[7]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pantai Haeundae di musim semi sudah ramai dengan ribuan orang. Biasanya, pantai berpasir putih yang indah itu penuh dengan orang yang berlibur untuk menikmati matahari terbenam di musim panas. Tetapi sepertinya musim liburan dipercepat di musim semi yang tenang ini. Ratusan gadis bergerombol, dengan lightstick warna putih dan aneka atribut mereka sebagai fans fanatik W1.

Ya, hari ini W1 mengadakan promosi untuk album baru di Busan. Setelah berkeliling dunia untuk konser, akhirnya mereka merilis album baru.

Di balik panggung, terdapat bangunan yang membentengi W1 dan staf dari fans yang berusaha menerobos masuk. Chaeyeon berdiri dengan tas besar berisi pesanan Eunbi. Sudah satu jam ia berdesakan di antara fans yang membawa hadiah-hadiah ke member W1.

"Oppa.. Oppaaaaa...." Jeritan membahana yang memekakkan telinga bergema ketika satu per satu member W1 keluar dari van hitam. Mata Chaeyeon tak tertuju pada sebelas pria keren yang berusaha menghindari tangan fansnya. Ia mencari Eunbi.

"Eonnie!" panggil Chaeyeon ketika melihat sosok terakhir dengan aneka barang di tangan melewatinya.

"Chaeyeon?" tanya Eunbi terkejut. Matanya mencari seseorang yang tak lain adalah ibunya. "Uri eomma, eoddiga?"

"Eomma sibuk dengan mahasiswanya, jadi aku yang menemuimu," kata Chaeyeon.

"Nawa," ajak Eunbi dan memasuki gedung. Ketika melihat sekuriti berwajah sangar, Eunbi dengan santainya berkata, "Itu staf yang mengurus katering."

Chaeyeon mengikuti langkah kaki Eunbi. Begitu mereka ada di lorong sempit, Eunbi membalikkan tubuh dan menatap Chaeyeon. Diletakkan pakaian-pakaian yang terbungkus dalam plastik pelindung ke sebuah bangku panjang.

"Chaeyeon-ah, bogoshipo," ucap Eunbi tulus memeluk Chaeyeon dengan lembut.

"Nado," balas Chaeyeon enggan, gadis itu tak membalas pelukan Eunbi. "Eonni-ya."

Keengganannya dipicu jengkel. Teringat bahwa Eunbi yang membocorkan rahasianya pada Woojin. Kalau saja Woojin tidak tahu Chaeyeon memendam perasaan, tentu saja semuanya akan baik-baik saja.

"Kau sudah membawa titipanku?" tanya Eunbi begitu melepaskan rangkulannya.

"Eo.." gumam Chaeyeon mengangguk sekali.

"Ada apa dengan wajahmu? Kau ada masalah?" tanya Eunbi masih heran dengan sikap adiknya. Ia mengira Chaeyeon melompat senang jika bertemu dengannya.

"Begitulah," sahut Chaeyeon merapatkan gerahamnya. Ia menahan diri untuk tak bicara.

"Katakan saja apa masalahnya."

"Eonni, bukannya kau sibuk? Aku yakin mereka menunggumu. Katakan padaku, kapan kau membawa bunggeoppang."

Eunbi mengeryitkan dahi heran. Setelah tak melihatnya untuk waktu yang lama, untuk pertama kali ia melihat sikap dingin Lee Chaeyeon.

"Oh.. Antarkan ke studio, kau tahu barang bawaanku banyak sekali?" Eunbi memungut seluruh barang-barangnya dan langkah sepatu kets hijaunya bergema lantang di lorong yang kosong.

"Eonni, aku tak bisa masuk."

"Nawa," ajak Eunbi terus mempercepat langkahnya.

Chaeyeon mengikuti dengan diam. Eunbi berjalan sangat cepat seperti lari maraton. Mungkin ia terbiasa bergerak mengikuti deadline. Berbeda dengan Chaeyeon yang berjalan santai.

"Chaeyeon?" panggil seseorang dari salah satu pintu yang terbuka ketika Eunbi sudah memasuki ruangan yang berisik. Beberapa wanita memasangkan berbagai aksesoris ke pakaian member W1, mengatur rambut mereka, mendandani wajah tampan mereka agar berkilau.

Chaeyeon terpana dengan orang-orang yang bergerak cepat dan terburu-buru. Ia melihat kakak perempuannya berteriak menginstruksikan banyak hal. Apakah Eunbi menjadi ketua di antara para gadis-gadis yang mengurus penampilan member W1? Sepertinya begitu kalau melihat Eunbi mengomeli salah satu staf yang salah memberikan celana pada Guanlin.

"YAA... LEE CHAEYEON?! Kau tak mendengarkanku?" panggil Park Woojin menghampirinya. Seorang gadis mengikuti Woojin dan memoleskan lipglous di bibir Woojin. Tidak terpengaruh dengan penyusup asing yang membeku sesaat.

Bibir Chaeyeon membuka saat matanya melihat Woojin yang tak ingin dilihatnya ada di depannya. Woojin semakin tampan saja dengan rambut coklat terangnya. Ia terlihat bersemangat untuk album baru mereka. Tak sabar menyapa Wannable dari kota Busan.

"Annyeong," sapa Woojin tersenyum ramah. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Mengantarkan pesanan untuk kakakku yang bekerja di sini," jawab Chaeyeon.

"Oh Eunbi Noona. Apakah itu bunggeoppang?"

"Dari mana kau tahu?"

"Aku yang meminta Eunbi Noona membawakan bunggeoppang."

Chaeyeon mendengus kesal. Kalau saja ia tahu siapa yang menginginkan bunggeoppang, tentu saja ia tak akan pernah datang kemari. Tentu saja ia akan melarang Yulhwa susah payah membuat kue berisi kacang merah yang dikiranya untuk Eunbi. Mungkin Yulhwa lupa Eunbi benci kacang merah.

"Untukmu," kata Chaeyeon menyerahkan satu kotak berisi bunggeoppang ke tangan Woojin. Kemudian dengan cepat ia membalikkan tubuhnya. Ingin enyah secepat mungkin dari hadapan Woojin. Ia benci dengan lelucon Woojin yang tak ada kabar satu tahun terakhir. Ia masih kesal dengan Eunbi yang masih bekerja di tempat Woojin. Ah andaikan Eunbi bekerja mengurus idol lain tak akan masalah, asal bukan Woojin.

"YA... Chagiya," sebut Woojin dengan keras, membuat jantung Chaeyeon melompat tak karuan, beberapa orang di sekitar Woojin membeku. Ada kisah baru yang semakin susah saja bila diberikan ke wartawan.

"MWO?" Chaeyeon sukses membalikkan tubuhnya, ia jelas terguncang seakan Woojin mengejek gadis itu memiliki tahi lalat besar di keningnya. "Kau bilang aku apa barusan?"

"Chagiya!"

"GILA..." dengus Chaeyeon berlari, membuat Woojin terpingkal melihat reaksinya. Tawanya terhenti ketika melihat tatapan masam Eunbi yang tanpa sadar mengikat dasi terlalu kencang di leher Daniel.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro