Akibat dari Ancaman.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kakak memintaku pergi demi dia? Begitu?" Ann menunjuk ke arah Andrea yang menundukkan pandangannya sembari menangis.

Rey meraih pundak Andrea lalu merangkulnya, dengan tatapan lurus ke depan, tanpa ragu Rey berkata, "Ya! Tentu saja. Dia ibu dari anak-anakku, wanita yang sangat aku cinta dan aku percaya perangainya tidak sepicik dirimu."

Dengan mata yang berkabut amarah Ann menganggukkan kepalanya, dia melangkahkan kaki mundur secara perlahan. "Baik, jika itu yang menjadi pilihan Kakak. Jangan menyesal kelak!"

Ann menaiki anak tangga dengan cepat menuju salah satu kamar yang ia tempati sejak tadi malam untuk mengemasi barang-barangnya. Ancaman yang diberikan oleh Rey, membuat Ann benar-benar pergi meninggalkan rumah Rey dan kembali ke luar negeri dengan hati yang diliputi dengan amarah dan rasa dendam.

Pagi itu, suasana rumah Rey sedikit kacau karena kepergian Ann secara mendadak dan tidak berpamitan. Arum sempat sedih, tetapi Himan berhasil menenangkan istrinya.

"Kenapa dia gak bangunin kita dulu sih, Pa? Huh! Mama kan jadi kepikiran jadinya. Anak itu benar-benar." Arum terlihat sangat sedih dan kecewa mengetahui jika putra bungsunya telah pergi meninggalkan tanah air secara mendadak tanpa berpamitan dengannya. 

"Sudahlah, Ma. Dia itu tugas mendadak yang belum dia kerjakan. Doakan saja, kita sebagai orang tua harus mendukungnya."

Namun, begitu bibir Arum masih saja membicarakan perihal Ann. Dia masih belum rela. Dia masih sangat merindukan putra bungsunya. Melihat itu, membuat Rey sedikit merasa bersalah. 

Rey mengatakan kepada sang ibu untuk tetap tenang, dia menghibur ibunya dengan sebuah janji, membelikan tiket sang ibu menyusul Ann kapan saja Arum mau. Tentu saja Arum bahagia bukan main.

"Ah! Kamu yang terbaik, Rey! Nah gitu dong. Kalau kayak gitu Mama gak marah lagi."

Setelah Arum tenang, mereka baru bisa menikmati sarapan mereka dengan santai. Seperti kepergian Ann secara mendadak, Arum dan Hilman pun memutuskan pulang di hari yang sama karena mendadak Hilman mendapatkan telepon yang mengharuskannya untuk segera pulang. Tentu saja Rey tidak bisa menahannya. 

"Papa, Mama yakin mau pulang sekarang?" tanya Rey sekali lagi memastikan sebelum kedua orang tuanya berkemas. 

"Iya, Sayang. Papamu ada beberapa pekerjaan, Mama juga gak bisa kan membiarkan Papa pulang sendirian?" Arum berkata dengan lembut kepada Rey. Dia juga meminta maaf kepada Rey karena harus pulang mendadak. 

Rey mengantar kedua orang tua serta adik dan keponakannya untuk ke bandara pada sore harinya. Kedua orang tuanya berpesan kepada Rey untuk menjaga Andrea dan cucunya dengan baik. 

***

Selepas makan malam, Andrea mengantar Alana ke dalam kamarnya. Seperti rutinitas yang sebelumnya, dia membacakan dongeng serta menemani Alana hingga sang putri terlelap. 

Andrea menutup buku cerita yang saat ini ia pegang, meletakkannya pada tempatnya lalu menarik selimut, menutupi tubuh sang putri hingga sebatas dada. Andrea tersenyum menatap wajah damai Alana, tangannya terulur meraih pipi chubby Alana lalu mengecup dahi Alana dengan sayang. 

"Selamat tidur, Sayang. Mimpilah yang indah. Ibu sangat menyayangimu melebihi diri ibu sendiri."

Tangan Andrea kini beralih meraih jemari tangan Alana, ia menggenggamnya sembari berkata, "Alana, dia mungkin tidak mengakuimu sekarang. Tidak mengapa, itu bukan karena kamu tidak pantas menjadi putrinya. Kamu putri yang sangat baik dan hebat. Kelak kamu akan membuatnya menyesal karena telah mencampakkanmu dan Ibu saat ini. Dia akan menerima hukuman dari alam semesta kelak."

Andrea mengusap titik air mata yang hampir saja menetes, dia perlahan bangkit dari tempat duduknya. Dia meninggalkan kamar Alana dan berjalan menuju kamarnya. 

Ketika pintu terbuka dia melihat sang suami sedang duduk di sofa yang sudah berganti pakaian tidur, Andrea tersenyum tipis lalu mengambil pakaian tidur dan segera berganti. Setelahnya, dia naik ke atas ranjang secara perlahan dan duduk bersandar pada kepala ranjang. 

"Kak, apa kamu tadi tidak terlalu keras kepada dia?" ucap Andrea tiba-tiba. 

Rey yang saat itu duduk memangku laptop dengan reflek mematikan laptopnya dan bergerak mendekat ke arah sang istri. Dia tahu siapa dia yang dimaksud oleh Andrea. "Kenapa?"

Andrea menggelengkan kepala. "Enggak, aku hanya gak enak hati aja. Aku takut dia membencimu gara-gara masalah tadi. Kalian itu kan saudara kandung."

Rey membawa Andrea ke dalam dekapannya, mengusap lembut surai panjang Andrea yang memiliki wangi rose khas. "Aku hanya memberinya pelajaran, Sayang. Bagaimanapun perbuatannya itu salah dan sangat fatal. Jika saja aku tahu lebih awal, aku pasti sudah melaporkan hal itu sama Mama dan Papa."

"Bagaimana jika dia marah, Kak?"

"Biarkan saja. Kamu tidak perlu memikirkannya. Untuk saat ini mungkin dia belum bisa mengerti apa maksudku, tapi aku yakin dia akan mengerti seiring berjalannya waktu."

***

Di tempat lain, Ann baru saja mendarat dari benerbangannya. Dia memesan taksi online dan bergegas menuju ke apartemennya. Bukannya beristirahat, dia malah terus-terusan mengumpat hingga emosinya meledak-ledak. 

"Argghhhhh! Dasar wanita sialan!" umpatnya kesal. 

"Lihat saja aku akan membalasmu! Aku akan membuatmu hidup jauh lebih menderita daripada yang pernah kau rasakan sebelumnya!" Ann mengeratkan kepalan tangannya hingga buku-buku kukunya memutih. 

"Aku tidak boleh kehilangan kesempatan untuk mendapatkan posisi itu di perusahaan Papa. Aku harus MENDAPATKANNYA!"

Ann mengganti pakaiannya, dia melangkahkan kakinya pergi dari apartemen. Dia mengendarai mobilnya keluar pergi ke sebuah bar elit untuk mencari pelampiasan emosinya.

Semula Ann hanya berniat minum beberapa tenggak saja. Namun, dia malah menambah minumannya hingga dia mabuk berat. Saat Ann mabuk seorang lady escort menghampiri Ann dan menggodanya. Dia memanfaatkan ketidaksadaran Rey. Semula ia berniat menguras isi dompet Rey, tetapi setelah dia melihat beberapa lembar uang di dompet Ann serta banyak kartu kredit unlimited milik para kalangan ataa dia pun merubah rencananya. 

"Tuan, mari saya antar ke hotel anda." Gadis itu membantu Ann berdiri, dia mengambil dompet milik Ann, memesan sebuah hotel yang terletak tepat di samping bar. 

Wanita membaringkan Ann di atas ranjang, melucuti semua pakaian Ann dan terus menggodanya hingga Ann terpancing. 

"Kamu milikku malam ini, Sayang," tutur Ann sembari terkekeh. 

"Puaskan aku malam ini, aku akan memberikan apapun yang banyak uang."

Ann menyambar bibir merah merona milik gadis itu dan menjamah setiap inci tubuhnya. Malam itu mereka melewati malam panjang yang panas dan intim. 

Dan sejak hari itu, Ann menjadi lebih liar. Dia menggunakan uang yang diberikan kedua orang tuanya untuk pergi ke bar dan menyewa perempuan-perempuan malam sebagai pemuas nafsunya. Dan seperti biasa, dia akan meninggalkan perempuan yang telah dia tiduri begitu saja sebelum mereka terbangun dari tidurnya. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro