last night

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yamaguchi terbangun dari tidurnya tepat pada pukul 1 pagi. Ia mengerjap melihat sesekilingnya sangat gelap. Pertanyaan pertama: Yamaguchi bukanlah orang yang sulit tidur dan mudah terbangun. Jadi apakah yang membangunkannya?

"Ada yang nyolek-nyolek pipiku..."

Yamaguchi bangun dari tidurnya karena ada yang mencolek-colek pipinya, pastinya bukan anggota harem yang sekarang sudah bubar. Mereka semua tertidur dan Yamaguchi tidak melihat apapun karena gelap.

"Yama..."

Yamaguchi nengok kanan kiri, ia berkeringat dingin mendengar sebuah suara memanggil namanya.

"Yamaguchi..."

Oke lagi, Yamaguchi ingin kembali membungkus dirinya dengan selimut agar tidak mendengar suara-suara ghaib, tapi apalah daya ia tak bisa tidur.

"Yamaguchi!"

"HUA—"

Mulutnya terbungkam oleh sebuah tangan, flash light menyala dari handphone seseorang. Ia melihat gadis kecil berambut pirang membekap mulutnya.

"Hahii(Yachi)!?

"Sssttt.... iya ini aku Yachi," Yachi membuka bekapan tangannya dan membiarkan Yamaguchi berbicara.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukannya ini kamar laki-laki," Tanya Yamaguchi.

"Gapapa, mau membantuku?"

"B-bantu apa?"

"Kita keluar dulu... Kalau disini nanti membangunkan yang lain.."
.
.
.

"Jam berapa sekarang?"

"Tepat jam dua pagi Iwa,"

"Oke, sebentar lagi kita mulai rencananya. Ingat jangan terlalu keras membangunkan mereka. Bisa-bisa mereka jantungan sebelum rencana dimulai,"

"Tenang Iwa~ yg biasanya bar-bar juga kamu kan?"

"Diam Yaku, jangan baku hantam sekarang, lebih baik kau bangunkan orang-orangmu."

"Oke-oke,"

Tempat: lapangan sekolah Karasuno. Waktu: jam 2.30 dini hari.

"Dimana para Manajer?"

"Mereka sedang berdandan, bukannya sebaiknya kalian berdandan juga? Masalah membangunkan siswa biar aku saja,"

"Takeda-sensei!"

"Cepat berdandan agar cantik para uke~ biar aku yang mengurusnya, setelah berdandan kembali ke pos masing-masing."

"Baik terimakasih pak!"

"Oke ini akan menyenangkan, hehehe jiwa mudaku bergejolak! Iya kan Shimizu?"

"Tentu saja pak, ayo ke ruang audio,"
.
.
.

Subuh yang masih terlalu subuh, jam setengah tiga pagi, suara bel dengan melodi yang menegangkan membangunkan mereka semua. Suara violin yang digesek dengan nada yang mengerikan dipadu dengan dentingan piano yang sendu terdengar dari speaker setiap kelas.

Tsukishima terbangun melihat seluruh anggota Karasuno VBC terbangun. Walau gelap tapi ia tau mereka bangun karena mendengar suara mereka bercakap.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya sambil mencari dimana ponselnya.

"Tidak tau," jawab Asahi, ia terlihat sedang mencari-cari sesuatu. "Nampaknya HP kita semua hilang."

"Apa?! Asahi kau sudah cari yang benar?" Daichi panik menghampiri Asahi yang sedang mengubek-ubek tasnya.

"Iya, hapemu, hapeku, dan milik Suga kutaruh di tempat yang sama. Tapi semuanya hilang."

"Yang benar saja!" Suga menimpali, ia ikut mencoba mencari hpnya.

"Sebentar, kita tidak dapat melihat apapun, ayo cari senter." Ujar Tanaka. Ia bergerak mencari-cari di lemari kelas namun nihil. Mendadak suatu cahaya menyorot membuatnya silau.

"Aku menemukan senter di dekat kasurku," Noya menyorot satu-sati anak Karasuno. Barulah mereka sadar satu anak hilang. Yamaguchi Tadashi tidak ada di tempatnya.

"Kemana Yamaguchi?!" Tanya Kageyama panik. Begitu juga Suga, Hinata, dan Tsukishima melihat langsung pada kasur Yamaguchi yang kosong, selimutnya terlihat dibiarkan berantakan begitu saja.

Greeeekkk

"Kalian apakah handphone dan mom kalian hilang?!"

"HEY HEY HEY AKAASHI HILANG!"

"Kalian! Apa Suga-chan hilang?! Kami kehilangan ibu kami!"

Daichi menoleh, melihat ketua VBC lainnya berada di depan kamar mereka menggunakan senter yang dipegang Oikawa. "S-suga? Tidak Suga disini tapi kami kehilangan Yamaguchi." Jawab Daichi.

"Yama-chan hilang?!"

Dentingan piano kembali terdengar dari speaker.

"Selamat malam semuanya..." Semuanya tersentak suara berat seorang perempuan dan laki-laki yang ditinggikan menyapa telinga, terdengar lirih dan membuat bulu kuduk merinding.

"...maaf mengganggu kenyamanan tidur kalian. Tapi kami harap semuanya bisa berkumpul di lapangan bendera sekarang..."

"Ada informasi penting yang harus kalian ketahui. Tanpa terkecuali... Jika ada yang berusaha kabur... Maaf kami tidak mengijinkan, kalian akan tau apa akibatnya jika berusaha kabur..."

"Kuharap kalian mengerti, terimakasih selamat malam..."

Suara itu berhenti, begitu pula dentingan piano dari speaker. Speaker itu mati dan menimbulkan bunyi kresk lirih.

"Apa maksudnya ini?" Tanya Asahi yang sudah ketakutan saat piano berdenting.

"Ya-yang penting kita turuti mereka kemauan mereka. Ayo kelapangan, Noya kau di depan, kau yang membawa senter," Daichi mengarahkan mereka semua keluar dan berkumpul di lapangan, ternyata anak-anak lain sudah berkumpul setelah pengumuman sumber suara.

"Apa maksud semua ini?"
.
.
.
.

"Akaashi, kau cantik sekali dengan gaun itu,"

"Apa aku benar-benar harus pakai gaun ini Yukie-san? Dan dari mana kalian mendapatkan baju ini?"

"Kau anggun dengan itu, dan tentu saja menyeramkan, dapat dari mananya ini gaun untuk prom night saat ulang tahun sekolah kita, ku modifikasi dan kurubah warnanya menjadi hitam, eh sebentar, kayaknya make upnya mesti ditambah deh, Kaoru tolong urus ya,"

"Oh yaampun... Aku senang sekali bisa mendandanimu Akaashi, kau sungguh cantik, sebenarnya mendandanimu adalah salah satu cita-citaku."

"Sanjungan untukku, tapi aku lebih suka dibilang tampan..."

"Oke, sudah sekarang tinggal ke lapangan."

"Se-sebentar, penutup ini menyebalkan..."

.
.
.

"Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi," semua grup berbaris, dengan kapten di depan memegang senter, tapi senternya sudah dimatikan karena lampu lapangan dinyalakan sebagian, tapi mereka masih tidak bisa melihat apa yang ada di belakang dan depan mereka.

"Apa yang orang-orang di sumber suara itu inginkan?"

Suara violin kembali di mainkan. Membuat suana makin suram.

Dari kegelapan seseorang berjalan tampa menimpulkan suara, gaunnya yang terbentang sampai menyeret tanah membuatnya terlihat maju tanpa langkah kaki alias melayang.

Seorang masuk ke dalam linkup cahaya, di depan barisan.

Semua tersentak melihat sosok tersebut. Tangannya meliuk-liuk disebelah tubuhnya dengan anggun tapi itu malah membuatnya semakin mengerikan. Sampai akhirnya ia berhenti dan memberi salam dengan mengangkat sedikit gaunnya.

"Selamat malam..."

Semua bungkam karena suara lihirnya.

"Malam ini adalah malam yang menyenangkan..."

Palakkau menyenangkan, semua masih mematung di tempat saat satu orang lain datang dengan pakaian yang sama, tetapi berwarna putih kusam dengan bercak merah di ujung gaun dan sarung tangannya. Membawa sebuah kotak hitam.

Darah?

"Jujurlah dalam memilih pasangan. Masukan tangan kalian dalam kotak ini, ambillah salah satunya. Barang siapa yang menukar pasangannya, merekalah yang akan berjalan sendirian menuju kegelapan." Ujar seorang dengan gaun putih itu.

Ia menaruh kotak itu di atas meja.

"Selamat bersenang-senang, kami akan menemui kalian ketika kalian sudah bertemu dengan pasangan kalian."

Kedua orang bergaun itu pergi, hilang ditelan kegelapan.

"J-jadi ini, maksudnya?"

"Maksudnya kita akan jurit malam? Uji nyali?!"

"UOO HEY HEY HEY! AKU SUKA UJI NYALI!"

"Baiklah sekarang kita ambil undian pasangannya. Berbaris sesuai kelompok, dimulai dari paling pinggir, Itachiyama, lalu Johzenji dan seterusnya."

.
.
.
.

"Yamaguchi kau siap?"

"Apa aku benar benar harus memakai gaun dengan cat fosfor? Yaampun rasanya aku seperti glowing in the dark."

"Kau cantik dengan itu, yaampun."

"Baik-baik terimakasih Yacchan, jadi bisa kau jelaskan apa tugasku?"

"Sangat mudah. Hanya jangan sampai tertangkap,"

"Ha?"






Tbc!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro