Eighth Harmony-Hear, that state

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apa yang kalian pikirkan jika ada seseorang yang dekat dengan kalian berbincang akrab bersama dengan sahabat kalian?

Tidak, aku tidak cemburu.

Aku hanya merasakan sedikit rasa perih di dadaku dan sedikit rasa kesal.

Hanya sedikit.

Sungguh, melihat Fuyumi berbincang akrab dengan Shiro―sangat membuatku tidak merasa nyaman. Apalagi saat Fuyumi mengusap kepala Shiro dan hal itu membuatku refleks membuang muka.

Jadi tolong, seseorang definisikan apa yang baru saja kurasakan!

"Yuki kenapa diam saja?"

Aku sontak mengendakkan kepalaku, menatap Fuyumi dan Shiro secara bergantian, kemudian kembali sibuk mengaduk-aduk matcha frappe-ku dengan sedotan. "Tidak apa-apa."

"Jadi kalian sudah saling kenal?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Fuyumi hanya kujawab dengan anggukan kecil. "Hm."

Gadis itu termangut-mangut sesaat, sebelum akhirnya tersenyum lebar. "Bagus lah!"

Shiro mengangkat sebelah alisnya, "bagus apanya?"

"Ya bagus," Fuyumi memamerkan deretan gigi putihnya dengan seringaian lebar, "kita jadi bertambah satu personil. Sudah cukup, kan?"

"Hah?" Aku menatap bingung ke arah Fuyumi. "Personil apa?"

"Band," Shiro memijit pelan keningnya yang berkerut. "Aku tak menyangka Fuyu mengajakmu tanpa sepengetahuan dirimu."

"Band? BAND?!" Seruku histeris.

"Iya, Band." Fuyumi meneguk kopi panasnya beberapa saat, sebelum akhirnya melanjutkan, "aku ingin kamu menjadi vocalist kita, Yuki."

Mataku membulat sempurna, terkejut bukan main saat mendekat kalimat tersebut terlontar begitu saja dari mulut gadis itu. Aku segera menyilangkan kedua lenganku hingga membuat lambang huruf X. "Tidak! Jangankan ikut Band, aku saja tidak bisa membaca not balok! Aku buta nada!!"

"Tidak apa-apa," dengan santainya Fuyumi mengibas-ngibaskan telapak tangannya kepadaku, "nanti Shiro yang akan mengajarimu."

Dapat kulihat, kening lelaki itu terlipat. "Aku?" Tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri. Ada warna abu-abu dari warna suaranya, membuatku menegup pelan ludahku.

"Iya, kamu. Memangnya siapa lagi orang di sini yang bernama Shiro selain dirimu?"

Shiro tampak hendak memprotes, tapi segera ia urungkan. Dengan berat hati dia mengiyakan permintaan Fuyumi. "Hm."

Fuyumi tampak tertawa penuh kemenangan, "tenang saja Shiro, aku berjanji akan mentraktirmu takoyaki jumbo!"

Wajah suram lelaki itu sontak berubah drastis. "Janji, ya?" Terlihat, ada warna kuning yang terlihat kontras di suaranya, menandakan dia sangat bahagia.

"Iya!"

Deg!

Tuh kan, perasaan itu datang lagi! Apa sih yang sedang kurasakan sekarang? Padahal kan hanya melihat Shiro dan Fuyumi terlihat mesra di hadapanku seperti sepasang kekasih. Dan tidak, aku tidak cemburu, jadi jangan mengira aku akan cemburu melihat mereka seperti itu!

Aku berdeham keras, membuat mereka berdua menoleh dan menatapku nyaris bersamaan. "Maaf, aku menolak!"

"HEE?! KENAPA?!!"

"Aku buta nada!"

Fuyumi mengembungkan kedua pipinya. "Sudah kubilang Shiro akan mengajarimu!"

Aku menggelengkan pelan kepalaku, "aku tidak mau menyusahkan. Lagipula, Shiro, kau tidak perlu berpura-pura mau seperti itu."

Shiro menatapku datar. "Aku mau."

"Tuh kan sudah kubilang dia mau!"

Aku nyaris saja ingin menghantamkan kepalaku ke dinding. Aku tahu Shiro mau melakukannya karena Fuyumi bersedia mentraktirnya sepiring takoyaki! Maaf, kuulangi, DEMI SEPIRING TAKOYAKI ASTAGA!

Sadar bahwa Fuyumi akan terus menerorku hingga aku menyetujui, pada akhirnya aku mengiyakan. "Memangnya, untuk apa membuat Band?"

Fuyumi menyerahkan sebuah brosur kepadaku. "Festival bunga salju, aku ingin mendaftar!"

Aku mengangkat sebelah alisku. "Festival bunga salju?"

"Iya," Fuyumi menjawab dengan penuh antusias. "Bukan lomba sih, dan tidak ada hadiahnya juga." Gadis itu terdiam, menatap kosong secangkir kopi di atas meja. "Tapi, aku ingin menunaikan janjiku."

Aku menatap Fuyumi lekat. Tidak, daripada menatap wajah Fuyumi, aku lebih mengunci pandanganku pada warna suaranya yang berubah drastis dari kuning menjadi biru―menandakan bahwa dia sedang sedih. Aku menarik napasku, kemudian menghembuskannya pelan. Ingin bertanya, tapi itu bukan urusanku. Haruskah aku ikut campur atau diam saja?

Diluar dugaan, Shiro menepuk kepala Fuyumi beberapa kali, membuatku menatapnya tak percaya. "Sudah, aku yakin kau bisa menunaikan janjimu."

Fuyumi mengembangkan senyumannya. "Terima kasih, Shiro!"

Aku tersenyum pahit. Disaat seperti ini, mengapa aku tak mampu untuk menghiburnya?

"Oh, Yuki!" Panggilan dari Fuyumi membuyarkan lamunanku. "Mulai senin, setiap pulang sekolah kita pulang bersama ya!"

Aku memiringkan kecil kepalaku. "Bukankah kita memang selalu pulang bersama?"

"Ah, maksudku bukan hanya berdua," Fuyumi menepuk pundak Shiro beberapa kali dengan seringaian lebar. "Maksudku, kita bertiga!"

Aku terdiam, mencoba mencerna perkataan Fuyumi sebelum akhirnya melotot tidak percaya. "Jangan bilang..."

"Iya, nanti kita akan dijemput oleh Shiro hehe."

Shiro memutar bola matanya, "aku seperti sopir saja."

"Hey, kan hanya kamu satu-satunya anak yang diberi hadiah mobil oleh Obaa-sama!"

"Siapa suruh tidak mendapat nilai sempurna di setiap mata pelajaran?"

"Kau jahat sekali Shiro! Aku tidak jadi mentraktirmu takoyaki!"

Shiro tampak memutar bola matanya―jengah. "Aku bisa beli sendiri."

Fuyumi mendesis kesal. "Huh, baru juga kerja sambilan jadi penyanyi kafe, sudah sombong saja!"

Aku terdiam, mencoba mencerna perdebatan konyol antara Fuyumi dengan shiro. Obaa-sama? Nenek? Jangan bilang... "jangan bilang kalian bersaudara?"

"Eh? Yuki belum tahu ya?" Fuyumi mengandeng lengan Shiro. "Si wajah tripleks ini sepupuku!" Gadis itu tergelak saat Shiro menatapnya dengan wajah super datar. "Ibunya adalah kakak dari ayahku. Jadi yah... itu mengapa nama keluarga kami berbeda."

Entah mengapa, ada perasaan yang teramat lega dari dalam lubuk hatiku. Entah kata-kata apa yang cocok untuk mendeskripsikannya sekarang ini.

Setelah beberapa saat berbincang dan sesekali bersenda gurau―meski sebenarnya Fuyumi yang paling banyak mengoceh sedangkan aku dan Shiro hanya menjadi pendengar yang baik―kami memutuskan untuk pulang diantar oleh Shiro menggunakan mobilnya.

"Sayonara! Aku duluan ya!!" Pamit Fuyumi begitu mobil Shiro terparkir di depan pagar rumah besar Fuyumi. "Shiro, jangan macam-macam dengan Yuki ya! Dia masih polos!!"

Demi apapun aku justru refleks menatap datar Fuyumi, begitu juga dengan Shiro.

Setelah mobil kembali melaju, terdapat aura yang luar biasa canggung melanda suasana sekitar. Baik aku maupun Shiro, kami sama-sama tidak membuka percakapan.

"Hey,"

Warna biru limau yang terpancar di penglihatanku membuatku sontak menoleh, menatap Shiro yang sedang fokus menyetir. "Y-Ya?"

Lelaki itu terdiam beberapa saat, hingga mobil terhenti akibat lampu lalu lintas yang berubah menjadi merah. "Aku pernah bilang bahwa kau menyebalkan, bukan?"

"Um... ya," jawabku ragu. Setelah berpikir seribu kali, akhirnya aku mengumpulkan keberanianku dan bertanya, "mengapa kau menyebutku begitu? Apa dulu aku memang menyebalkan?"

"Iya," warna putih yang keluar dari suaranya membuatku refleks menatapnya datar. Dia jujur sekali! "Tapi itu dulu."

"Maksudmu?"

"Sekarang sudah tidak menyebalkan," Shiro kembali menginjak pedal gas begitu lampu lalu lintas berubah hijau, "semenjak bertemu Fuyumi."

"Jadi kau berencana membagus-baguskan Fuyumi dimataku atau apa?" Tanyaku sedikit jengkel.

"Bukan begitu," mata cokelat pekat Shiro tampak bersinar saat disapu sorot cahaya lampu jalan. "Hanya saja, senyummu berubah."

Entah mengapa, aku tak bisa menahan lengkungan bibir yang mengembang di wajahku. "Barusan kau memujiku?"

"Aku tidak memujimu," gumamnya pelan. Tangannya sibuk menggenggam erat setir mobil. Menatap wajah datarnya, sekilas dia terlihat serius. Tapi jika dilihat dari warna suaranya, tentu saja dia berbohong. Berarti benar barusan dia memujiku.

Tanpa bisa kutahan, aku tergelak. "Kau lucu."

"Terima kasih."

"Hey, aku tidak memujimu!"

"Kau barusan bilang aku lucu."

"Kutarik ucapanku!"

Malam itu, membuat hubungan kami menjadi lebih erat. Kami menjadi lebih dekat, dalam arti persahabatan.

***TBC***

Published: 14-03-19

A/N

Bumbu-bumbu lope bertebaraaannnn~~

(Wailah malah nyanyi)

HELLAW MANTEMAN! BERTEMU LAGI DENGAN VARAAA~!!

Udah dua minggu lebih digantungin yah? Wkwk, maap yah, Vara lupa apdet mwuehehehehe.

Padahal serius, tinggal update doang, tapi Vara lupa :"v

Baiklah, silakan timpuk Vara.

Sudah mulai masuk konflik yah! Jangan lupa Voment biar Vara lebih semangat ngetik :D

WOKEH! Stay tune manteman, kalian pasti bakal Vara buat (semoga) terkesan dengan konflik cerita ini (Aamiin!!!)

Babay manteman~♡

Adios!

Big Luv, Vara.
🐣🐤🐥

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro