tukas Yuto sembari mendekat pada Wonho

Tanpa menjaab Wonho menoleh pada Seer terbaiknya itu.

"sepertinya kita memang harus ikut mereka" tukas Yuto kemudian

"kenapa? ada apa?" itu bukan Wonho melainkan Yena.

Yeoja itu merasa ada yang tak beres saat melihat tatapan yang Yuto arahkan pada Wonho, memaksa untuk langsung bertanya pada keturunan seer murni tersebut.

"korban sihir Illusion sedang mengamuk sekarang dan kurasa...hanya kau yang bisa menenangkannya" jelas Yuto tanpa menatap kearah Yena.

Yena tak menunggu penjelasan apapun lagi, kakinya kembali berjalan meninggalkan Wonho, Hyungoon juga Yuto yang masih mematung di tempat mereka masing2.

"HYUNGWOON-A! KENAPA KAU HANYA DIAM...CEPAT JALAN" bentak Yena melihat Hyungwoon hanya diam tanpa mengikuti dirinya.

Hyungwoon segera berlari kearah Yena, sedangkan Wonho dan Yuto masih bertahan di posisinya.

"apa keadaan disana cukup buruk?" Tanya Wonho saat sosok Yena sudah tak lagi ada di ruangan itu

"cukup buruk hyung, terlebih disana ada pendampingmu" balas Yuto

Wonho memandang Yuto dengan tatapan terkejut kini.

"jadi dia disana?" Tanya Wonho kemudian

Kali ini Yuto hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang Wonho ajukan padanya.

"baiklah...kalau begitu ayo kita bergegas kesana" tanpa menunggu lama Wonho segera bangkit dari duduknya dan berlalu menyusul Yena juga Hyungwoon.

*

PRANK

BRAAK

BUKK

CTAAK

(hayo suara apa? maaf ngelawak bentar...hehehe)

Suara2 berisik itu Kihyun penyebabnya, pria berperawakan manis yang memiliki dimple di tulang pipi jika tersenyum itu tengah mengamuk.

Para dryad dibantu oleh Yan an juga Yeseul sampai kewalahan mengendalikan namja itu. Kihyun...benar2 sudah membuat semua yang ada disana nyaris mati lemas karena ulahnya.

"OPPA" teriak Ahra saat sang sepupu melemparkan kursi besar kearah Minsun.

Jika dalam keadaan normal Ahra yakin kalau Kihyun takkan bisa melakukan itu, tapi karena saat ini pria mungil itu tengah berada dalam pengaruh sihir...jadinya apapun yang ada disana mampu di lemparkan kemanapun dia mau.

WUSS

Sooran yang berada tak jauh dari Minsun meniupkan angin untuk menghempas kursi yang nyaris saja mengenai Minsun.

"onnie kau tak apa2?" Minju meraih tubuh Minsun dan menariknya menjauh dari Kihyun.

Minsun hanya mengangguk tanpa bisa menjawab, gadis itu cukup terkejut dengan serangan yang Kihyun arahkan padanya.

"KI!" kali ini Yeseul coba menahan tubuh Kihyun yang akan menyerang Ahra

Tangan namja itu sudah mengenggam sebuah pisau besar yang entah didapatnya darimana.

"KI....Sadarlah" tangan Yeseul menahan tubuh Kihyun sembari mendorongnya ketembok.

Kihyun meronta kuat mencoba melepaskan tubuhnya dari kungkungan Yeseul, namja itu bahkan menendang perut Fire sage itu dengan menggunakan lututnya.

"AKH" rintih Yeseul namun tak juga melepaskan tangannya dari tubuh Kihyun.

"Ki..Jebal...sadarlah" kembali Yeseul berujar sambil menatap kedua manik Kihyun

Tak berhasil, pandangan namja itu masih tetap sama...kosong dan dingin.

"Jaerin" Yan an memanggil Jaerin yang berada tak jauh darinya.

"bantu aku bekukan air ini"

Yan anpun mengarahkan air ke tubuh Kihyun, tepatnya ke pergelangan tangan juga kaki namja itu. Jaerin yang mendengar perintah dari Yan an langsung melakukan tugasnya.

Gadis itu membekukan air yang baru saja mengenai tubuh Kihyun, menjadikan namja yang sejak tadi terus mengamuk itu tak lagi bisa bergerak.

"noona...dingin" Kihyun berujar memelas.

Yeseul yang tahu itu hanya taktik Kihyun yang ingin mencoba membebaskan diri, hanya bisa menatap sedih kearah Kihyun

"mianhae, Kihyun-a" sesalnya lantas menjauh dari tubuh Kihyun

Wajah memelas Kihyunpun kembali berubah murka kini, namja itu kembali meronta kuat untuk melepaskan tubuhnya dari sihir es Jaerin.

"onnie...apa tak masalah melakukan itu pada Kihyun oppa? tidakkah itu akan membuatnya sakit?" tanya Minsun melihat oppanya yang terus meronta

"hanya itu yang dapat kita lakukan Minsun-a" Yeseul menjawab dengan tatapan yang terlihat putus asa.

Minsun memandang sedih pada sang oppa, begitupun dengan Yeseul. Kedua wanita itu sebenarnya tak tega memperlakukan Kihyun seperti itu. tapi...mereka sama sekali tak memiliki cara lain untuk membuat Kihyun tetap tenang.

"onnie kau terluka" suara Minju membuat Yeseul dan Minsun yang tengah memperhatikan Kihyun menoleh.

Jaerin...sosok yang dimaksud Minju nampak menyeka darah yang mengalir dari siku gadis tersebut.

"kau baik2 saja bukan?" kali ini Ahra yang berbicara sambil mendekat kearahnya.

"hmm, aku baik2 saja" Jaerin mengangguk sambil masih memegang sikunya.

"Minsun-a...dimana kotak obat?" kali ini Ahra bertanya pada sang sepupu.

"hmm...kotak obat itu ada..."

"ONNIE AWASSSS" pekikan Sooran menghentikan ucapan Minsun kala itu.

BRAAK

Sebuah benturan keras terdengar dari arah belakang Minsun, membuat semua yang ada disana terlonjak kaget.

Sosok Yan an nampak meringis, menahan sakit di punggungnya yang baru saja terkena hantaman meja.

Tepat beberapa meter darinya, sosok Kihyun sudah berdiri dengan tenang sambil tersenyum puas. Mereka semua tak tahu sejak kapan dan bagaimana lelaki bermarga Yoo itu bisa kembali bebas dan menyerang tiba2 seperti ini.

"Yan an-a" Yeseul mendekati Yan an yang terduduk sambil merintih.

"sakit" keluh Yan an.

Yeseul bangkit kemudian menatap datar kearah Kihyun yang masih mengukir senyum di wajahnya.

Masih ada rasa tak tega di hatinya saat melihat wajah Kihyun, namun bersamaan dengan itu rasa kesal juga tak dapat lagi Yeseul bendung.

"MATILAH KALIAN SEMUA" teriak Kihyun sambil mengangkat kedua tangannya tinggi2.

Seketika beberapa barang terangkat keudara, bersamaan dengan mata Kihyun yang berubah jadi merah.

"sialan...Mancer itu terus menerus mengirimkan sihirnya pada Kihyun" rutuk Yeseul belum bergeming dari diamnya.

Setelah mengatakan itu, Yeseul berencana menerjang Kihyun yang terlihat makin tak terkendali. Baru mengambil ancang2, tiba2 saja benda2 yang Kihyun terbangkan jatuh begitu saja ke lantai. Begitupun dengan sosok Kihyun yang terlihat pingsan begitu saja.

Untuk beberapa detik Yeseul Nampak tercekat, namun setelahnya wanita itu segera mendekat kearah Kihyun.

"Kihyun-a" panggil Yeseul tepat setelah tubuhnya berada di samping Kihyun yang terbaring pingsan.

Tangan Yeseulpun segera meraih tubuh Kihyun dan mendekatkan telunjuknya kearah hidung namja tersebut. merasa Kihyun masih bernafas, Yeseulpun menghela nafas lega.

"onnie...oppaku kenapa?" tanya Minsun yang juga sudah berada disisi Yeseul

Bukan hanya Minsun, Ahra juga sudah disana memegang kaki Kihyun sembari menatap cemas pada kakak sepupunya tersebut.

"dia tak apa2, hanya pingsan" sebuah suara lain menjawab pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibir Minsun.

Semua menoleh keasal suara dan mendapati sosok Wonho berjalan dengan tenang ke arah mereka. bukan hanya namja itu...Yuto, Yena juga Hyungwoon juga berada disana berjalan tepat dibelakang namja kekar tersebut.

"Pangeran" sambut Yeseul sembari bangkit dari duduknya

Wonho hanya tersenyum lebar mendengar itu, lantas mengarahkan pandangannya pada Sooran juga Minju yang menatapnya dengan mulut dan mata yang terbuka lebar.

*

"jadi sihir ini tak ada obatnya?" Ahra bertanya pada Wonho setelah namja itu menjelaskan perihal sihir yang ada di tubuh Kihyun pada yeoja itu.

"ne" jawab Wonho

"lalu....bagaimana ini? apa oppaku akan terus menerus seperti itu?" tanya Minsun cemas

Wonho diam sambil menatap kearah Yena dan Yeseul bergantian, melihat itu kedua wanita itupun nampak menghela nafas putus asa.

"sebenarnya ada satu cara untuk menyembuhkan oppamu" Yeseul menjawab pertanyaan dari Minsun

"katakan onnie..bagaimana caranya menyembuhkan oppaku?" tanya Minsun antusias

Yeseul menelan ludahnya dengan susah payah sambil menatap tepat kearah Ahra yang menanti jawaban dari wanita tersebut.

"satu2nya cara adalah dengan membunuh Illusion mancer yang mengirim sihir ini" jawab Yeseul dengan suara gemetar.

Jaerin yang mendengar itu nampak kaget, bahkan sepasang matanya sudah mengarah lurus pada Ahra. Sadar dengan hal itu, sosok Hyungwoon yang ada disisi gadis tersebut, segera meremat bahu Jaerin berusaha menenangkan gadis bermarga Ahn tersebut.

"kalau begitu kita akan membunuhnya bersama" ajak Ahra yang tak tahu kalau Illusion mancer yang mereka maksud adalah Hanbin.

"kita tak bisa melakukannya Ahra-ya" jawab Yeseul masih menatap lurus pada Ahra.

"kenapa? kenapa kita tak bisa melakukannya?" tanya Ahra bingung.

Mendengar pertanyaan dari Ahra itu Yeseul hanya diam, begitu juga dengan Yena dan Hyungwoon. Hal tersebut semakin mengundang rasa penasaran di hati pimpinan dryad tersebut.

"onnie...kenapa kau diam? katakan keapa kita tak bisa melakukannya?" tanya Ahra mulai tak sabaran.

"kita tak bisa melakukannya karena Illusion mancer itu adalah kekasihmu Yoo Ahra" Wonho menjawab pertanyaan yang Ahra lontarkan

"Pangeran" Yena berujar sambil menatap putus asa kearah Wonho

Ahra yang cukup terkejut menatap tak percaya kearah Wonho yang baru saja mengatakan kebenaran itu padanya.

"whae? dia harus tahu kenyataannya bukan?" Wonho berujar pada Yena dan mengabaikan tatapan Ahra padanya.

"tapi bukan seperti ini caranya" Yena kembali berujar

Yena terpancing emosi karena sikap yang ditunjukan Wonho, dan hal tersebut menjadikan wanita itu sedikit menaikan intonasi suaranya

"Yena" Yeseul coba menegur Yena yang bersikap tak sopan pada Wonho

Mendengar suara tegas Yeseul, Yenapun hanya bisa menunduk dalam tanpa berani menatap kembali sang kakak.

Berbeda dengan Ahra, gadis itu nampak terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kembali menatap sosok Yeseul yang duduk dihadapannya saat ini.

"onnie..apa yang dikatakan pangeran itu benar? apa...Han..." Ahra tak mampu melanjutkan kata2nya lagi

Sesak...hal itulah yang kini dia rasakan. pikiran gadis itu mendadak kacau, bahkan jantungnya berdetak tak karuan. Ahra sangat berharap kalau Yeseul akan meralat semuanya, gadis itu ingin sekali mendengar Fire sage itu membantah apa yang barus aja Wonho sampaikan.

"tenangkan dirimu Ahra-ya..kita akan pikirkan cara lain" tak tega melihat raut wajah Ahra, Yeseul coba menenangkan pimpinan dryadnya itu.

"tak ada cara lain Yeseul, satu2nya cara melepaskan sihir itu dari tubuh Kihyun adalah dengan membunuh Illusion mancer itu" tukas Wonho menyangkal ucapan Yeseul

"tidakkah kita bisa mencari cara lain, mungkin..dengan berunding dengan Hanbin tanpa membunuhnya" usul Yeseul

"tidak...itu takkan berhasil Yeseul. Mancer itu takkan bisa menarik sihir yang dia berikan pada Kihyun. Karena itulah satu2nya cara menyelamatkan Kihyun adalah dengan membunuh mancer itu"

"tapi Wonho..."

"kita harus cepat melakukanya, sebab...semakin banyak kekuatan sihir yang diarahkan oleh mancer itu ketubuh Kihyun maka nyawa namja itu akan terancam. Aura kehidupan Kihyun sudah mulai terserap oleh Illusion mancer itu dan kalau kau hanya berdiam diri seperti ini tanpa coba menyerang, maka bisa dipastikan Kihyun akan mati" cepat Wonho memenggal ucapan Yeseul

Minsun tersentak mendengar pernyataan bernada tajam dari Wonho tersebut, begitu juga yang lain. Hanya Ahralah yang masih nampak linglung, bahkan gadis itu terlihat seperti tak mendengar apa yang baru saja Wonho ucapkan.

"jadi...kami hanya memiliki dua pilihan disini? Membunuh Illusion atau membiarkan Kihyun oppa mati?" tanya Minsun denga suara bergetar menahan tangis.

"hmm..kau benar" jawab Wonho sambil menatap Minsun.

Mendengar jawaban itu Minsun hanya bisa menunduk dalam. Seperti Ahra...gadis itu juga bimbang kini. kalau boleh jujur Minsun ingin sekali membunuh Hanbin demi menyelamatkan oppanya, tapi...mengingat sosok Ahra yang begitu mencintai namja tersebut...tak mungkin Minsun tega melakukannya.

"Yuto-ya" tiba2 Ahra buka suara setelah diam cukup lama

"ne" jawab Yuto yang sama sekali tak terkejut dengan panggilan itu.

"kau...apa tahu keberadaan Hanbin sekarang?" Tanya Ahra membuat Minsun menatap kaget pada yeoja itu.

Bahkan tak hanya Minsun, semua yang ada disana ikut menatap kaget seolah tak percaya kalau gadis tersebut akan menanyakan hal tersebut.

"eoh...aku tahu" jawab Yuto setelah melayangkan tatapannya sesaat pada Wonho

"kalau begitu bisa katakan padaku dimana posisi namja itu?" kembali Ahra berujar sambil menunduk.

Yuto kembali diam, belum menjawab pertanyaan Ahra.

"beritahu aku dimana dia agar aku bisa menemuinya" tambah Ahra kemudian sambil menatap lurus kearah Yuto yang tak juga menjawab pertanyannya.

"Ahra...kau tak harus menemuinya, biar aku saja yang melakukan itu" Jaerin menawarkan diri membantu Ahra.

Mendengar itu Ahra menggeleng masih dengan tatapan yang mengarah pada Yuto.

"tidak...aku akan melakukan hal itu sendiri" tolaknya.

"Ahra-ya" kali ini Yena yang buka suara

"aku harus melawannya dengan tanganku sendiri onnie, biarkan aku yang menyelesaikan semuanya" tegas Ahra.

Yena memijat keningnya pelan mendengar itu, sedangkan Yeseul hanya bisa menatap lurus kearah Ahra.

"aku akan pergi bersamamu kalau kau mau" Yuto menawarkan bantuan.

"bukan untuk membantu, hanya mengantarmu saja" sambungnya saat melihat Ahra akan melakukan penolakkan.

Tak memiliki pilihan Ahrapun akhirnya mengangguk lantas meraih bahu Minsun guna menatap lekat sang sepupu.

"jangan cemas, aku akan membuat Kihyun oppa kembali seperti semula" janji Ahra pada Minsun

"Ahra-ya..."

Tak ingin mendengar kata2 Minsun yang mungkin akan menggoyahkan keyakinannya, Ahra memilih berlalu tanpa mengataka apapun lagi. Yuto segera menyusul langkah yeoja itu setelahnya, guna menjadi petunjuk keberadaan Illusion mancer yang tak lain adalah Hanbin sang kekasih Ahra.

*

BRAAAK

Suara bantingan pintu terdengar bersama tubuh Mark yang memasuki sebuah ruangan. wajah namja itu nampak merah padam akibat rasa marah yang sudah menyelimuti hatinya.

"hyung...apa yang kau..."

Belum lagi orang yang ada di dalam ruangan itu menyelesaikan kata2nya, tangan Mark dengan kasar menarik kerah baju pria tersebut membuat pria itu semakin terkejut dengan sikap yang Mark tunjukan.

"hyung" tangan pria itu meronta minta di lepaskan.

"dryad yang pernah kutanyakan padamu tempo hari...apakah orang itu adalah Ahra kekasih Hanbin?" tanpa basa basi Mark berujar pada namja tersebut

Yang ditanya berdecih pelan, lantas menarik paksa kerah bajunya dari tangan Mark.

"kukira kau mau bertanya apa, ternyata hanya pertanyaan tak penting seperti itu" tukasnya kemudian

"JUNG WOOSEOK" berntak Mark membuat Wooseok menatap kesal kearahnya.

"jawab pertanyaanku CEPAT!" hardik Mark kemudian

Wooseok cukup kesal dengan itu, namun sebisa mungkin namja itu berusaha tak terpancing emosi.

"eoh...maja, 2 dryad yang pernah kita bahas salah satunya adalah Ahra kekasih Hanbin hyung" balas Wooseok ringan.

Mark menghela nafas kesal mendengar perkataan yang baru saja Wooseok lontarkan. Namja yang memang baru mengetahui identitas Ahra beberapa hari lalu hanya bias mendesah sambil mengacak kesal rambutnya.

"lalu" Mark menarik nafas dalam sesaat "kenapa kau tak mengatakannya pada Hanbin?" tanyanya kemudian

Wooseok mengendikan bahunya lantas menarik sebuah smirk di wajahnya. Hal itu sedikit menyebalkan untuk Mark, Shadow mancer itu merasa tak dihargai oleh namja yang lebih muda darinya tersebut.

"ketua melarangku melakukannya hyung, tidakkah kau ingat alasanku tak memberitahu kalian?" balasnya kemudian

"tapi setidaknya katakan itu pada Hanbin keparat, kau tahu tidak apa yang dihadapinya sekarang?" sungut Mark tak lagi bisa menahan kesalnya.

"tentu saja aku tahu" balas Wooseok mudah.

"tapi...apa itu urusanku?" tanyanya lagi membuat amarah Mark makin memuncak.

Kembali tangan Mark meraih kerah baju Wooseok dan mencengkramnya erat. Emosi Mark sudah mencapai ubun2nya kini, dan sikap yang Wooseok tunjukan membuatnya tak bisa mengendalikan dirinya lagi.

"kau...kenapa kau bisa melakukan hal yang begitu mengerikan Jung Wooseok" geram Mark pada Wooseok

Mendengar itu Wooseok tertawa sarkas sambil menatap Mark dengan tatapan mengejek.

"hyung...kita semua seperti itu" balasnya Woosoek membuat Mark sedikit tersentak.

Namja itu seperti tersadar akan jati dirinya sendiri setelah mendengar ucapan yang baru saja Wooseok lontarkan padanya tersebut.

"kau...aku, Hanbin hyung, Minggyu hyung dan Taekwon hyung....kita sama2 mengerikan" lanjutnya lagi.

Belum ada reaksi dari Mark, namja itu masih menggenggam kerah baju Wosoek erat sambil menatap tajam pria yang lebih muda darinya tersebut.

"kita sama2 mengerikan hyung" ulang Wooseok masih dengan senyum sinis diwajahnya "jadi jangan hanya melontarkan kata2 itu padaku. sebaiknya kau cepat bercermin, agar kau tahu kalau kau...bahkan lebih mengerikan dariku" dengan kasar Wooseok menarik kerah bajunya dari Mark lantas berlalu meninggalkan namja itu begitu saja.

Kebebasan dan hubungan baru
Namun di balik itu adalah hati yang kosong

Di malam yang gelap ini, aku sendirian lagi
Ini tidaklah benar

Keberadaannya adalah bagian terbesar dari duniaku

Aku mencobanya tetapi aku tak bisa membawanya

Setelah aku melepaskannya, aku jadi terpuruk

Tapi aku tak bisa bilang pada diriku sendiri untuk siap mati

Karna itu bunuhlah aku

Aku tak tahu betapa beratnya perpisahan ini
Aku egois, aku mengabaikan air matamu

Killing me - ikon

TBC_

Shin Wonho
Pangeran magissa
Kekuatan mengunci sihir hitam pada korban, tapi tak bisa melenyapkannya

Adachi Yuto
Seer murni
Bisa melihat apa yang terjadi di masa depan

Jung Taekwon
Blood Mancer
Pengendali darah, kakak laki2 Wooseok
Taekwon bisa mengendalikan seseorang dengan menggerakan darah yang ada di tubuh korban.
Tapi untuk melakukan hal itu, dia harus mencicipi darah korban terlebih dahulu
Kekuatan yang cukup kuat, tapi karena rempong jadi jarang digunain
Tangan kanannya Trelos

Cincin Blood Mancer

Jung Wooseok
Nightmare Mancer
Membuat org2 bermimpi buruk sampai tak bisa membedakan mana kenyataan dan mimpi
Adik dari Jung Taekwon

Cincin Nightmare Mancer

Nah loh...nah loh...siapa yang kemaren pitnah2 Wonho sama Yuto?
Ayo sini sungkem dulu

Kayak yang pernah eon bilang di part ritual, kalo tokoh mancer udah ditentukan dari awal.
Jadi eon sama sekali gak ngerubah apapun disini.

Udah dulu yah...eon ngacir sebelum di gembreng sama Earth mage
Gonawo votmentnya and see you next part
🔥pyong💦

Langsa, 29 Agustus 2018
17:48
Otak kedua: Hae_Baragi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro