Disini Semuanya Menyebalkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa kakak yang bernama Ringo?" Ringo mengangguk.

"Apa benar kakak pernah bercinta dengan kak Valen?" Ringo langsung tersedak hebat.

"...siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu, Eleanor?"

"Ah! Eleanor diajari oleh Kak Sulap? Iya, Kak Sulap!" Ringo sudah bisa menebak siapa 'Kak Sulap' ini. Tidak ada pria lain yang dekat dengannya di dunia Online ini kecuali seorang pria brengsek yang merupakan fansnya. Dari ekspresinya, Valen masih belum tahu siapa si Kak Sulap ini. Dan Ringo juga tidak berencana memberitahunya.

"Ringo...? Kau tahu siapa... kak sulap ini?"

"Lah, emangnya peduliku apa?"

"Ihh! Sejak di Dragun kau selalu begitu! Cuek banget pas aku di dekatmu, pas jauh malah ngirim-ngirim pesan 'Val, aku rindu'! Maumu apa sih?!" Ringo menaikkan alisnya. Bahasa Valen adalah bahasa alay. Padahal Valen tidak berasal dari Indonesia. Dia tahu siapa Valen sebenarnya dan tinggal dimana. Dan Valen pernah berkata kepadanya kalau bahasa Indonesia itu ribet blablabla segala macam. Jadi dia tidak yakin kalau si Green Revolutioner sudah belajar bahasa Indonesia.

"Ah... gini ya, Val. Aku bukan cuek, tapi gak peduli."

"Sama aja geblek!"

"Hihi! Kak Valen lucu!"

"Eleanor!"

Ya. Hal-hal seperti ini sudah lama tidak dia rasakan. Dirumahnya, ibunya tidak terlalu dekat dengannya. Palingan ya olahraga bersama, makan bersama, dan lain-lain, tapi tidak pernah sampai tertawa lepas bersama sehari-hari. Kalau abangnya sih beda cerita. Hanya si Elroy yang ngeselin. Yang lain? Joget bersama dengan lagu Astronomia terputar adalah kegiatan sehari-hari bagi mereka.

Menyenangkan sesekali merasa bebas dari akal sehat.

"Jadi? Begini manusia menghabiskan waktunya ya? Hmm..."

Ringo lupa kalau Eleanor punya SP sebesar gaban, sampai-sampai mahkluk yang satu ini bisa ikut jalan-jalan dengan mereka. Kota Lindbeck memang sedikit kacau, tapi entah mengapa si penjual budak menggunakan budak-budaknya untuk mempercepat pemulihan kota sampai lima kali lipat lebih cepat. Mungkin dia sedang merasa baik, atau otaknya lagi korslet. Mungkin keduanya.

"Nona Saha--"

"Ah, tidak. Tidak perlu sopan seperti itu. Aku hanyalah seorang gadis."

Ya, seorang gadis yang memunculkan laser dari langit tanpa pikir panjang.

"Kalau begitu, Sahaquiel, mengapa kau bisa berada disini dalam waktu yang lama?"

"Ah, kau adalah pemain... 'Dragun Online', menurut bahasa kalian yang aku tidak mengerti. Di dunia ini, para Summon hidup berdasarkan sihir mereka sendiri. Tuan kami cukup memanggil kami dan kami bisa tinggal selama tuan kami mau. Mengenal Eleanor..."

Gadis yang disebutkan sedang menggantung pada Valen sembari berusaha mengambil... permen kapas? Ya. Permen kapas. Dari tangan Valen. Dan Valen menggoda si gadis Summoner dengan mendekat-dekatkan makanan manis itu kepadanya.

Darimana mereka membeli permen kapas itu? Siapa yang masih jualan ditengah krisis seperti ini? Mengapa ada permen kapas di dunia ini? Dan kapan Ringo dan Sahaquiel ketinggalan?

"Jadi, Eleanor ingin bersamamu terus?"

"Kau seharusnya lebih mengenal anak manusia dibanding diriku. Tebak sendiri."

Ini malaikat ngeselin juga.

"Terserah. Betewe, kenapa kau dari tadi tidak berbicara?"

"'Betewe'?"

"By the way."

"Oh.... Betewe. Hmm..." Terkadang, mahkluk-mahkluk yang bukan manusia merasa takjub dengan ketololan yang diciptakan oleh manusia. Bahasa gaul adalah salah satunya.

"Aku sedang memikirkan sesuatu."

"Dorno Doblaine?" tebak Ringo. Sahaquiel menggeleng.

"Bukan. Aku lebih memikirkan soal Sect yang ada. Kenapa The Yellow Sect baru bergerak sekarang? Bukankah sejak dulu mereka membenci The Black Sect? Tapi kenapa baru sekarang?"

"Karena itu cerita di game-nya." Seandainya Ringo mengatakan itu kepada seorang malaikat yang mungkin mengerti...

"Mungkin karena Benzenea?" Wajah Sahaquiel langsung berubah muram. Oh.... Dia masih salty. Sepertinya seorang malaikat punya harga diri yang tinggi.

"Benzenea, ya... Kak Sariel menertawaiku karena kalah darinya. Dan kak Uriel malah meledekku." Sahaquiel kemudian menghela napas. Ringo tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tidak pernah ada dalam sejarah seorang malaikat curhat kepada manusia.

"Ah. Aku mengatakannya dengan kuat, ya? Pasti sekarang ekspektasimu soal malaikat langsung menurun," ucapnya lirih. Ringo benar-benar ingin keluar dari situasi yang luar biasa aneh ini.

"Ah... tidak. Aku pernah membaca... fiksi dimana keempat Archangel melakukan kesalahan. Ekspektasiku terhadap malaikat sudah lama jatuh."

"..."

Tunggu, kenapa Sahaquiel memanggil para Throne?! Kenapa dia membuat sebuah pedang?! Dan kenapa pedang itu bersinar seperti pedang Star Wars?!

"Aku tidak percaya ada fiksi seperti itu."

"Berarti kau belum tahu sebetapa beracunnya internet." Sahaquiel jelas tidak mengerti apa yang diucapkan-- tunggu, kenapa dia mengangguk?! Jangan-jangan dia tahu?!

"Internet, ya. Kemarin aku mendengar Valen dan Trash membahas itu dan mereka menjelaskannya dengan... ehem,'Tempat dimana hal paling baik dan buruk bercampur menjadi sebuah rumah komedi.' Sekarang aku mengerti apa maksudnya."

"Seseorang... tolong keluarkan aku dari situasi ini..."

...

"Aku tidak percaya kau benar-benar mengulitinya."

"Eh, mereka ini hanya sebuah data di dalam komputer. Seorang karakter tak penting dalam permainan yang luas. Lagian, dia yang tidak mau berbicara. Pendeta atau bukan, aku harus mengacungkan jempol kepada keteguhan dirinya." Pria itu kemudian memain-mainkan pisau yang berada di tangannya, lalu menangkap bagian tajamnya ditengah jari telunjuk dan tengah. Pria yang bersamanya tidak terlihat terkesan.

"Setidaknya kau masih barbar juga walau tidak berburu Artifact lagi, Owen."

"Kawan, di dunia nyata aku terkenal sebagai orang yang keluar masuk penjara. Dan kau terkenal sebagai polisi. Siapa sangka kita akan berteman disini, Ayah." Ayah mengangguk. Owen kemudian mengangkat pisaunya, lalu menggenggamnya kembali.

"Sayang sekali si White Dictator tidak lagi bertindak sesuai konsep hitam-putih. Padahal lebih menyenangkan jika seperti itu."

...

"Dimana... aku?"

Sonia terbangun di sebuah ruangan yang gelap. Tapi dia bisa melihat dalam gelap dengan baik dan dia langsung tahu dimana dia berada. Rumah Owen. Sonia langsung merasa aman. Kemudian dia mencoba mengingat sesuatu. Tunggu, sebelum dia pingsan, kan...

Oh, dia gagal lagi.

Lagi.

LAGI.

LAGI!

"Haha.... Jadi, aku gagal melindungi kampungku, gagal menjadi budak yang layak, dan gagal menjadi AniOwl yang hebat? Wah, hebat sekali diriku ini menghancurkan nama baik Animan..."

"Jadi, kau mau kekuatan?"

Kemunculan suara lain di ruangan itu membuat Sonia tegang. Tidak ada masalah apabila yang berbicara adalah suara yang ia kenal. Tentu saja suara itu adalah suara baru. Suara dari seorang gadis yang kedengarannya jahil. Tapi entah mengapa, ada sedikit kelicikan terdengar dari pertanyaannya.

Tolak. Apapun. Yang. Terjadi.

"Aku mau. Tapi tidak darimu."

"Aw~~ Sial. Ya sudahlah, bye~~"

Sonia menaikkan alisnya. Begitu saja? Bukankah biasanya akan ada banyak cobaan dulu seperti di dongeng-dongeng yang diceritakan ibunya? Sonia bersyukur senjatanya masih ada padanya. Sehingga ia bisa menariknya sekarang untuk jaga-jaga.

"Apa... kau masih disini?" Sonia tidak percaya kalau suara misterius itu akan langsung pergi.

"Tentu saja. Aku ada disini, dan aku tidak ada disini. Aku adalah segalanya, dan aku juga ketiadaan. Aku adalah alfa dari omega; awal dari akhir." Awal dari akhir? Akhir apa? Akhir... hidupnya?!

"S-sebenarnya apa maumu?!" Sonia benar-benar takut. Ia sudah melihat sekelilingnya, dan tidak ada orang lain. Sebagai seorang AniOwl, melihat dalam kegelapan adalah hal yang mudah. Bukan hanya mudah, melihat dalam kegelapan adalah suatu kegiatan yang sangat lumrah baginya. Jika ada yang tidak bisa ia lihat dalam kegelapan...

Ada alasan kenapa frasa 'tidak ada itu lebih menakutkan' adalah salah satu kata-kata khotbah utama tetua para AniOwl.

"Mauku? Ha, lucu kau bertanya. Aku akan membawa akhir dunia ini. Bukankah dari gelarku sudah jelas?"

Sekarang suara itu terdengar bodoh. Mengakhiri dunia? Dimana bahkan pasukan raja iblis tidak bisa melakukannya? Sampai-sampai ras iblis tobat? Berani sekali dia mengatakan hal seperti itu.

"Apa kau sedang mabuk?"

"...dari sekian banyak hal yang bisa kau katakan padaku, kau mengatakan itu? Gue suka gaya lo. Eh, benarnya? Entahlah. Itulah itu." Sonia semakin yakin dia benar-benar mabuk. Mengingat mahkluk tak kasat ini mengatakan kalau dia akan mengakhiri dunia lalu mengatakan hal-hal ngawur dengan suara yang sedikit cempreng membuat Sonia kebingungan. Jika ada orang lain yang mengatakan hal-hal ekstrim seperti mengakhiri dunia seperti mengatakan nama makanan kesukaan, hanya ada satu kemungkinan dalam pikiran Sonia.

Psikopat.

"Ah, bosan. Bye."

Sonia bisa merasakan atmosfer disekitarnya menjadi damai, dan ia langsung menghela napas lega. Suara cempreng... perkataan yang berani... sifat yang santai... dan tak terlihat dalam kegelapan...

Alfa... dari omega. Awal dari akhir.

Siapa dia?

...

"Apa menurutmu Ringo dan Killa sudah dapat Side Job, Bayle?" Tanya Hayabusa, kedua tangannya menggenggam sepasang belati yang serupa. Bayle menggelengkan kepalanya, tapi kemudian ia menyadari posisi mereka. Keduanya sedang saling berbelakangan dengan sejumlah anggota The Yellow Sect mengelilingi mereka. Namun, mereka berdua tahu anggota-anggota sekte fanatik itu tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua.

"Killa mungkin sudah. Tapi Ringo perlu ke pusat Kekaisaran agar mendapatkan Skill Alchemy. Kayaknya sih belum." Bayle memutar tombaknya ala mayoret, lalu mengarahkan ujung tajamnya kepada anggota The Yellow Sect. Untung saja Hayabusa tidak terkena bagian tumpul senjata si Wanderer.

"Kemari kalian, pecundang." Saat ini, mereka berada di kota Revere. Kondisi di kota Revere sedikit lebih baik daripada Lindbeck dari luar. Tidak ada rumah yang terbakar. Tidak ada suara jeritan rakyat. Tidak ada apapun. The Yellow Sect di kota ini tidak bisa bertindak semena-mena tanpa adanya dukungan dari Sect lain. Oleh karenanya, The Yellow Sect meminta untuk mengevakuasi seluruh rakyat kepada Sect lain agar mereka bisa menjalankan misi mereka.

Para pemain dan mereka yang berhubungan dengan The Black Sect bukanlah rakyat di mata The Yellow Sect.

"Perintah Pendeta Dosth adalah mutlak. Kami diperintahkan untuk tidak menyerang kalian," balas salah satu anggota The Yellow Sect. Hayabusa langsung menurunkan senjatanya karena memang tidak berniat bertarung, tapi Bayle memiliki pendapat yang berbeda.

"Oh, ya? Setelah kalian mengganggu pelanggan yang sedang membeli suvenirku sehingga mereka jadi menginjak-injak jualanku karena terkejut, kalian pikir aku akan membiarkan kalian begitu saja? The Yellow Sect atau bukan, sekali menggangguku berbisnis-- It's personal." Semua anggota The Yellow Sect langsung mengangkat senjata mereka yang beragam, mulai dari pisau, belati, pedang, sampai sebuah salib raksasa. Kedua pemain masih tidak mengerti bagaimana benda itu bisa berfungsi.

"Kalian hanya berdua dan kami ada banyak," ancam anggota yang lain.

"Kami hanya berdua dan kalian masih kurang," balas Bayle. "[Spear Stab]!"

...

Heinrich Puck. Pendeta The Black Sect. Satu-satunya yang masih aktif di mata publik. Keberadaannya tidak bisa digoyahkan bahkan oleh pendeta Sect lain meskipun The Black Sect adalah Sect terlarang bagi manusia. Tidak perlu banyak alasan kenapa dia tidak bisa didepak pendeta-pendeta lain.

"Sesuai dengan gelarmu... Priest of Death... Tapi... Sect-mu akan...!"

Seorang pria dengan wajah brewokan dan fesyen yang sama dengan Dorno Doblaine berkata ditengah-tengah engahan napasnya. Dihadapan si pria, Heinrich berdiri tegak dengan pakaian yang masih mulus. Namun, hal itu bukanlah hal yang paling menarik di dalam bangunan The Black Sect, tempat mereka berdua sedang bertarung.

"Dosth Doblaine. Aku mengenalmu dan juga adikmu Dorno. Aku tahu kalau kalian berdua bukanlah orang yang suka berurusan dengan orang lain. Pasti ada sesuatu yang sedang mengendalikan kalian," kata Heinrich datar. Tiap hembusan napas Dosth yang terengah-engah menjadi satu-satunya suara yang mengiringi ritme lain yang terdengar jauh lebih kuat dan mantap diantara kedua pendeta beda faksi itu.

"Sayang sekali. Aku adalah Pendeta The Black Sect. Bagi sang Dewa Kegelapan, Naix, segala macam kurban diterima asalkan dilakukan dalam waktu bulanan. Ethereal Wings inilah bukti aku bisa memenuhinya." Ya, Heinrich memiliki sepasang di punggungnya. Dan bukan sayap yang biasanya ada pada mahkluk hidup seperti kelelawar ataupun burung. Kedua sayapnya tidak memiliki bentuk yang tetap; hanya debu-debu yang mengkilat membentuk sepasang 'sayap'. Dan sayapnya tidak mengkilat dalam cahaya, melainkan dalam hitam yang kosong. Sayapnya seolah-olah menyerap warna dari hal yang disentuhnya, mengubahnya menjadi kegelapan pekat yang menjadi asal dari gelar Heinrich.

Priest of Death.

"Sepertinya aku masih tidak ingin berpisah dengan sayap ini. Apakah kau mau membantuku untuk menjadi kurban bagi sang Naix?"

...

"Jadi... kau ingin mencari uang disini?"

"Yap."

"Dengan Side Job Alchemist?"

"Yoi."

"Dan kau ingin ke pusat Kekaisaran hanya untuk itu?" Sebuah anggukan mantap diberikan Ringo. Valen menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, begitu juga Sahaquiel. Eleanor, tentu saja, mendukung Ringo 120%.

"Semoga kakak dapat Side Job-nya, ya! Eleanor akan mendoakan kakak!"

Sungguh sebuah jiwa yang sangat murni di dunia yang penuh dosa ini. Oh ya, saat ini mereka ada di dalam bangunan Barong Garuda. Ayah dan Owen sudah selesai menginterogasi Dorno, namun mereka berdua memberitahukan kalau si pendeta gila bunuh diri. Tak ada alasan bagi Ringo untuk tak percaya. Owen langsung off ditempat, sementara Ayah kembali mengurus anggota-anggotanya yang sedang membantu pemulihan kembali. Mengurus korban manusia --meskipun NPC-- bukanlah hal yang mudah.

"Aku akan mengajarimu." Sebuah suara baru tiba-tiba ikut dalam pembicaraan. Keempat pasang mata yang ada di sana terfokus kepada Trash, yang mengenakan pakaian simpel layaknya pemain pemula. Ringo hampir tidak mengenalnya.

Namun kalimat yang diucapkannya membuat semua gir di dalam otak Ringo berputar kencang.

"Kau... seorang Alchemist dan juga Acolyte?"

"Class Fighter tapi. Aku lebih berfokus ke build damage. Tenang saja, aku tidak akan mengajakmu ke sisi-- oh ya, kau kan Acolyte petarung di Dragun walau INT-mu paling banyak. Aku masih tidak mengerti bagaimana kau melakukannya." Kerja keras, berpikir-di-luar-kotak, dan sedikit keberuntungan akan memberikanmu apapun yang kau inginkan. Game ataupun tidak. Salah satu hal yang dipelajari Ringo di Dragun Online.

"Baiklah. Aku senang kau ingin mengajariku. Tapi aku tidak punya waktu untuk itu sekarang. Aku sudah punya rencana. Benar juga, Sect kalian apa?" tanya Ringo. Ia bisa mempercayai Valen, Eleanor, dan bahkan Sahaquiel. Namun dia belum mengenal Trash dengan baik. Hanya teman dari teman. Bukanlah hal yang baik untuk bergerak gegabah ketika Owen bergantung padanya.

"Kami semua The Red Sect. Setidaknya Dewi Ignia bukanlah dewi yang menyukai peperangan skala besar. Aku juga mendengar kalau ia berteman baik dengan Naix," jelas Valen. Secara tidak langsung, Valen mengatakan kalau The Red Sect tidak punya niat untuk membasmi The Black Sect. Ringo melirik Sahaquiel, dan sang malaikat mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

Valen dengan jelas menunjukkan ekspresi keberatan.

"Oke. Aku berasal dari The Black Sect." Tak ada satupun dari mereka yang terkejut. Hal ini membuat Ringo sendiri terkejut, tapi tentu saja ia tidak nampak terkejut bagi orang lain. Meskipun ada salah satu dari mereka yang bukan 'orang', sepertinya sang entitas surgawi tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia sadar.

Yang entah mengapa malah membuat Ringo semakin takut.

"Untung saja tidak ada yang terkejut. Aku ingin kembali ke Revere. Pusat The Black Sect yang ku ketahui ada di sana. Aku akan berangkat ketika Sonia-- tunggu... dimana dia?"

...

AN: Yup. Update malam. Emang author brengsek. Udah jadwalnya mingguan malah hampir ngaret tanpa alasan. Dan aku hanya punya satu alasan kenapa ini ngaret: Writer's Block. Demi sempak firaun, Writer's Block terlalu menyakitkan.

Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro