Bab 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mereka yang menyebut ini pesta, pastilah orang-orang yang tujuannya datang cuma untuk pamer barang mewah. Aku sedari tadi berdiri memegang minuman, memperhatikan bagaimana para wanita sosialita bertukar informasi mengenai harga pakaian, kalung, tas, bahkan sepatu serta aksesoris lain yang mereka kenakan. Tak hanya itu, mereka menyombongkan profesi suami dan keluarga mereka dengan ekspresi bangga. Apakah mereka berpikir bahwa kekayaan itu selamanya menjadi hal yang abadi?

Mereka tidak tahu saja, banyak orang di luar sana berjuang untuk mencari uang. Susah payah membanting tulang bahkan sampai berkorban untuk tidak lanjut sekolah. Dan orang-orang ini justru menghambur-hamburkan won yang mereka miliki.

"Kenapa melamun? Makanannya tidak enak?"

Setelah beberapa saat lalu menghilang ditelan bumi, Taehyung datang menghampiriku. Masih ingat padaku rupanya.

"Kapan kita pulang?"

"Pulang? Oh, aku belum bilang padamu, ya. Hari ini kita akan menginap di vila."

"Apa? Kenapa kau baru memberitahuku? Aku tidak membawa baju ganti dan perlengkapan lain."

"Jangan panik, semua sudah tersedia di sini. Lagi pula cuma semalam kok. Reaksimu terlalu berlebihan."

Ugh, lagi-lagi dia memutuskan sesuatu semaunya sendiri. Apa dia tidak penasaran, aku nyaman di tempat ini atau tidak?

Bukannya aku tidak suka menginap di vila keluarga Taehyung—tempat digelarnya perkumpulan elit yang mayoritas tamu undangannya adalah teman-teman dekat Bibi. Vilanya bagus, luas, pemandangan di luar juga cukup memanjakan mata. Fasilitasnya lengkap, baik secara indoor maupun outdoor, tidak ada kekurangan sama sekali. Hanya saja, lingkungan sosial di sini yang membuatku benci. Aku paling malas berhubungan dengan orang kaya yang bisanya merendahkan orang lain di bawahnya. Bahkan meskipun gaunku malam ini necis dan terkesan fantastis, itu tak membuat pandangan orang lain padaku jauh lebih bernilai.

Semua berkat Bibi. Kalau saja Bibi tidak menyebarkan rumor soal riwayat depresi Sohyun, mungkin aku masih bisa lumayan bergaul dengan mereka. Sebalnya lagi, kenapa Bibi harus bilang kalau aku ini janda? Aku keguguran bayiku dan ditinggalkan suamiku sendiri karena dianggap sebagai istri yang tidak becus menjaga anak.

Ahh, rasanya ingin kurobek bibir wanita itu!!

"Yang benar kau? Wanita itu menjanda? Suaminya meninggalkannya?"

"Iya. Kau tidak percaya? Heh, kalau bukan karena kebaikan putraku, dia tidak akan selamat berjuang di dunia yang keras ini."

"Taehyung memang anak yang baik, kau beruntung memiliki putra sepertinya."

"Tentu saja, makanya, aku ingin putraku menikah dengan wanita baik-baik juga. Kalau bisa, wanita yang pandai merawat diri dan bisa mengurus keluarga. Wanita yang pintar menjaga bayinya, membesarkannya hingga dewasa dengan penuh kasih sayang."

Kenapa seolah-olah Bibi menyindir dan menghinaku, ya? Seandainya semua yang ia bilang benar, maka aku tidak akan memberontak dalam hati. Sayang, ucapannya itu palsu. Sohyun sedikit pun tidak pernah punya niat untuk menyakiti bayinya sendiri. Ia depresi bukan karena ingin, melainkan ada sebab lain. Sekarang aku ingat, kenapa Bibi sangat membenci Sohyun.

Di hari pernikahan itu, beliau mengatakan sesuatu di ingatan Sohyun.

Seharusnya bukan kau yang berada di posisi ini. Putraku tidak pantas menikahi wanita gila sepertimu. Kau hanya akan menjadi aib keluarga. Sampai kapan pun, kami tidak akan pernah mengakuimu. Dan mulai detik ini, jangan pernah kau sebarkan berita pernikahanmu kalau kau tidak ingin anakmu kehilangan ayah.

Hidup selalu begitu. Banyak hal yang tidak kita harapkan terjadi. Tetapi, untuk mengeluh dan berdiam diri saja juga tidak benar. Segera, aku akan membuat mereka bungkam. Aku akan membuat mereka mengucapkan kata "maaf". Kata yang tidak pernah mereka sebut dari mulut mereka yang katanya penuh martabat dan harga diri. Aku akan membuat mereka berlutut meminta ampun pada Sohyun atas apa yang mereka perbuat selama ini. Aku akan buktikan, apa yang sudah terjadi dan menjadi kesalahpahaman selama bertahun-tahun. Semua tinggal menunggu waktu yang tepat.

***

Aku tertawa. Di ruangan gelap, sempit, dan agak berdebu. Penerangan minim, jendelanya pun hanya sebatas ventilasi. Tak besar dan tinggi seperti kamar lain. Aku sudah menduga, diskriminasi macam ini akan terjadi. Tentu saja, Bibi tidak membiarkanku menikmati kenyamanan vilanya. Alih-alih memberiku kamar tamu yang luas, ia memberiku kamar pembantu.

Tetapi tidak masalah. Aku—Yoon Yooseul—sudah terbiasa tinggal di ruangan sempit. Mungkin benar, Tuhan memintaku untuk menggantikan Sohyun karena berbagai alasan. Salah satunya adalah bahwa aku orang yang bisa bertahan hidup dalam kondisi apapun. Aku lebih tangguh dan aku tidak lemah seperti wanita itu. Meskipun umurku jauh lebih muda, tetapi pemikiranku dewasa. Mampu mengimbangi Taehyung, yang kini berstatus sebagai suamiku secara tidak langsung.

Aku membersihkan dan membereskan ruangan ini. Memakan waktu lebih dari 30 menit untuk menuntaskannya. Hingga akhirnya, aku bisa merebahkan diri di atas kasur berukuran single dan berseprai tipis. Jujur, berada di sini mengingatkanku semasa aku masih hidup. Aku jadi sedikit bernostalgia. Ya, tidak ada ruginya aku di tempatkan di kamar kecil ini. Aku jadi selalu bisa mawas diri bahwa aku dan keluarga Taehyung maupun Sohyun itu derajatnya jauh berbeda.

Mana mungkin kan, wanita miskin sepertiku bisa mendapatkan pria kaya seperti Seokjin? Sejak dulu, si kaya dan si miskin itu selalu ditakdirkan untuk memiliki kehidupannya masing-masing.

Seperti ikan yang tak bisa hidup di darat, menjadi Sohyun sama saja seperti aku berubah habitat. Aku harus menyesuaikan diri agar bisa menghirup udara di keluarga yang mengerikan ini. Tapi sampai kapan? Akankah hari itu tiba? Hari di mana aku berhasil membebaskan penderitaan Sohyun?

Apakah setelah aku mencapai keberhasilan itu, aku akan kembali ke tempatku sebelumnya?

Menjadi Yoon Yooseul yang tinggal nama dan kenangannya saja. Apa aku benar-benar lenyap setelah ini?

Tok, tok, tok.

Suara ketukan pintu mengagetkanku. Gagangnya bergerak naik–turun seakan ada yang ingin memaksa masuk. Aku merapatkan selimutku, menggenggamnya erat dengan perasaan sedikit takut. Siapa yang malam-malam begini mengunjungi kamarku? Apa aku dikira pembantu jadi mau dimintai tolong sesuatu?

"Siapa?" jawabku ragu-ragu.

Pintu itu diketuk lagi. Suaranya terdengar semakin terburu-buru. Mau tidak mau, aku turun dari ranjangku dan bergegas untuk membukanya.

"Kenapa lama sekali sih?!"

"Heh, kau! Jangan asal masuk kamar orang dong!" teriakku pada pria yang tanpa sopan santun menggedor kamarku malam-malam bahkan masuk begitu saja tanpa izin.

"Mau apa kau ke sini? Asal masuk aja, harusnya kau izin dulu padaku," protesku.

"Kenapa aku harus izin untuk masuk ke kamar istriku sendiri?"

Aku diam. Iya, dia benar juga. Tapi masalahnya, sejak kapan dia menganggapku sebagai istri? Tetap saja dia butuh izin dulu. Huh!

"Baiklah, aku malas berdebat. Jadi, ada apa sampai Sutradara Ye menggedor kamar wanita malam-malam dan masuk tanpa sepersetujuan?"

"Kau bilang tidak mau berdebat, tapi kalimatmu memancingku untuk berdebat," responnya.

Taehyung masih tak menjelaskan apa-apa. Ia melepas jasnya, menyisakan kemejanya dengan sebagian kancing yang sudah terbuka. Masih berdiri, Taehyung berkacak pinggang. Sesekali kulihat ia menggaruk-garuk kepalanya seolah ada yang ia pikirkan.

"Kenapa kamarmu sempit sekali? Bahkan kasurnya sekecil ini?"

"Kalau itu, tanyakan pada Bibi. Sudah ah, aku mau tidur."

Mengabaikan Taehyung, aku merangkak naik kembali ke ranjangku. Sekadar informasi, saat ini aku sudah berganti pakaian dengan mengenakan piyama berbahan satin yang disediakan oleh seorang pelayan vila. Kamarku boleh saja tidak layak, tapi untungnya, piyama yang kupakai tidak jauh berbeda dari yang lain. Jadi, aku tetap merasa hangat di ruangan yang dingin meskipun tanpa AC ini. Karena lokasi vila berada di perbukitan, otomatis suhu udara menjadi rendah di malam hari. Jika di kamar lain terdapat penghangat ruangan, justru di kamarku tidak.

Mencoba memejamkan mata, tiba-tiba kasurku bergerak. Taehyung menelusup masuk ke dalam selimut dan menggunakan bantal yang sama denganku. Kasurku menjadi lebih sempit dan pergerakanku terbatas.

"Apa ini? Kenapa kau tidur di sini?"

"Menurutmu aku datang ke mari untuk apa? Untuk melihat wajahmu? Jangan harap. Aku cuma butuh tempat tidur," jawabnya sengit. Posisi kami saling membelakangi.

"Memangnya tidak ada kamar lain? Kenapa harus kamarku? Sudah tau sempit, kau malah membuatnya makin sempit."

"Percuma. Kalaupun aku pakai kamar lain, Mama akan tetap mengirim wanita itu datang ke sana. Kalau di kamarmu, Mama tidak bisa melakukan apapun terhadapku."

Jadi itu masalahnya.

"Hei, sudah berapa lama Bibi melakukan hal konyol ini?" tanyaku tiba-tiba, merasa penasaran atas sikap Bibi yang terlalu ikut campur urusan percintaan putranya, Taehyung.

Aku mendeteksi pergerakan Taehyung. Saat ini, pria itu menghadapkan tubuhnya ke langit-langit. Sedangkan posisiku masih tetap sama, memunggunginya.

"Sejak pernikahan kita."

"Apa?! Jangan bercanda, kau selama ini disuruh tidur sama wanita lain? Padahal kau masih resmi suamiku."

"Haha, lucu ya. Begitulah Mamaku. Dia selalu mengharapkan yang terbaik untukku, meskipun caranya bisa dibilang salah. Tapi kau jangan salah paham, aku tidak pernah meniduri wanita lain di belakangmu."

"I–itu, aku nggak peduli. Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa padaku."

"Serius. Aku tidak pernah tidur dengan wanita lain sejak menikah bahkan sebelum menikahimu. Wanita itu merepotkan, kalau tidak karena uang dan popularitas, pasti mereka mendekatiku karena fisik. Aku benci mereka."

Entah bagaimana, tetapi malam ini justru banyak hal yang baru aku ketahui dari Taehyung. Ia mengungkap masalahnya secara terbuka, menceritakan sudut pandangnya mengenai sebuah hubungan antar lawan jenis. Hal yang tak terduga adalah bahwa meskipun Taehyung membenci wanita atau berhubungan dengan wanita, ia tetap bertanggung jawab dengan menikahi Sohyun yang mengandung anaknya. Ia bisa saja meninggalkan Sohyun, tidak mempercayai Sohyun bahwa itu bayinya, menduga kalau Sohyun sebelumnya berhubungan dengan pria lain selain dirinya. Tetapi ia percaya begitu saja.

Aku sungguh tidak mengerti.

"Selama ini aku selalu menghindari pesta yang diadakan Mama dengan alasan sibuk. Aku memforsir diri sendiri, bekerja melebihi jam kerja, lembur, berupaya mencari kegiatan agar bisa menghindar. Dan ini pertama kalinya aku mau datang ke pesta, terlebih membawamu bersamaku."

Tiba-tiba saja lengan Taehyung memelukku dari belakang. Aku mencoba menahan dan melepaskannya, namun itu menjadi semakin erat. Aku dapat merasakan embusan napasnya di tengkuk leherku. Suara Taehyung mulai memudar, dan satu kalimat yang membuatku overthinking semalaman.

"Bersamamu, aku merasa aman dan nyaman."

Hening seketika menyelimuti kami. Aku mendengar suara dengkuran halus Taehyung. Aku sadar ketika tercium aroma alkohol dari napasnya. Pria ini mabuk. Pantas saja ia banyak bicara dan meracaukan hal-hal yang tidak mungkin ia katakan dalam kondisi normal.

Merasa aman dan nyaman bersamaku? Tidak mungkin, dia pasti bercanda dan main-main.

Kali ini, aku tak melakukan apapun. Aku membiarkannya tidur sambil memelukku. Aku mengizinkannya satu ranjang denganku, tentu saja dengan harapan jika suatu saat nanti, pria ini melabuhkan hatinya pada Sohyun dan memberikan rasa percayanya untuk mendukung sepenuhnya rencanaku menguak ketidakadilan yang telah mendarah daging di keluarga Sohyun.

Aku mengharapkan bantuanmu, Kim Taehyung. Karena itu, cepat bukalah hatimu untukku.

***

Tbc

Zzz...

Rencananya mau update tadi malem, tapi aku harus istirahat lebih awal karena mau melakukan perjalanan panjang. Hehe...

TMI, aku ngetik bab ini di dalam kereta, biasanya aku ga fokus kalo udah di perjalanan. Bawaannya tidur mulu. Tapi dari semalem udah gelisah pingin ngetik lanjutan bab ini, jadi semangat deh. Ide lancar terus~🤭

Semoga terhibur ^^

Otw ke Malang😚
Langitnya mendung, tp aku paling suka hawa-hawa mau hujan, apalagi kalo udah hujan. Nggak tau ya, tapi rasanya waktu berjalan lebih lambat kalau turun hujan, jadi aku merasa sangat nyaman melakukan apapun yang aku inginkan :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro