Part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perempuan itu bernama Aini. Dengan masih mengenakan setelan kebaya brokat dipadu dengan hijab warna senada yakni purple, Aini berdiri diam mematung di tepi sebuah jembatan yang tidak memiliki sekat pembatas.

Dengan kepala tertunduk, Aini menatap jauh ke bawah, tepatnya ke arah aliran sungai yang tidak begitu deras. Aini memajukan kaki kanannya pelan-pelan hingga tak lagi berpijak pada aspal jembatan.

"TIDAK! KAMU JANGAN LAKUKAN ITU, AINI! IBU MOHON!"

Suara teriakan histeris itu berasal dari ibu Aini yang telah muncul di area sekitar jembatan, tempat sang putri bungsu berada. Ibu Aini tidak datang seorang diri. Ada suami dan sang putri sulung. Bahkan keluarga dari calon menantu pun ikut menemani.

Ibu Aini ingin beranjak mendekati sang putri bungsu, mencegah aksi percobaan bunuh diri, tapi tak mampu dilakukan karena kedua lutut terlanjur terkulai lemas. Sang suami dan putri sulung dengan sigap menopang tubuh ibu Aini supaya tidak jatuh.

"Ibu yang kuat. Jangan rapuh begini! Yakinlah Teh Nini tidak akan bisa bertindak konyol seperti itu! Dia, 'kan, penakut." Aira, nama putri sulung itu, berkata kepada sang ibu.

"Apa kamu tidak melihat yang tersaji di depan itu? Kamu pikir dia sosok penakut? Daripada kamu menceramahi Ibu, lebih baik kamu lekas ke sana dan seret adikmu menjauh dari situ! Ibu tidak ingin sesuatu buruk menimpa Aini." Ibu Aini mengerang frustrasi dengan wajah telah basah bersimbah air mata.

Alih-alih Aira, Azhar-lah yang memutuskan untuk berlari mendekati Aini. Sosok pria jangkung itu merupakan calon pasangan yang siap disandingkan dengan Aini. Namun, Aini menolaknya dengan tegas. Azhar telah berhenti tak jauh dari tempat Aini berada.

Azhar mencoba bicara baik-baik kepada Aini agar perempuan itu bisa menuruti apa yang diucapkan olehnya. Tak tertinggal pula, Azhar menjulurkan tangan kanannya.

"Tolong kamu menjauh dari situ! Itu sangat berbahaya dan kamu bisa celaka. Tolong kamu kemari! Raih dan pegang erat tanganku!"

"Diam! Aku tidak butuh kamu. Yang aku inginkan hanya Om Ye seorang. Kenapa dia tidak datang kemari untuk menolongku? Apa dia benar-benar ingin melihatku terjun ke dasar sungai itu?" Ucapan Aini menjadi tak karuan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro